Viet Writer
Và Mai Có Nắng
-
Bab 1020
Bab 1020 Kuda Bambu
Dan disaat bersamaan.
Di ruang buku Sebastian.
Sebastian mengelus pelipisnya, berusaha menyadarkan diri sedikit, tetapi tidak begitu berguna. Kepalanya terasa mengantuk, seperti terisi penuh oleh pasta.
Oscar bergegas kemari: “Tuan muda, kamu mencariku?”
Sebastian memberi sebuah pandangan yang tajam kesana: “Ada masalah apa?”
Sebastian berkata dengan tidak jelas, tapi Oscar tahu hal mana yang dia maksud, dan bergegas menjawab: “Tuan muda, bawahanmu sudah lalai.”
Dalam satu kesadaran sudah pasti orang yang sadar tidak mungkin mengenali seseorang menjadi orang lain, namun hal ini malah terjadi kepada diri Sebastian.
Satu alasan, Sebastian tidak jelas, tetapi Oscar yang berdiri didepannya sangat jelas, hanya saja Oscar tidak berani berbicara jelas.
Sebastian memejamkan matanya, tidak menjawab.
Oscar melihat raut wajah Sebastian yang suram, terus berkata: “Awalnya aku membiarkan nona Ji mengantarkan sarapan kepadamu, malah tidak menyangka dia malah berani diam-diam menaruh obat. Tapi ini semua salahku, aku yang tidak ketat mengatur, dia baru memanfaatkan kesempatan.”
Oscar menundukkan kepala, tidak berani mengangkat kepala melihat tuannya sendiri, karena jika bertatapan mata dengan tuan, dia tidak bisa menyembunyikan semua rahasianya.
Dia tahu dia begini tidak benar, namun dia tidak ingin melihat tuannya menderita lagi, dan menggunakan trik semua juga tidak tahu.
Oscar merasa, hanya dengan tuannya ada hubungan intim dengan wanita lain, setelah merasakan cinta antara lelaki dan wanita mungkin juga tidak akan memikirkan nona Ran yang jauh sekali dan bukan miliknya.
“Dia membiusku?” Sebastian berjalan mendekati Oscar, sepatah kata sepatah kata mengemertakkan giginya: “Aku sama sekali tidak memegang makanan yang dia antarkan kepadaku, bagaimana dia membiusku?”
Awalnya, Sebastian juga merasa orang yang membiusnya adalah Jane, namun setelah tenang, dia merasa kemungkinan Jane membiusnya tidak besar.
Jane gadis ini suka berbohong, sikapnya liar, menyukai uang, ada banyak kebiasaan buruk, namun dia tidak rendah sampai berbisnis menggunakan tubuhnya sendiri.
Kebalikannya, karena didalam hatinya tersembunyi seseorang, selama ini dia menjaga dirinya dengan baik, dia sedang menunggu orang itu kembali, adalah dia yang merusak semua kebahagiannya.
“Tuan muda, ini bawahanmu juga tidak begitu jelas. Aku juga mendengar dokter Tong berkata menemukan obat ini dari dalam tas nona Ji.” Oscar tahu tidak boleh mengaku, sama sekali tidak boleh mengaku, sekali mengaku, dia akan tidak bisa menanggung akibatnya.
Sebastian menaikkan alisnya tertawa dengan dingin: “Kamu tidak tahu?”
Oscar menjawab dengan keras kepala: “Tuan muda, kalau tidak aku mengutus orang pergi bertanya pada nona Ji.”
“Kamu bisa bertanya pada dia kah?” Pandangan Sebastian menyuram, lalu berkata, “Oscar, jangan mengira kamu sudah lama berada disampingku, aku dapat menyetujui semua perbuatanmu.”
Oscar terkejut sampai punggungnya mendingin: “Tuan muda, ada kamu disini aku bagaimana bisa sembarangan. Lagipula, tidak perduli aku berbuat apa, aku tetap untuk kebaikan kamu.”
Sebastian tertawa dingin: “Aku tidak memerlukan orang yang justru berbuat jahat dibelakangku demi kebaikanku. Kamu pergilah, aku disini tidak memerlukan kamu lagi.”
Seorang bawahan yang berani sembarangan dibelakang tuannya, ada sekali pasti akan ada kedua kali ketiga kali dan tak terhitung kali, orang seperti ini, Sebastian tidak akan menggunakannya lagi.
Oscar menjadi panik: “Tuan muda, mana boleh begini. Beberapa tahun ini aku yang ada disampingmu menjagamu, diganti menjadi orang lain, aku tidak bisa tenang.”
Sebastian memandang dia sekilas: “Ini adalah imbalan dari kesalahanmu.”
Oscar: “Tuan muda????”
