Viet Writer
Và Mai Có Nắng
-
Bab 23
Bab 23 Pertikaian
Ariella mendongak dan melihat Carlson dengan elegan memotong steak, tidak membuat jejak suara, gambar yang sangat sempurna dan sangat menarik. Melihat dirinya sendiri, biasanya tidak merasakan bagaimana makan makanan Barat, begitu dibandingan dengan Carlson baru merasakan perbedaaan.
Carlson memotong steak dan mendorong satu padanya: “Kamu makan dulu.”
Ariella tersenyum: “Terima kasih!”
Memakan steak yang dipotong Carlson sendiri, hati Ariella merasa sangat manis, sudah lama tidak merasakan perasaan seperti ini.
Setelah selesai makan, Ariella sudah kenyang, sebotol anggur hampir habis diminum olehnya, kepalanya pusing. biasanya kemampuan minumnya cukup OK, hari ini dia dan Carlson baru minum sebotol anggur, dia malah merasa dirinya sudah mabuk.
Ariella berpikir, mungkin anggurnya tidak mabuk orang yang mabuk.
Dari restoran yang bisa melihat pemandangan malam Kota Pasirbumi, mendengarkan musik yang indah, dan makan dengan pria tampan seperti Carlson (pria ini adalah suaminya sendiri), sebenarnya tidak perlu minum alkohol, tetapi suasana ini sudah dapat membuat orang mabuk.
Dia tersenyum dan berkata: “Carlson, terima kasih telah memberiku makan malam yang begitu romantis.”
Carlson tanpa sadar tersenyum, menggunakan suaranya yang bernada rendah dan seksi dengan tenang berkata: “Jika kamu ingin berterima kasih, berterima kasihlah pada Daiva, malam ini semuanya diatur olehnya.”
Ada kekacauan di hati dalam hati Ariella, ingin berdiri menginjak-injak Carlson dan bertanya: “Apakah ibumu tahu kamu berkata begitu? Apakah kamu masih ingin menjalani kehidupan yang baik?” Tentu saja, Ariella hanya bisa berpikir saha, dia benar-benar tidak ada nyali untuk menempatkan direktur yang sangat dingin ini di bawah telapak kakinya. Namun, Ariella jelas mengerti, meskipun itu diatur secara khusus oleh Daiva, jika tidak ada persetujuan besar dari direkturnya, bagaimana ini bisa berhasil. Setelah berpikir seperti ini, hatinya lebih membaik. Mungkin itu karena perngaruh alkohol, membuat dia tidak terlalu berhati-hati di depan Carlson, dan dengan cemberut mencibir pada Carlson: “Pria yang bermuka dua.”
Tindakan cemberutnya membuat bibirnya yang bernoda merah seperti ceri merah, berair. mata Carlson tenggelam: “Duduk kemari.”
Suaranya seksi dan rendah, nadanya arogan, dari dalam hati Ariella memberontak, tetapi tubuhnya dengan patuh duduk di sampingnya.
“Ariella …” Dia memanggil namanya, dan itu memabukkan seperti anggur merah yang diminum malam ini.
Ariella mengedipkan mata besarnya yang indah, dengan tatapan tak mengerti menatapnya: “Ya?”
Detik berikutnya, Carlson meraih pinggangnya, mengubur kepalanya dan menciumnya. Awalnya, hanya berciuman biasa, secara bertahap Carlson semakin menjadi.
“Ngg …” Ariella terkejut dan malu, tanpa sadar mulutnya mendengus. Carlson mengambil kesempatan untuk membuka giginya yang rapi, terjerat dengan lidahnya, dan memberitahunya apa yang disebut sebagai “peperangan” yang nyata.
Setelah ciuman yang cukup lama, ciuman itu membuat tubuh Ariella lemas, kedua tangan secara tidak sadar meraih pakaiannya. Sebelum dia belum kembali fokus, dia melihat jari-jari Carlson dengan lembut membelai bibirnya dan dengan suara malasnya yang lebih memabukkan daripada anggur merah berkata: “Ini barulah ciuman yang sebenarnya.”
