Viet Writer
Và Mai Có Nắng
-
Bab 1053
Bab 1053 Semalam Siapa Yang Berteriak Agar Aku Menggunakan Tenaga
Sebastian memalingkan kepala, antara tertawa atau tidak memandanginya: “Enak bermain kah?”
Siapa yang bermain dengannya, dia sedang bersembunyi dari dia seorang sakit mental yang mengejar membunuh.
Jane membalikkan badan ingin berlari, suara Sebastian datang sekali lagi dari belakang badannya: “Jane, kalau kamu berani berlari keluar kamar ini, aku harus mematahkan kedua kakimu.”
Kedua kaki Jane melemas, kegarangan lelaki ini terlalu besar untuknya.
Dia hanya mengancamnya dengan sebuah kalimat, dia tiak berani berlari bergerak, kedua kaki masih sungguh merasa sakit, merasa dia sungguh telah mematahkan kedua kakinya.
Berlari, mungkin kedua kakinya akan dipatahkan. Jika tidak lari, maka akan pasti mati.
Setelah memikirkan kemungkinan, Jane memutuskan berlari dulu baru bicara, siapa tahu jika dia berlari dengan cepat, setelah berlari Sebastian tidak bisa menangkapnya, maka dia akan bisa bermain dengan gembira.
Pintu terbuka, diluar pintu tidak tahu sejak kapan berdiri dua orang “Dewa pintu”, mereka menghalangi pintu, menghalangi jalan Janepergi.
Didepan mata tidak bisa berlari, Jane dengan cepat menyimpan kembali sebuah kakinya yang sudah melangkah keluar: “Binatang liar Tanjaya, kakiku masih belum menginjak tanah, tidak termasuk keluar dari pintu ini.”
Sebastian duduk diatas kursi, dengan wibawa menyilangkan kaki: “Kalau kamu begitu suka bermain permainan kucing menangkap tikus, maka teruslah berlari. Saat kamu sudah selesai bermain, kita baru perhitungan baik-baik.”
Jane mengganti sebuah tawa yang menyanjung: “Tidak, aku tidak ada pikiran bermain permainan kucing menangkap tikus. Aku hanya ingin makan beberapa paha ayam panggang, katanya paha ayam disini sangat enak, maka aku kemari dan mencoba makan. Aku masih menyiapkan membawa pulang dua buah untukmu.”
Sebastian tertawa dengan dingin dan melambaikan tangan: “Tidak ingin bermain lagi, maka kemarilah.”
Dia tertawa dingin dengan jahat dan sombong, menyentuh baris pertahanan pertama Jane, kedua tangannya segera memeluk didepan dada: “Sebastian, apa yang kamu ingin lakukan lagi?” Dia pasti tidak bisa melupakan, sudah dikerjain dia dua kali, dia melakukannya sambil duduk, saat lelaki ini duduk adalah sangat kuat sekali.
Sebastian tertawa dengan jahat: “Aku tidak ingin melakukan apa. Kebalikannya kamu, apakah berharap aku melakukan sesuatu apa, baru tidak membuatmu kecewa.”
Jane: “……”
Brengsek!
Jangan menggunakan nada bicara yang begitu jahat dan menjijikkan bicara dengannya, membuatnya ketakutan.
Sebastian berkata lagi: “Kemari.”
Jane melihat ke kiri kanan, melihat apakah ada jalan keluar lain dari kamar, jika dia benar mau melakukan sesuatu terhadapnya, dia akan memecahkan kepalanya baru bersembunyi pergi.
Sebastian : ” Jane, aku sungguh ingin membuka kepalamu, melihat isi didalamnya apakah adalah pasta. Sudah jelas tidak boleh, tapi masih saja melakukan, hanya orang yang isi kepalanya pasta yang bisa berbuat begitu.”
Jane: “Isi didalam otakmu barulah pasta.”
Melihat dia masih memutar-mutar, kesabaran Sebastian hampir habis diputarnya, dia menambah berat nada suaranya: “Kalau tidak kemari lagi, berarti ingin aku yang bergerak.”