Akhir yang begini, harusnya sudah terpikirkan oleh Oscar sebelum dia melakukan hal ini, ini sudah termasuk hukuman yang paling ringan dari perkiraanya.
Dia tahu tuan rumahnya sangat sulit mengganti keputusannya, dia berbicara lagi juga tidak berguna, hanya saja pada saat terakhir, masih tidak lupa sedikit “Setia”.
Oscar berkata lagi: “Tuan muda, aku pergi dulu, perlu aku membawa pergi nona Ji? Kamu tidak ingin melihat dia, maka aku jamin nanti pasti tidak akan membiarkan dia muncul didepan matamu lagi.”
Sebastian berkata: “Oscar, kamu tahu kamu sedang berkata apa?”
Oscar berkata: “Tuan muda, bukankah kamu tidak menyukai nona Ji?”
Tiba-tiba Oscar merasa takut, seperti dia sudah ketahuan sepenuhnya oleh tuannya, semua perbuatannya tidak dapat disembunyikan dari pandangan tuannya.
Sebastian melihatnya sekilas, tidak berbicara lagi.
Oscar mengerti pandangan ini, dia tahu, walaupun tuan mengira Jane menggunakan trik yang tercela padanya, tetapi dia masih belum memutuskan melepaskan dia pergi.
Oscar tiba-tiba menyadari, dirinya melakukan begitu banyak hal berbahaya yang bisa membuatnya kehilangan kepalanya, yang sebenarnya tidak berguna sama sekali.
Dia tidak hanya tidak menyembuhkan penyakit hati tuan, masih begitu kejam terhadap tuannya, ini ibarat pepatah memberikan seorang istri kepada musuh dan kehilangan tentara sendiri.
????
Kuburan.
Didalam sebuah pojokan yang hening ada sebuah batu nisan yang sangat istimewa.
Kenapa bisa istimewa, karena diatas batu nisan ini dioleskan berbagai warna, terlihat sangat bercahaya, tidak seberat batu nisan.
Didepan batu nisan terukir beberapa huruf besar —- Makam Farhan Feng.
Jane berdiri didepan batu nisan, sinar matahari yang panas membara menerangi seluruh badannya, keringat diatas badannya, sudah membasahi seluruh pakaiannya, namun dia justru seperti tidak merasa panas, berdiri dengan bingung, sekali berdiri sudah hampir mendekati 1 jam.
Lama kelamaan, sampai pada seluruh dunia sudah hampir hening, dia baru menjulurkan tangannya dengan perlahan mengusap beberapa huruf besar yang terukir diatas batu nisan, goresan nama yang tidak dapat lebih familiar lagi baginya: “Abang Feng????”
Memanggil namanya, ujung hidungnya terasa sakit, air mata sekali lagi mengalir keluar: “Abang Feng, sebenarnya kamu pergi kemana?”
“Abang Feng, aku tahu, kamu masih ada, kamu pasti masih hidup dengan baik, hanya saja kamu pergi ke tempat yang tidak dapat ditemukan oleh Jane.”
“Abang Feng, kamu pernah berkata, disaat Jane menemui kesulitan, kamu pasti akan datang, pasti akan, tetapi saat aku disakiti, kamu ada dimana? Aku berteriak sampai suaraku hilang, kamu juga tidak datang menjemputku. Abang Feng, kamu sungguh telah melupakan Jane, kamu sungguh tidak mengingat Jane lagi kah?”
Dia masih mengingat dengan jelas, dia memegang tangannya, dan berkata padanya: “Jane, jangan takut, paman sudah pergi, kamu masih ada aku, nanti biarkan aku menyayangimu, biarkan aku menjagamu.”
Saat itu mendengar ucapannya, dia senang seperti seorang yang bodoh, menarik tangannya sambil tersenyum sambil melompat: “Abang Feng, aku terus menunggu kamu berkata kalimat ini. Aku sedang menunggu, menunggu kamu berterus terang padaku. Aku menyangka aku tidak dapat menunggunya, tidak mengira menunggu sampai hari ini.”
Dia menjinjitkan ujung kakinya, naik keatas, berinisiatif mencium wajahnya sebentar: “Abang Feng, aku menyukaimu. Dari kecil aku selalu ingin menikah denganmu.”
Mereka tumbuh bersama, sekolah bersama, bersama melewati masa muda yang indah, lalu tidak lama kemudian, mengalami halangan paling besar didalam hidup seseorang, dia tiba-tiba menghilang dari dalam hidupnya.
Menghilang tiba-tiba, menghilang tanpa bekas, tidak ada kabar sama sekali, dia mencari sekian lama, tidak menemukan petunjuk sekecil apapun tentang dia.
Malah, orang ini sama sekali tidak pernah ada.
Malah, ingatan yang dilalui bersamanya, hanyalah pikirannya saja, semuanya tidak benar terjadi.