Dalam hati Ariella berantakan, pria ini terus mengingat kejadian yang baru saja terjadi di dalam mobil, benar-benar pria yang perhitungan. Dia menggigit giginya dan sangat ingin segera melompat kearahnya mencontoh cara dia menciumnya, kemudian dengan bangga mengatakan kepadanya: “Jangan berpikir bahwa hanya kamu yang bisa, aku juga bisa.”
Namun imajinasinya sangat kaya, tapi kenyataan begitu kejam, baru memiliki ide yang demikian memalukan membuatnya mau untuk mendongak kepalanya, bahkan keberanian untuk diam-diam melihat Carlson pun tak ada.
Dalam perjalanan pulang, Ariella melihat keluar jendela, otaknya penuh dengan banyak pikiran. Carlson menyiapkan makan malam romantis untuknya. barusan menciumnya, malam hari tidur disatu ranjang, mungkin akan terjadi apa, sangat mudah ditebak. Dia dan Carlson adalah sepasang suami istri, sangat wajar jika terjadi hal semacam itu, tetapi Ariella merasa bahwa dirinya belum sepenuhnya siap, dan dalam hatinya sedikit kosong.
Ketika supir melewati taman yang ada di daerah yang tidak jauh dari tempat tinggal mereka, dia tiba-tiba berteriak: “Hentikan mobil.”
Pengemudi memandang Carlson dari kaca spion dan melihat bahwa Carlson mengangguk barulah memperlambat kecepatan dan menemukan posisi untuk menghentikan mobil. Ariella segera membuka pintu dan turun dari mobil, berdiri di luar pintu dan berkata kepada Carlson: “aku ingin turun jalan sebentar, kamu pulang duluan.”
Hatinya berpikirkan, tunggu Carlson kembali duluan dan tidur terlebih dahulu, dan tunggu dia tertidur barulah dia pulang, maka tidak perlu menghadapi hal mencanggungkan seperti dua orang berbaring di tempat tidur dengan selimut dan mengobrol. Siapa yang taku Carlson juga turun dari mobil dan memberi dia sarung tangan yang tebal, “pakailah. aku akan menemanimu jalan sebentar.”
“Kamu tidak perlu menemaniku.” Tujuannya adalah untuk menyingkirkan dia. jika dia ikut, dia terlihat seperti ingin berjalan-jalan bersamanya.
Dia mengangkat alisnya menatapnya dan dengan suara suram berkata: “Sekarang kembali bersama, atau berjalan bersama, terserah padamu.”
Ariella berpikir, pria ini memulai hegemonik lagi. Kedua pilihan ini bukan yang diinginkannya, tetapi lebih baik berjalan bersama daripada pulang tidur diatas tempat tidur, jadi Ariella memilih untuk berjalan bersama.
Mengenakan sarung tangan yang dia berikan, Ariella tersenyum: “Terima kasih.”
Carlson tidak berbicara, meraih tangannya berjalan di sepanjang jalan di sepanjang taman tepi laut. Ini belum terlambat pada saat ini, tetapi ada cukup banyak orang yang berjalan di taman tepi laut, dan akan ada pasangan dari waktu ke waktu.
Berjalan perlahan di sepanjang jalan tepi laut dipinggir taman. Pada saat ini sudah larut malam, tetapi ada cukup banyak orang yang berjalan-jalan ditaman, berjalan terus melewati sepasangan kekasih.
Beberapa tangan berpegangan tangan, ada pria yang menggendong pacarnya, dan ada sepasangan berciuman mengabaikan pejalan kaki yang lewat.
Melihat orang lain berciuman, tiba-tiba Ariella teringat apa yang telah dilakukan Carlson padanya. Ketika dia menciumnya, dia benar-benar terkejut, bahkan tidak menikmati apa arti sebenarnya ketika dia menciumnya untuk pertama kalinya.