Ucapannya berlalu, Jane berlari kecil kesampingnya, namun masih menyisakan jarak dua langkah, waspada terhadap kedua tangannya.
Kedua lengan lelaki ini panjang, mungkin saja tiba-tiba bisa mengeluarkan tangan menariknya kedalam pelukan, lalu mulai memulai tindakan yang rendahan dan tidak senonoh.
Setelah dipikirkan sungguh membuat emosi, dia juga tidak bisa melakukan apa terhadapnya.
Jika bisa menghajar dia, dia pasti harus menyiapkan sebilah pisau, menghabiskan “Alat” dia berbuat kasus, lihat dia masih bisa sembarangan seperti apa.
“Duduk yang baik.” Dia berkata lagi, nada bicara itu Jane mendengarnya seperti kakek yang mengajari cucu, brengsek ini masih menjadi tuan besar didepannya.
Jane duduk diatas kursi dengan terengah-engah, memelototinya dengan jijik dan geram: ” Sebastian, sebenarnya apa yang kamu pikirkan seharian dari pagi sampai malam? Aku tidak pernah merebut pacarmu, tidak ada dendam apapun denganmu, kenapa kamu tidak mau membiarkan aku pergi mati?”
Wanita polos ini, seharian sampai malam sebenarnya didalam otaknya memikirkan apa, jika dia berpikir ingin mencelakai nyawanya, mungkinkah membiarkan dia hidup sampai sekarang?
Sebastian ada sedikit tidak berdaya, mencoba menjelaskan kepadanya: “Aku menikah denganmu, adalah ingin bertanggung jawab pada hidupmu, aku tidak pernah berpikir untuk meninggalkanmu dan tidak perduli padamu, juga tidak pernah berpikir ingin membuatmu mati.”
NamunSebastian justru salah berpikir lagi, otak Jane berputar terbalik masih berbeda sama sekali dengan pemikirannya, mendengar ucapannya, dia segera melompat berdiri: “Sebastian, kamu memikirkan ide gila apa lagi? Aku beritahukan padamu, jika kamu menyakitiku lagi, aku pasti akan melawan.”
Sebastian : “……”
Ingin langsung mencekik mati dia, membuktikan dia tidak salah menebak.
Janemelihat dia dengan waspada: “Aku beritahukan padamu, namun karena kamu masih ada sedikit rasa kemanusiaan, kamu tidak boleh turun tangan terhadap wanita yang sudah kamu tiduri dua kali.”
Sebastian mau tidak mau harus kagum pada imajinasiJane. Tidak bisa bicara baik-baik dengannya, wanita ini kurang ditiduri, maka dia pasrah padanya sama.
Dia berkata: “Sampai kamu bertanya aku ingin berbuat apa, maka aku beritahukan padamu. Sekarang aku memberimu dua pilihan, satu, tanggalkan pakaianmu berbaring diatas ranjang, menunggu aku menidurimu. Dua, keluarkan kedua kakimu, biarkan aku patahkan.”
“Rupanya tidak ada hati yang baik. Sialan, barusan masih menggunakan kata yang lembut membohongiku, membuat aku hampir percaya.” Masih bersyukur dia tidak percaya, kalau tidak maka sungguh akan mati dengan tidak jelas.
JariSebastian mengetuk-ngetuk ringan, berkata lagi: “Nona Jane, silahkan kamu beritahukan padaku, kamu memilih yang mana dari kedua cara?”
“Aku memilih……” Sudah ditiduri dia dua kali, juga tidak perduli lagi ditiduri dia sekali lagi, kalau kedua kaki dipatahkan, selamanya dia tidak bisa bersembunyi keluar dari telapak iblisnya.
Jane bergerak melepaskan pakaian diatas tubuhnya, membalikkan badan berbaring terbalik diatas ranjang, berbaring seperti huruf besar: “Brengsek, kemarilah. Jika aku berteriak sakit sekali, maka kamu lihatlah sendiri.”
