Viet Writer
Và Mai Có Nắng
-
Bab 1055
Bab 1055 Aku Ingin Buang Air Kecil
Sebastian makan dengan perlahan, sampai tidak memberikan pandangan dari sudut matanya sekalipun kepada Jane, menjelaskan tidak igin memperdulikan keributan Jane.
“Sebastian!” Jane kesal sampai mau terbang keatas langit, lelaki lembut yang memeluknya dalam pelukan semalam dan pagi ini apakah sudah mati?
Dia harusnya tahu, lelaki sama seperti dia, saat hangat diatas ranjang memanggilnya sayang, saat menaikkan celana sampai tidak ingat namanya lagi.
Jane sangat ingin melampiaskan sedikit emosi, berkata tidak makan makanan sampah ini maka tidak makan, namun perut sungguh memalukan memanggil krukk krukk dua kali, mengingatkan dia jangan menggunakan emosi melakukan sesuatu hal, makan sedikit banyak menjaga nyama, menunggu menghindar keluar dari telapak iblis semuanya gampang diurus.
Jane sambil makan sesuap, memelototinya sekali, marah sekali: “Hantu pelit! Ayam pelit! Orang seperti kamu sudah ditakdirkan kesepian seumur hidup!”
Sebastian tidak berkata apapun, sampai pada selesai makan, meletakkan sumpit, mengangkat tangan melihat waktu sebentar: “Beri kamu waktu sepuluh menit bersiap-siap, sepuluh menit kemudian berangkat pulang ke Pasirbumi.”
Jane melempar sumpit: “Apakah aku mau pulang walau kamu membuat aku pulang? Aku tidak mau pulang.” Sangat menganggu orang sekali, emosi didalam perut masih belum reda, dia tidak akan pergi kemanapun.
Sebastian : “Masih ada sembilan menit.”
Jane: “Pergi!”
Sebastian : “Delapan menit tiga puluh detik.”
Jane: “……”
Sepuluh menit dengan cepat berlalu. Sebastian bangkit, Jane duduk tidak bergerak.
Saat Sebastian berdiri, sekaligus menggendong dia ke atas bahunya.
Jane: “Binatang liar Tanjaya!”
Tidak perduli Jane bagaimana berontak melawan, hasil akhirnya masih saja dimasukkan Sebastian ke dalam mobil, berjalan di atas jalan tol kembali ke Pasirbumi.
Jane dengan benci memelototi lelaki tang duduk disamping kirinya, tidak berhenti memberitahu dirinya untuk tenang, tenanglah sedikit, kalau tidak dia akan tidak bisa mengontrol dirinya, bergerak kesana mengigit dia.
Mobil melaju dengan cepat, namun melaju melaju, mobil didepan makin lama makin banyak, kecepatan makin melambat, saat supir melambatkan kecepatan berkata bersamaan: “Tuan muda, didepan mungkin terjadi kecelakaan.” Kalau lalu lintas tidak diuraikan, mereka sudah pasti macet dijalan.
Sudah masuk jalan tol, maka tidak ada jalan mundur lagi, jalan keluar didepan masih ada sepuluh kilometer,
Jane mendengar, kesempatan untuk kabur sudah datang, segera mendekat sedikit kearah badan Sebastian : “Maukah aku turun mobil pergi melihat keadaan?”
Sebastian memandanginya dengan kejam.
Jane menarik lehernya, dan bergerak ke samping, pandangan lelaki ini terkadang ada tenaga membunuh, dia tidak berani menantangnya.
Mobil sudah macet mendekati setengah jam, tidak bergerak sama sekali, ideJaneuntuk kabur berganti satu dan lainnya, kali ini pasti harus berhasil, kalau tidak jika dia tertangkap lagi maka sungguh akan menanggung akibatnya.
Berpikir beberapa lama, Janekembali berdesakan ke samping badan Sebastian, menjulurkan tangan memeluk lengannya, berkata dengan lembut: “tuan muda Sebastian, aku sesak, bisakah menemaniku mencari tempat buang air kecil kah?”
Sebastian memandangi dia dengan dingin: “Jane simpanlah kepintaran kecilmu, kalau kamu berani kabur lagi, aku akan membuatmu tidak bisa turun ranjang seminggu.”
Hati Jane malu, namun tidak memperlihatkan keluar: “Kalau aku ingin lari, masih bisa menghantuimu bersama kah? Aku melihat banyak mobil banyak oang, saat aku sembunyi buang air kecil dimana, kalau dilihat orang bagaimana?”
Sebastian memelototi dia: “Sungguh ingin buang air kecil?”