Pada saat ini dia perlahan-lahan teringat bahwa dia hanya punya satu perasaan, yaitu dia tidak membenci Carlson menciumnya. Memikirkan ini, Ariella diam-diam menatap Carlson, dan menatap matanya yang lembut, membuat dia tidak tahan untuk bersadar di lengannya.
Angin laut di malam hari sangat dingin, Ariella yang selalu takut dingin kali ini malah tidak terasa dingin, mungkin karena di sampinya ada seseorang yang bisa melindunginya dari angin.
Setelah berjalan sebentar, Ariella berhenti sebentar dan gembira dengan tergesa-gesa berkata: “Carlson, apakah kamu tahu apa pemikiranku ketika aku pertama kali datang ke sini?”
Carlson tidak mengatakan apa-apa, tetapi tatapan matanya memberitahunya, agar dia lanjut bicara.
Ariella menunjuk ke daerah laut yang dangkal ini, alisnya terangkat berkata: “pada saat itu aku berpikir, jika aku punya cukup uang, aku akan menggali danau dangkal ini lebih dalam, dan kemudian membangun firdaus laut di tengah-tengah ini. Tidak terbuka untuk umum, hanya terbuka untuk diriku sendiri. Jika sudah lelah, atau berada dalam suasana hati yang buruk, sendirian jalan-jalan, meniup angin laut, mendengarkan suara ombak, menonton burung laut yang terbang bebas, hanya impian saja begitu indah. ”
Ariella mengatakan banyak hal dalam satu tarikan napas, seolah-olah ada firdaus laut di benaknya, dan dia sedang menikmati semua hal baik yang ada didalam pikirannya.
Carlson mendengarkan dengan seksama dan tidak mengganggunya, tetapi mengulurkan tangan dan memegang tangannya. Ariella tersenyum lagi: “Tentu saja ini hanya khayalan sembaranganku saja.”
Ariella mendongak dan melihat Carlson dengan elegan memotong steak, tidak membuat jejak suara, gambar yang sangat sempurna dan sangat menarik. Melihat dirinya sendiri, biasanya tidak merasakan bagaimana makan makanan Barat, begitu dibandingan dengan Carlson baru merasakan perbedaaan.
Carlson memotong steak dan mendorong satu padanya: “Kamu makan dulu.”
Ariella tersenyum: “Terima kasih!”
Memakan steak yang dipotong Carlson sendiri, hati Ariella merasa sangat manis, sudah lama tidak merasakan perasaan seperti ini.
Setelah selesai makan, Ariella sudah kenyang, sebotol anggur hampir habis diminum olehnya, kepalanya pusing. biasanya kemampuan minumnya cukup OK, hari ini dia dan Carlson baru minum sebotol anggur, dia malah merasa dirinya sudah mabuk.
Ariella berpikir, mungkin anggurnya tidak mabuk orang yang mabuk.
Dari restoran yang bisa melihat pemandangan malam Kota Pasirbumi, mendengarkan musik yang indah, dan makan dengan pria tampan seperti Carlson (pria ini adalah suaminya sendiri), sebenarnya tidak perlu minum alkohol, tetapi suasana ini sudah dapat membuat orang mabuk.
Dia tersenyum dan berkata: “Carlson, terima kasih telah memberiku makan malam yang begitu romantis.”
Carlson tanpa sadar tersenyum, menggunakan suaranya yang bernada rendah dan seksi dengan tenang berkata: “Jika kamu ingin berterima kasih, berterima kasihlah pada Daiva, malam ini semuanya diatur olehnya.”