“Sakit?” Sebastian bangkit berdiri, memandangi Jane yang berbaring diatas ranjang seperti melihat orang mati dari ketinggian lantai, “Bukan enak kah?”
Jane merasa malu: “Kalau mau naik cepat naiklah, basa basi apa lagi?”
Sebastian berjalan mendekat, membelokkan pinggang diatasnya: “Nona Jane sungguh melupakan banyak hal. Apakah sudah melupakan kemarin malam siapa yang menangkap punggungku, menangis berteriak agar aku lebih menggunakan tenaga?”
Jane: ” Sebastian, kamu berkata satu huruf lagi, aku bunuh kamu!”
Sudah ditidurinya, dia masih merasa tidak apa-apa, lagipula pertama kalinya sudah dari awal direbutnya, dia kesal pada dirinya, dia akhirnya tenggelam.
Mengingat semalam, berkata sebenarnya dia sepertinya lebih gila daripadanya, tepatnya saat sampai terkahir, dia telah membuang mukanya seumur hidup ini.
Berkata ucapan seperti itu disaat itu, biasanya walau dipukul sampai mati pun dia tidak akan mengatakannya, malah dibuat terpesona oleh lelaki ini, sedikit lagi lupa dirinya masih seorang wanita.
Sebastian tertawa ringan: “Nona Jane, kalau tidak ingat, aku tidak perduli membantumu mengingat kembali.”
Lagipula didepannya dia sudah kehilangan muka, dia juga sudah tidak perduli lagi, berkata dengan lantang: “Tuan muda Tanjaya, kemarilah bantu aku mengingat kembali dengan baik, membuat aku tahu kamu seberapa hebat.”
Janesekali berbaring lurus, raut wajahSebastian kembali mendalam, memandangi wanita yang berani ini dengan tidak puas, sering sekali dia harus meragukan sebenarnya dia apakah seorang wanita
Melihat dia ragu-ragu, Janemakin berani: “Kenapa? Tidak melakukan lagi? Kemarin malam sudah menghabiskan tenagamu, kamu sudah tidak sanggup lagi?”
Sebastian memalingkan kepala, antara tertawa atau tidak memandanginya: “Enak bermain kah?”
Siapa yang bermain dengannya, dia sedang bersembunyi dari dia seorang sakit mental yang mengejar membunuh.
Jane membalikkan badan ingin berlari, suara Sebastian datang sekali lagi dari belakang badannya: “Jane, kalau kamu berani berlari keluar kamar ini, aku harus mematahkan kedua kakimu.”
Kedua kaki Jane melemas, kegarangan lelaki ini terlalu besar untuknya.
Dia hanya mengancamnya dengan sebuah kalimat, dia tiak berani berlari bergerak, kedua kaki masih sungguh merasa sakit, merasa dia sungguh telah mematahkan kedua kakinya.
Berlari, mungkin kedua kakinya akan dipatahkan. Jika tidak lari, maka akan pasti mati.
Setelah memikirkan kemungkinan, Jane memutuskan berlari dulu baru bicara, siapa tahu jika dia berlari dengan cepat, setelah berlari Sebastian tidak bisa menangkapnya, maka dia akan bisa bermain dengan gembira.
Pintu terbuka, diluar pintu tidak tahu sejak kapan berdiri dua orang “Dewa pintu”, mereka menghalangi pintu, menghalangi jalan Janepergi.
Didepan mata tidak bisa berlari, Jane dengan cepat menyimpan kembali sebuah kakinya yang sudah melangkah keluar: “Binatang liar Tanjaya, kakiku masih belum menginjak tanah, tidak termasuk keluar dari pintu ini.”
Sebastian duduk diatas kursi, dengan wibawa menyilangkan kaki: “Kalau kamu begitu suka bermain permainan kucing menangkap tikus, maka teruslah berlari. Saat kamu sudah selesai bermain, kita baru perhitungan baik-baik.”