Jane mengusap-usap perutnya: “Tadi aku minum air sampai kenyang, kamu bilang apakah tidak ingin? Kalau kamu tidak ingin menemaniku, maka aku sendiri turun menyelesaikan. Lagipula aku juga tidak perduli kalau terlihat oleh orang lain.”
Sebastian turun dari mobil dulu, Jane bergegas mengikuti, menariknya melewati lautan mobil, melihat-lihat disamping jalan tol: “Kamu disini bantulah aku melihat, atau menemaniku sama-sama masuk?” Jane menunjuk semak-semak disamping, “Kalau tidak sama-sama saja.”
Dia buang air kecil, dia melihat di samping, dia juga bukan sakit mental, masih belum ada hobi khusus ini, dia terpana sampai memalingkan kepala: “Cepat pergi. Beri kamu waktu dua menit.”
“tuan muda Sebastian, kamu sungguh tidak ingin bersamaku masuk kedalam semak-semak?” Dia tidak bersedia, Janehanya ingin menghantui dia, mengurangi rasa kewaspadaan dia terhadapnya.
Sebastian mendalamkan wajahnya: “Masih ada satu menit lima puluh detik.”
“Aku pergi.” Janelangsung berbalik masuk ke semak-semak disamping, tidak sampai waktu satu menit, keluar diam-diam dari semak-semak didepan yang jauhnya beberapa meter.
Jane setengah berjongkok, meminjam ketinggian mobil menghalangi garis pandangan Sebastian, sangat bagus, dia masih melihat jam tangannya, tidak menyadari keanehan.
Jane bergegas bergerak, setengah berjongkok berjalan kedepan, memeriksa mobil demi mobil, memeriksa beberapa mobil, akhirnya melihat mobil yang ada kursi kosong.
Dia mengetuk jendela mobil, jendela mobil perlahan turun kebawah, sebuah wajah lelaki muda muncul didepannya, dia masih memaksa mengeluarkan dua tetes air mata, “Tuan, pacarku meninggalkan aku diatas jalan tol, bisakah kamu membawaku sekalian kah?”
Wanita cantik, terutama yang cantik sampai tingkat ini, adalah yang permintaannya tidak rela ditolak oleh orang, apalagi pemilik mobil adalah seorang lelaki.
Banyak lelaki tidak ada pertahanan terhadap wanita cantik, karena saat melihat wanita cantik yang bergerak bukanlah otak mereka, namun hormon yang ada didalam tubuh mereka.
Lelaki membuka pintu mobil, membiarkan Janenaik mobil. Jane duduk dengan baik, melihat kebelakang sebentar, kira-kira waktu dua menit sudah sampai, pandangan mata Sebastian sedang mencari dia.
Dan disaat ini, mobil didepan sudah perlahan bergerak, kelihatannya jalan sudah diuraikan.
Jane sengaja berpikir: “He he he he……. tuan muda Sebastian, kamu carilah istrimu dengan baik-baik didalam semak-semak, aku tidak bermain denganmu lagi, selamat tinggal!”
Lelaki membalikkan kepala melihatnya: “Wanita cantik, kamu begitu cantik, pacarmu masih meninggalkan kamu diatas jalan tol, sebenarnya dia lelaki atau bukan?”
Jane mengelengkan kepala membuang nafas: “Karena aku tahu dia bukan lelaki, dia baru marah meninggalkan aku diatas jalan tol. Hari ini kalau bukan menemui kemacetan, sepertinya aku hanya bisa berjalan turun jalan tol.”
Lelaki merasa sedikit lucu: “Dia bukan lelaki? Apakah pacarmu seorang wanita?”
Jane memaksa mengeluarkan beberapa tetes air mata, bersandiwara seperti sangat kasihan sekali: “Dari badannya, dia tidak salah adalah lelaki, namun hatinya seorang wanita. Sialan sekali!”
Lelaki tiba-tiba sadar: “Rupanya begitu!” Sayang sekali, wanita cantik seperti ini dipajang didepan mukanya, dia juuga tida mengerti kecantikannya.
Jane menganggukkan kepala, masih bersandiwara mengusap air mata: “Tuan, setelah turun dari jalan tol, kamu sesuka hati mencari sebuah tempat menurunkan saya saja.”
Lelaki berkata: “Hari ini aku tidak ada hal apa-apa, kamu mau kemana, aku antarkan kamu kesana.”
Janeberpikir, terpikirkan sesbuah tempat yang bagus: “Aku pergi ke Pasirbumi.”
Lelaki tertawa-tawa: “Kebetulan sekali, aku juga pulang ke Pasirbumi.”
Selesai berkata, dia menambah kecepatan bergegas mengikuti mobil didepan.
Saat ini, Sebastian menerima sebuah telepon, setelah selesai, raut wajahnya mendalam, menerawang lagi semak-semak dimana Jane menghilang, membalikkan badan naik mobil.