Dan disaat bersamaan.
Di ruang buku Sebastian.
Sebastian mengelus pelipisnya, berusaha menyadarkan diri sedikit, tetapi tidak begitu berguna. Kepalanya terasa mengantuk, seperti terisi penuh oleh pasta.
Oscar bergegas kemari: “Tuan muda, kamu mencariku?”
Sebastian memberi sebuah pandangan yang tajam kesana: “Ada masalah apa?”
Sebastian berkata dengan tidak jelas, tapi Oscar tahu hal mana yang dia maksud, dan bergegas menjawab: “Tuan muda, bawahanmu sudah lalai.”
Dalam satu kesadaran sudah pasti orang yang sadar tidak mungkin mengenali seseorang menjadi orang lain, namun hal ini malah terjadi kepada diri Sebastian.
Satu alasan, Sebastian tidak jelas, tetapi Oscar yang berdiri didepannya sangat jelas, hanya saja Oscar tidak berani berbicara jelas.
Sebastian memejamkan matanya, tidak menjawab.
Oscar melihat raut wajah Sebastian yang suram, terus berkata: “Awalnya aku membiarkan nona Ji mengantarkan sarapan kepadamu, malah tidak menyangka dia malah berani diam-diam menaruh obat. Tapi ini semua salahku, aku yang tidak ketat mengatur, dia baru memanfaatkan kesempatan.”
Oscar menundukkan kepala, tidak berani mengangkat kepala melihat tuannya sendiri, karena jika bertatapan mata dengan tuan, dia tidak bisa menyembunyikan semua rahasianya.
Dia tahu dia begini tidak benar, namun dia tidak ingin melihat tuannya menderita lagi, dan menggunakan trik semua juga tidak tahu.
Oscar merasa, hanya dengan tuannya ada hubungan intim dengan wanita lain, setelah merasakan cinta antara lelaki dan wanita mungkin juga tidak akan memikirkan nona Ran yang jauh sekali dan bukan miliknya.
“Dia membiusku?” Sebastian berjalan mendekati Oscar, sepatah kata sepatah kata mengemertakkan giginya: “Aku sama sekali tidak memegang makanan yang dia antarkan kepadaku, bagaimana dia membiusku?”
Awalnya, Sebastian juga merasa orang yang membiusnya adalah Jane, namun setelah tenang, dia merasa kemungkinan Jane membiusnya tidak besar.
Jane gadis ini suka berbohong, sikapnya liar, menyukai uang, ada banyak kebiasaan buruk, namun dia tidak rendah sampai berbisnis menggunakan tubuhnya sendiri.
Kebalikannya, karena didalam hatinya tersembunyi seseorang, selama ini dia menjaga dirinya dengan baik, dia sedang menunggu orang itu kembali, adalah dia yang merusak semua kebahagiannya.
“Tuan muda, ini bawahanmu juga tidak begitu jelas. Aku juga mendengar dokter Tong berkata menemukan obat ini dari dalam tas nona Ji.” Oscar tahu tidak boleh mengaku, sama sekali tidak boleh mengaku, sekali mengaku, dia akan tidak bisa menanggung akibatnya.
Sebastian menaikkan alisnya tertawa dengan dingin: “Kamu tidak tahu?”
Oscar menjawab dengan keras kepala: “Tuan muda, kalau tidak aku mengutus orang pergi bertanya pada nona Ji.”
“Kamu bisa bertanya pada dia kah?” Pandangan Sebastian menyuram, lalu berkata, “Oscar, jangan mengira kamu sudah lama berada disampingku, aku dapat menyetujui semua perbuatanmu.”
Oscar terkejut sampai punggungnya mendingin: “Tuan muda, ada kamu disini aku bagaimana bisa sembarangan. Lagipula, tidak perduli aku berbuat apa, aku tetap untuk kebaikan kamu.”
Sebastian tertawa dingin: “Aku tidak memerlukan orang yang justru berbuat jahat dibelakangku demi kebaikanku. Kamu pergilah, aku disini tidak memerlukan kamu lagi.”
Seorang bawahan yang berani sembarangan dibelakang tuannya, ada sekali pasti akan ada kedua kali ketiga kali dan tak terhitung kali, orang seperti ini, Sebastian tidak akan menggunakannya lagi.
Oscar menjadi panik: “Tuan muda, mana boleh begini. Beberapa tahun ini aku yang ada disampingmu menjagamu, diganti menjadi orang lain, aku tidak bisa tenang.”
Sebastian memandang dia sekilas: “Ini adalah imbalan dari kesalahanmu.”
Oscar: “Tuan muda????”
Akhir yang begini, harusnya sudah terpikirkan oleh Oscar sebelum dia melakukan hal ini, ini sudah termasuk hukuman yang paling ringan dari perkiraanya.