Jane mengganti sebuah tawa yang menyanjung: “Tidak, aku tidak ada pikiran bermain permainan kucing menangkap tikus. Aku hanya ingin makan beberapa paha ayam panggang, katanya paha ayam disini sangat enak, maka aku kemari dan mencoba makan. Aku masih menyiapkan membawa pulang dua buah untukmu.”
Sebastian tertawa dengan dingin dan melambaikan tangan: “Tidak ingin bermain lagi, maka kemarilah.”
Dia tertawa dingin dengan jahat dan sombong, menyentuh baris pertahanan pertama Jane, kedua tangannya segera memeluk didepan dada: “Sebastian, apa yang kamu ingin lakukan lagi?” Dia pasti tidak bisa melupakan, sudah dikerjain dia dua kali, dia melakukannya sambil duduk, saat lelaki ini duduk adalah sangat kuat sekali.
Sebastian tertawa dengan jahat: “Aku tidak ingin melakukan apa. Kebalikannya kamu, apakah berharap aku melakukan sesuatu apa, baru tidak membuatmu kecewa.”
Jane: “……”
Brengsek!
Jangan menggunakan nada bicara yang begitu jahat dan menjijikkan bicara dengannya, membuatnya ketakutan.
Sebastian berkata lagi: “Kemari.”
Jane melihat ke kiri kanan, melihat apakah ada jalan keluar lain dari kamar, jika dia benar mau melakukan sesuatu terhadapnya, dia akan memecahkan kepalanya baru bersembunyi pergi.
Sebastian : ” Jane, aku sungguh ingin membuka kepalamu, melihat isi didalamnya apakah adalah pasta. Sudah jelas tidak boleh, tapi masih saja melakukan, hanya orang yang isi kepalanya pasta yang bisa berbuat begitu.”
Jane: “Isi didalam otakmu barulah pasta.”
Melihat dia masih memutar-mutar, kesabaran Sebastian hampir habis diputarnya, dia menambah berat nada suaranya: “Kalau tidak kemari lagi, berarti ingin aku yang bergerak.”
Ucapannya berlalu, Jane berlari kecil kesampingnya, namun masih menyisakan jarak dua langkah, waspada terhadap kedua tangannya.
Kedua lengan lelaki ini panjang, mungkin saja tiba-tiba bisa mengeluarkan tangan menariknya kedalam pelukan, lalu mulai memulai tindakan yang rendahan dan tidak senonoh.
Setelah dipikirkan sungguh membuat emosi, dia juga tidak bisa melakukan apa terhadapnya.
Jika bisa menghajar dia, dia pasti harus menyiapkan sebilah pisau, menghabiskan “Alat” dia berbuat kasus, lihat dia masih bisa sembarangan seperti apa.
“Duduk yang baik.” Dia berkata lagi, nada bicara itu Jane mendengarnya seperti kakek yang mengajari cucu, brengsek ini masih menjadi tuan besar didepannya.
Jane duduk diatas kursi dengan terengah-engah, memelototinya dengan jijik dan geram: ” Sebastian, sebenarnya apa yang kamu pikirkan seharian dari pagi sampai malam? Aku tidak pernah merebut pacarmu, tidak ada dendam apapun denganmu, kenapa kamu tidak mau membiarkan aku pergi mati?”
Wanita polos ini, seharian sampai malam sebenarnya didalam otaknya memikirkan apa, jika dia berpikir ingin mencelakai nyawanya, mungkinkah membiarkan dia hidup sampai sekarang?
Sebastian ada sedikit tidak berdaya, mencoba menjelaskan kepadanya: “Aku menikah denganmu, adalah ingin bertanggung jawab pada hidupmu, aku tidak pernah berpikir untuk meninggalkanmu dan tidak perduli padamu, juga tidak pernah berpikir ingin membuatmu mati.”
NamunSebastian justru salah berpikir lagi, otak Jane berputar terbalik masih berbeda sama sekali dengan pemikirannya, mendengar ucapannya, dia segera melompat berdiri: “Sebastian, kamu memikirkan ide gila apa lagi? Aku beritahukan padamu, jika kamu menyakitiku lagi, aku pasti akan melawan.”