Sebastian makan dengan perlahan, sampai tidak memberikan pandangan dari sudut matanya sekalipun kepada Jane, menjelaskan tidak igin memperdulikan keributan Jane.
“Sebastian!” Jane kesal sampai mau terbang keatas langit, lelaki lembut yang memeluknya dalam pelukan semalam dan pagi ini apakah sudah mati?
Dia harusnya tahu, lelaki sama seperti dia, saat hangat diatas ranjang memanggilnya sayang, saat menaikkan celana sampai tidak ingat namanya lagi.
Jane sangat ingin melampiaskan sedikit emosi, berkata tidak makan makanan sampah ini maka tidak makan, namun perut sungguh memalukan memanggil krukk krukk dua kali, mengingatkan dia jangan menggunakan emosi melakukan sesuatu hal, makan sedikit banyak menjaga nyama, menunggu menghindar keluar dari telapak iblis semuanya gampang diurus.
Jane sambil makan sesuap, memelototinya sekali, marah sekali: “Hantu pelit! Ayam pelit! Orang seperti kamu sudah ditakdirkan kesepian seumur hidup!”
Sebastian tidak berkata apapun, sampai pada selesai makan, meletakkan sumpit, mengangkat tangan melihat waktu sebentar: “Beri kamu waktu sepuluh menit bersiap-siap, sepuluh menit kemudian berangkat pulang ke Pasirbumi.”
Jane melempar sumpit: “Apakah aku mau pulang walau kamu membuat aku pulang? Aku tidak mau pulang.” Sangat menganggu orang sekali, emosi didalam perut masih belum reda, dia tidak akan pergi kemanapun.
Sebastian : “Masih ada sembilan menit.”
Jane: “Pergi!”
Sebastian : “Delapan menit tiga puluh detik.”
Jane: “……”
Sepuluh menit dengan cepat berlalu. Sebastian bangkit, Jane duduk tidak bergerak.
Saat Sebastian berdiri, sekaligus menggendong dia ke atas bahunya.
Jane: “Binatang liar Tanjaya!”
Tidak perduli Jane bagaimana berontak melawan, hasil akhirnya masih saja dimasukkan Sebastian ke dalam mobil, berjalan di atas jalan tol kembali ke Pasirbumi.
Jane dengan benci memelototi lelaki tang duduk disamping kirinya, tidak berhenti memberitahu dirinya untuk tenang, tenanglah sedikit, kalau tidak dia akan tidak bisa mengontrol dirinya, bergerak kesana mengigit dia.
Mobil melaju dengan cepat, namun melaju melaju, mobil didepan makin lama makin banyak, kecepatan makin melambat, saat supir melambatkan kecepatan berkata bersamaan: “Tuan muda, didepan mungkin terjadi kecelakaan.” Kalau lalu lintas tidak diuraikan, mereka sudah pasti macet dijalan.
Sudah masuk jalan tol, maka tidak ada jalan mundur lagi, jalan keluar didepan masih ada sepuluh kilometer,
Jane mendengar, kesempatan untuk kabur sudah datang, segera mendekat sedikit kearah badan Sebastian : “Maukah aku turun mobil pergi melihat keadaan?”
Sebastian memandanginya dengan kejam.
Jane menarik lehernya, dan bergerak ke samping, pandangan lelaki ini terkadang ada tenaga membunuh, dia tidak berani menantangnya.
Mobil sudah macet mendekati setengah jam, tidak bergerak sama sekali, ideJaneuntuk kabur berganti satu dan lainnya, kali ini pasti harus berhasil, kalau tidak jika dia tertangkap lagi maka sungguh akan menanggung akibatnya.
Berpikir beberapa lama, Janekembali berdesakan ke samping badan Sebastian, menjulurkan tangan memeluk lengannya, berkata dengan lembut: “tuan muda Sebastian, aku sesak, bisakah menemaniku mencari tempat buang air kecil kah?”
Sebastian memandangi dia dengan dingin: “Jane simpanlah kepintaran kecilmu, kalau kamu berani kabur lagi, aku akan membuatmu tidak bisa turun ranjang seminggu.”
Hati Jane malu, namun tidak memperlihatkan keluar: “Kalau aku ingin lari, masih bisa menghantuimu bersama kah? Aku melihat banyak mobil banyak oang, saat aku sembunyi buang air kecil dimana, kalau dilihat orang bagaimana?”
Sebastian memelototi dia: “Sungguh ingin buang air kecil?”
Jane mengusap-usap perutnya: “Tadi aku minum air sampai kenyang, kamu bilang apakah tidak ingin? Kalau kamu tidak ingin menemaniku, maka aku sendiri turun menyelesaikan. Lagipula aku juga tidak perduli kalau terlihat oleh orang lain.”