Ada kekacauan di hati dalam hati Ariella, ingin berdiri menginjak-injak Carlson dan bertanya: “Apakah ibumu tahu kamu berkata begitu? Apakah kamu masih ingin menjalani kehidupan yang baik?” Tentu saja, Ariella hanya bisa berpikir saha, dia benar-benar tidak ada nyali untuk menempatkan direktur yang sangat dingin ini di bawah telapak kakinya. Namun, Ariella jelas mengerti, meskipun itu diatur secara khusus oleh Daiva, jika tidak ada persetujuan besar dari direkturnya, bagaimana ini bisa berhasil. Setelah berpikir seperti ini, hatinya lebih membaik. Mungkin itu karena perngaruh alkohol, membuat dia tidak terlalu berhati-hati di depan Carlson, dan dengan cemberut mencibir pada Carlson: “Pria yang bermuka dua.”
Tindakan cemberutnya membuat bibirnya yang bernoda merah seperti ceri merah, berair. mata Carlson tenggelam: “Duduk kemari.”
Suaranya seksi dan rendah, nadanya arogan, dari dalam hati Ariella memberontak, tetapi tubuhnya dengan patuh duduk di sampingnya.
“Ariella …” Dia memanggil namanya, dan itu memabukkan seperti anggur merah yang diminum malam ini.
Ariella mengedipkan mata besarnya yang indah, dengan tatapan tak mengerti menatapnya: “Ya?”
Detik berikutnya, Carlson meraih pinggangnya, mengubur kepalanya dan menciumnya. Awalnya, hanya berciuman biasa, secara bertahap Carlson semakin menjadi.
“Ngg …” Ariella terkejut dan malu, tanpa sadar mulutnya mendengus. Carlson mengambil kesempatan untuk membuka giginya yang rapi, terjerat dengan lidahnya, dan memberitahunya apa yang disebut sebagai “peperangan” yang nyata.
Setelah ciuman yang cukup lama, ciuman itu membuat tubuh Ariella lemas, kedua tangan secara tidak sadar meraih pakaiannya. Sebelum dia belum kembali fokus, dia melihat jari-jari Carlson dengan lembut membelai bibirnya dan dengan suara malasnya yang lebih memabukkan daripada anggur merah berkata: “Ini barulah ciuman yang sebenarnya.”
Dalam hati Ariella berantakan, pria ini terus mengingat kejadian yang baru saja terjadi di dalam mobil, benar-benar pria yang perhitungan. Dia menggigit giginya dan sangat ingin segera melompat kearahnya mencontoh cara dia menciumnya, kemudian dengan bangga mengatakan kepadanya: “Jangan berpikir bahwa hanya kamu yang bisa, aku juga bisa.”
Namun imajinasinya sangat kaya, tapi kenyataan begitu kejam, baru memiliki ide yang demikian memalukan membuatnya mau untuk mendongak kepalanya, bahkan keberanian untuk diam-diam melihat Carlson pun tak ada.
Dalam perjalanan pulang, Ariella melihat keluar jendela, otaknya penuh dengan banyak pikiran. Carlson menyiapkan makan malam romantis untuknya. barusan menciumnya, malam hari tidur disatu ranjang, mungkin akan terjadi apa, sangat mudah ditebak. Dia dan Carlson adalah sepasang suami istri, sangat wajar jika terjadi hal semacam itu, tetapi Ariella merasa bahwa dirinya belum sepenuhnya siap, dan dalam hatinya sedikit kosong.
Ketika supir melewati taman yang ada di daerah yang tidak jauh dari tempat tinggal mereka, dia tiba-tiba berteriak: “Hentikan mobil.”
Pengemudi memandang Carlson dari kaca spion dan melihat bahwa Carlson mengangguk barulah memperlambat kecepatan dan menemukan posisi untuk menghentikan mobil. Ariella segera membuka pintu dan turun dari mobil, berdiri di luar pintu dan berkata kepada Carlson: “aku ingin turun jalan sebentar, kamu pulang duluan.”