Sebastian : “……”
Ingin langsung mencekik mati dia, membuktikan dia tidak salah menebak.
Janemelihat dia dengan waspada: “Aku beritahukan padamu, namun karena kamu masih ada sedikit rasa kemanusiaan, kamu tidak boleh turun tangan terhadap wanita yang sudah kamu tiduri dua kali.”
Sebastian mau tidak mau harus kagum pada imajinasiJane. Tidak bisa bicara baik-baik dengannya, wanita ini kurang ditiduri, maka dia pasrah padanya sama.
Dia berkata: “Sampai kamu bertanya aku ingin berbuat apa, maka aku beritahukan padamu. Sekarang aku memberimu dua pilihan, satu, tanggalkan pakaianmu berbaring diatas ranjang, menunggu aku menidurimu. Dua, keluarkan kedua kakimu, biarkan aku patahkan.”
“Rupanya tidak ada hati yang baik. Sialan, barusan masih menggunakan kata yang lembut membohongiku, membuat aku hampir percaya.” Masih bersyukur dia tidak percaya, kalau tidak maka sungguh akan mati dengan tidak jelas.
JariSebastian mengetuk-ngetuk ringan, berkata lagi: “Nona Jane, silahkan kamu beritahukan padaku, kamu memilih yang mana dari kedua cara?”
“Aku memilih……” Sudah ditiduri dia dua kali, juga tidak perduli lagi ditiduri dia sekali lagi, kalau kedua kaki dipatahkan, selamanya dia tidak bisa bersembunyi keluar dari telapak iblisnya.
Jane bergerak melepaskan pakaian diatas tubuhnya, membalikkan badan berbaring terbalik diatas ranjang, berbaring seperti huruf besar: “Brengsek, kemarilah. Jika aku berteriak sakit sekali, maka kamu lihatlah sendiri.”
“Sakit?” Sebastian bangkit berdiri, memandangi Jane yang berbaring diatas ranjang seperti melihat orang mati dari ketinggian lantai, “Bukan enak kah?”
Jane merasa malu: “Kalau mau naik cepat naiklah, basa basi apa lagi?”
Sebastian berjalan mendekat, membelokkan pinggang diatasnya: “Nona Jane sungguh melupakan banyak hal. Apakah sudah melupakan kemarin malam siapa yang menangkap punggungku, menangis berteriak agar aku lebih menggunakan tenaga?”
Jane: ” Sebastian, kamu berkata satu huruf lagi, aku bunuh kamu!”
Sudah ditidurinya, dia masih merasa tidak apa-apa, lagipula pertama kalinya sudah dari awal direbutnya, dia kesal pada dirinya, dia akhirnya tenggelam.
Mengingat semalam, berkata sebenarnya dia sepertinya lebih gila daripadanya, tepatnya saat sampai terkahir, dia telah membuang mukanya seumur hidup ini.
Berkata ucapan seperti itu disaat itu, biasanya walau dipukul sampai mati pun dia tidak akan mengatakannya, malah dibuat terpesona oleh lelaki ini, sedikit lagi lupa dirinya masih seorang wanita.
Sebastian tertawa ringan: “Nona Jane, kalau tidak ingat, aku tidak perduli membantumu mengingat kembali.”
Lagipula didepannya dia sudah kehilangan muka, dia juga sudah tidak perduli lagi, berkata dengan lantang: “Tuan muda Tanjaya, kemarilah bantu aku mengingat kembali dengan baik, membuat aku tahu kamu seberapa hebat.”
Janesekali berbaring lurus, raut wajahSebastian kembali mendalam, memandangi wanita yang berani ini dengan tidak puas, sering sekali dia harus meragukan sebenarnya dia apakah seorang wanita
Melihat dia ragu-ragu, Janemakin berani: “Kenapa? Tidak melakukan lagi? Kemarin malam sudah menghabiskan tenagamu, kamu sudah tidak sanggup lagi?”
Bình luận facebook