Dia tahu tuan rumahnya sangat sulit mengganti keputusannya, dia berbicara lagi juga tidak berguna, hanya saja pada saat terakhir, masih tidak lupa sedikit “Setia”.
Oscar berkata lagi: “Tuan muda, aku pergi dulu, perlu aku membawa pergi nona Ji? Kamu tidak ingin melihat dia, maka aku jamin nanti pasti tidak akan membiarkan dia muncul didepan matamu lagi.”
Sebastian berkata: “Oscar, kamu tahu kamu sedang berkata apa?”
Oscar berkata: “Tuan muda, bukankah kamu tidak menyukai nona Ji?”
Tiba-tiba Oscar merasa takut, seperti dia sudah ketahuan sepenuhnya oleh tuannya, semua perbuatannya tidak dapat disembunyikan dari pandangan tuannya.
Sebastian melihatnya sekilas, tidak berbicara lagi.
Oscar mengerti pandangan ini, dia tahu, walaupun tuan mengira Jane menggunakan trik yang tercela padanya, tetapi dia masih belum memutuskan melepaskan dia pergi.
Oscar tiba-tiba menyadari, dirinya melakukan begitu banyak hal berbahaya yang bisa membuatnya kehilangan kepalanya, yang sebenarnya tidak berguna sama sekali.
Dia tidak hanya tidak menyembuhkan penyakit hati tuan, masih begitu kejam terhadap tuannya, ini ibarat pepatah memberikan seorang istri kepada musuh dan kehilangan tentara sendiri.
????
Kuburan.
Didalam sebuah pojokan yang hening ada sebuah batu nisan yang sangat istimewa.
Kenapa bisa istimewa, karena diatas batu nisan ini dioleskan berbagai warna, terlihat sangat bercahaya, tidak seberat batu nisan.
Didepan batu nisan terukir beberapa huruf besar —- Makam Farhan Feng.
Jane berdiri didepan batu nisan, sinar matahari yang panas membara menerangi seluruh badannya, keringat diatas badannya, sudah membasahi seluruh pakaiannya, namun dia justru seperti tidak merasa panas, berdiri dengan bingung, sekali berdiri sudah hampir mendekati 1 jam.
Lama kelamaan, sampai pada seluruh dunia sudah hampir hening, dia baru menjulurkan tangannya dengan perlahan mengusap beberapa huruf besar yang terukir diatas batu nisan, goresan nama yang tidak dapat lebih familiar lagi baginya: “Abang Feng????”
Memanggil namanya, ujung hidungnya terasa sakit, air mata sekali lagi mengalir keluar: “Abang Feng, sebenarnya kamu pergi kemana?”
“Abang Feng, aku tahu, kamu masih ada, kamu pasti masih hidup dengan baik, hanya saja kamu pergi ke tempat yang tidak dapat ditemukan oleh Jane.”
“Abang Feng, kamu pernah berkata, disaat Jane menemui kesulitan, kamu pasti akan datang, pasti akan, tetapi saat aku disakiti, kamu ada dimana? Aku berteriak sampai suaraku hilang, kamu juga tidak datang menjemputku. Abang Feng, kamu sungguh telah melupakan Jane, kamu sungguh tidak mengingat Jane lagi kah?”
Dia masih mengingat dengan jelas, dia memegang tangannya, dan berkata padanya: “Jane, jangan takut, paman sudah pergi, kamu masih ada aku, nanti biarkan aku menyayangimu, biarkan aku menjagamu.”
Saat itu mendengar ucapannya, dia senang seperti seorang yang bodoh, menarik tangannya sambil tersenyum sambil melompat: “Abang Feng, aku terus menunggu kamu berkata kalimat ini. Aku sedang menunggu, menunggu kamu berterus terang padaku. Aku menyangka aku tidak dapat menunggunya, tidak mengira menunggu sampai hari ini.”
Dia menjinjitkan ujung kakinya, naik keatas, berinisiatif mencium wajahnya sebentar: “Abang Feng, aku menyukaimu. Dari kecil aku selalu ingin menikah denganmu.”
Mereka tumbuh bersama, sekolah bersama, bersama melewati masa muda yang indah, lalu tidak lama kemudian, mengalami halangan paling besar didalam hidup seseorang, dia tiba-tiba menghilang dari dalam hidupnya.
Menghilang tiba-tiba, menghilang tanpa bekas, tidak ada kabar sama sekali, dia mencari sekian lama, tidak menemukan petunjuk sekecil apapun tentang dia.
Malah, orang ini sama sekali tidak pernah ada.
Malah, ingatan yang dilalui bersamanya, hanyalah pikirannya saja, semuanya tidak benar terjadi.