Hatinya berpikirkan, tunggu Carlson kembali duluan dan tidur terlebih dahulu, dan tunggu dia tertidur barulah dia pulang, maka tidak perlu menghadapi hal mencanggungkan seperti dua orang berbaring di tempat tidur dengan selimut dan mengobrol. Siapa yang taku Carlson juga turun dari mobil dan memberi dia sarung tangan yang tebal, “pakailah. aku akan menemanimu jalan sebentar.”
“Kamu tidak perlu menemaniku.” Tujuannya adalah untuk menyingkirkan dia. jika dia ikut, dia terlihat seperti ingin berjalan-jalan bersamanya.
Dia mengangkat alisnya menatapnya dan dengan suara suram berkata: “Sekarang kembali bersama, atau berjalan bersama, terserah padamu.”
Ariella berpikir, pria ini memulai hegemonik lagi. Kedua pilihan ini bukan yang diinginkannya, tetapi lebih baik berjalan bersama daripada pulang tidur diatas tempat tidur, jadi Ariella memilih untuk berjalan bersama.
Mengenakan sarung tangan yang dia berikan, Ariella tersenyum: “Terima kasih.”
Carlson tidak berbicara, meraih tangannya berjalan di sepanjang jalan di sepanjang taman tepi laut. Ini belum terlambat pada saat ini, tetapi ada cukup banyak orang yang berjalan di taman tepi laut, dan akan ada pasangan dari waktu ke waktu.
Berjalan perlahan di sepanjang jalan tepi laut dipinggir taman. Pada saat ini sudah larut malam, tetapi ada cukup banyak orang yang berjalan-jalan ditaman, berjalan terus melewati sepasangan kekasih.
Beberapa tangan berpegangan tangan, ada pria yang menggendong pacarnya, dan ada sepasangan berciuman mengabaikan pejalan kaki yang lewat.
Melihat orang lain berciuman, tiba-tiba Ariella teringat apa yang telah dilakukan Carlson padanya. Ketika dia menciumnya, dia benar-benar terkejut, bahkan tidak menikmati apa arti sebenarnya ketika dia menciumnya untuk pertama kalinya.
Pada saat ini dia perlahan-lahan teringat bahwa dia hanya punya satu perasaan, yaitu dia tidak membenci Carlson menciumnya. Memikirkan ini, Ariella diam-diam menatap Carlson, dan menatap matanya yang lembut, membuat dia tidak tahan untuk bersadar di lengannya.
Angin laut di malam hari sangat dingin, Ariella yang selalu takut dingin kali ini malah tidak terasa dingin, mungkin karena di sampinya ada seseorang yang bisa melindunginya dari angin.
Setelah berjalan sebentar, Ariella berhenti sebentar dan gembira dengan tergesa-gesa berkata: “Carlson, apakah kamu tahu apa pemikiranku ketika aku pertama kali datang ke sini?”
Carlson tidak mengatakan apa-apa, tetapi tatapan matanya memberitahunya, agar dia lanjut bicara.
Ariella menunjuk ke daerah laut yang dangkal ini, alisnya terangkat berkata: “pada saat itu aku berpikir, jika aku punya cukup uang, aku akan menggali danau dangkal ini lebih dalam, dan kemudian membangun firdaus laut di tengah-tengah ini. Tidak terbuka untuk umum, hanya terbuka untuk diriku sendiri. Jika sudah lelah, atau berada dalam suasana hati yang buruk, sendirian jalan-jalan, meniup angin laut, mendengarkan suara ombak, menonton burung laut yang terbang bebas, hanya impian saja begitu indah. ”
Ariella mengatakan banyak hal dalam satu tarikan napas, seolah-olah ada firdaus laut di benaknya, dan dia sedang menikmati semua hal baik yang ada didalam pikirannya.
Carlson mendengarkan dengan seksama dan tidak mengganggunya, tetapi mengulurkan tangan dan memegang tangannya. Ariella tersenyum lagi: “Tentu saja ini hanya khayalan sembaranganku saja.”