Sebastian turun dari mobil dulu, Jane bergegas mengikuti, menariknya melewati lautan mobil, melihat-lihat disamping jalan tol: “Kamu disini bantulah aku melihat, atau menemaniku sama-sama masuk?” Jane menunjuk semak-semak disamping, “Kalau tidak sama-sama saja.”
Dia buang air kecil, dia melihat di samping, dia juga bukan sakit mental, masih belum ada hobi khusus ini, dia terpana sampai memalingkan kepala: “Cepat pergi. Beri kamu waktu dua menit.”
“tuan muda Sebastian, kamu sungguh tidak ingin bersamaku masuk kedalam semak-semak?” Dia tidak bersedia, Janehanya ingin menghantui dia, mengurangi rasa kewaspadaan dia terhadapnya.
Sebastian mendalamkan wajahnya: “Masih ada satu menit lima puluh detik.”
“Aku pergi.” Janelangsung berbalik masuk ke semak-semak disamping, tidak sampai waktu satu menit, keluar diam-diam dari semak-semak didepan yang jauhnya beberapa meter.
Jane setengah berjongkok, meminjam ketinggian mobil menghalangi garis pandangan Sebastian, sangat bagus, dia masih melihat jam tangannya, tidak menyadari keanehan.
Jane bergegas bergerak, setengah berjongkok berjalan kedepan, memeriksa mobil demi mobil, memeriksa beberapa mobil, akhirnya melihat mobil yang ada kursi kosong.
Dia mengetuk jendela mobil, jendela mobil perlahan turun kebawah, sebuah wajah lelaki muda muncul didepannya, dia masih memaksa mengeluarkan dua tetes air mata, “Tuan, pacarku meninggalkan aku diatas jalan tol, bisakah kamu membawaku sekalian kah?”
Wanita cantik, terutama yang cantik sampai tingkat ini, adalah yang permintaannya tidak rela ditolak oleh orang, apalagi pemilik mobil adalah seorang lelaki.
Banyak lelaki tidak ada pertahanan terhadap wanita cantik, karena saat melihat wanita cantik yang bergerak bukanlah otak mereka, namun hormon yang ada didalam tubuh mereka.
Lelaki membuka pintu mobil, membiarkan Janenaik mobil. Jane duduk dengan baik, melihat kebelakang sebentar, kira-kira waktu dua menit sudah sampai, pandangan mata Sebastian sedang mencari dia.
Dan disaat ini, mobil didepan sudah perlahan bergerak, kelihatannya jalan sudah diuraikan.
Jane sengaja berpikir: “He he he he……. tuan muda Sebastian, kamu carilah istrimu dengan baik-baik didalam semak-semak, aku tidak bermain denganmu lagi, selamat tinggal!”
Lelaki membalikkan kepala melihatnya: “Wanita cantik, kamu begitu cantik, pacarmu masih meninggalkan kamu diatas jalan tol, sebenarnya dia lelaki atau bukan?”
Jane mengelengkan kepala membuang nafas: “Karena aku tahu dia bukan lelaki, dia baru marah meninggalkan aku diatas jalan tol. Hari ini kalau bukan menemui kemacetan, sepertinya aku hanya bisa berjalan turun jalan tol.”
Lelaki merasa sedikit lucu: “Dia bukan lelaki? Apakah pacarmu seorang wanita?”
Jane memaksa mengeluarkan beberapa tetes air mata, bersandiwara seperti sangat kasihan sekali: “Dari badannya, dia tidak salah adalah lelaki, namun hatinya seorang wanita. Sialan sekali!”
Lelaki tiba-tiba sadar: “Rupanya begitu!” Sayang sekali, wanita cantik seperti ini dipajang didepan mukanya, dia juuga tida mengerti kecantikannya.
Jane menganggukkan kepala, masih bersandiwara mengusap air mata: “Tuan, setelah turun dari jalan tol, kamu sesuka hati mencari sebuah tempat menurunkan saya saja.”
Lelaki berkata: “Hari ini aku tidak ada hal apa-apa, kamu mau kemana, aku antarkan kamu kesana.”
Janeberpikir, terpikirkan sesbuah tempat yang bagus: “Aku pergi ke Pasirbumi.”
Lelaki tertawa-tawa: “Kebetulan sekali, aku juga pulang ke Pasirbumi.”
Selesai berkata, dia menambah kecepatan bergegas mengikuti mobil didepan.
Saat ini, Sebastian menerima sebuah telepon, setelah selesai, raut wajahnya mendalam, menerawang lagi semak-semak dimana Jane menghilang, membalikkan badan naik mobil.