Viet Writer
Và Mai Có Nắng
-
Bab 1057
Bab 1057 Menyaksikan Kebahagiaan
Pernikahan, berjalan dengan lancar.
Saat saksi pernikahan sudah mengumumkan pengantin pria sudah boleh mencium pengantin wanita, Ravindra memegang tangan Oriella, perlahan membuka penutup muka diatas wajahnya, memegang wajahnya mencium dia.
Di pernikahan, masih banyak orang yang melihat, dia malah seperti anak muda berumur tujuh belas delapan belas tahun, sekali mencium sampai tidak bisa berhenti.
“Abang Hansel, masih banyak orang yang sedang melihat.” Oriella mendorong dia, mengingatkan dengan suara kecil, kalau begitu terus, hari ini mereka pasti akan menjadi “Titik Hitam” yang satunya lagi.
“Riella, kamu tahu kamu sangat cantik sekali kah?” Walau sudah begitu banyak tahun melihatnya, setiap saat melihat gadis kecil ini, dia masih bisa terpaku karenanya.
Terutama hari ini, badannya memakai baju pengantin yang putih bersih, seperti dewi kecil yang tidak sengaja jatuh ke dunia, setiap melihat dia, darahnya pasti akan memanas sedikit.
Bagus sekali! Bagus sekali! Bagus sekali!
Dari dalam hatinya terus menerus berkata bagus, mulai hari ini, dia akhirnya bisa dengan terbuka memilikinya, mencintainya, menyayanginya, memanjakannya, sampai pada akhir hayat.
“Abang Hansel, kamu juga sangat tampan.” Didalam matanya, dia di hari ini berbeda dengan sebelumnya, setiap bagian dibadannya bercahaya terang.
Lelaki yang selalu berbakat, yang selalu dicintainya, mulai hari ini, dia sah menjadi suaminya, orang yang berbagi hujan badai bersamanya di kemudian hari.
Dia memandanginya, dia juga memandangi dia, semua ucapan ada didalam pandangan mata, tidak perlu banyak bicara, mereka juga sudah mengerti.
Mereka saling mengeratkan sepuluh jari, melaksakan sebuah adat besar kepada keluarga dan teman baik hari ini, berterima kasih kepada semua orang yang hadir, menjadi saksi dari cinta mereka.
Diatas panggung, sepasang pengantin bersama, disebuah pojokan dibawah panggung, Sebastian memandangi mereka dalam kekosongan, melihat pengantin wanita hari ini sangat mempesona.
Dulu, dia sangat ingin memisahkan mereka setiap saat, tapi hari ini dia hanya ingin mengirimkan ucapan selamat yang dalam, agar orang yang menggantikan dia sebagai abang ini terus menjaganya, membiarkan dia terus menjadi putri yang tidak perlu mengkhawatirkan apapun.
Sebastian berkata diam-diam: “Riella, kamu harus bahagia selamanya, jangan membuat orang rumah khawatir, juga agar nenek yang sudah pergi ke surge bisa tenang. Aku berpikir nenek pasti masih ada, dia juga menyaksikan pernikahan kalian.”
“Sebastian……”
Sebuah suara yang lembut tiba-tiba terdengar dari samping badannya, dia menyimpan kembali pandangan dan melihat ke samping badan, melihat Ariella berdiri disampingnya: “Ibu, ada apa?”
Ariella tersenyum dengan lembut: “Kamu bisa pulang menjenguk nenek, bisa mengantarkan perjalanan nenek yang terakhir, masih bisa menghadiri pernikahan Riella, kami sangat gembira.”
“Ibu, aku juga bagian dari keluarga Tanjaya, nenek begitu menyayangiku, aku sudah seharusnya pulang menjenguk dia.” Dia sekali lagi melihat Oriella yang berada diatas panggung, “Aku juga abangnya Riella, berharap dia bisa bahagia.”
“Sebastian, aku sungguh bersyukur.” Perasaan Sebastian yang dulu terhadap Oriella, Ariella juga tahu, sekarang melihat dia dapat berpikir jernih, dia sangat bersyukur.
Sebastian berkata dengan tanggung jawab: “Ibu, dulu, ada beberapa hal yang tidak aku lakukan dengan benar, dan juga kurang paham, telah membuat kalian khawatir padaku.”
Ariella menggelengkan kepala: “Tidak, kamu tidak melakukan dengan tidak baik, kebalikannya semua kamu lakukan dengan sangat baik, adalah contoh yang paling baik untuk Riella dan Si Imut.”
“Ibu, terima kasih kalian selalu menungguku, tidak pernah menyerah padaku.” Ini adalah keluarganya, orang terdekatnya yang tidak berani dia hadapi, saat ini, didalam hatinya berterima kasih pada mereka.
“Kamu selamanya adalah anak keluarga kami.” Ariellamenepuk bahunya, “Ah. apakah terjadi sesuatu antara kamu dan istrimu?”
“Ya, ada sedikit masalah.” Sebastian menganggukan kepala, “Ibu, jangan menggantikan aku khawatir, aku akan menyelesaikan hal diantara kami dengan baik.”
Ariella berkata: “Sebastian, jika dia tidak bersedia datang ke rumah kita, kita juga tidak akan memaksa, tunggu kapan dia bersedia, kamu baru bawa pulang kerumah melihat-lihat. Pemikiranku dan ayahmu serta nenekmu adalah sama, asalakan gadis yang kamu sukai, kami pasti akan menyukainya, juga menyelamati dia menjadi bagian dari keluarga kita.”
Ariella berkata seperti ini, adalah yang ingin diucapkan Carlson kepada Sebastian, namun karena Carlson tidak begitu bisa mengungkapkan perasaannya, terutama diantara anak ini, selain masalah pekerjaan topik pembicaraan lebih sedikit lagi, maka hari ini Ariella yang berdiskusi dengan Sebastian .
“Ibu, aku akan membawanya pulang kerumah melihat-lihat, tapi…… Mungkin masih perlu sedikit waktu.” Dalam waktu dekat ini mungkin tidak bisa, wanita polos itu tidak bisa menerima kenyataan mereka sudah menjadi suami istri, pasti tidak bersedia ikut dengannya pulang kerumah.
Kalau dia membawanya pulang dengan paksa, maka hal yang terjadi diantara mereka akan terbongkar satu per satu didepan keluarganya, Sebastian tidak bersedia melihat akhir seperti ini.
Beberapa tahun ini dia diluar, bukan hanya tidak menjaga keluarga ini, masih membuat mereka mengkhawatirkannya, dia sudah sangat bersalah pada mereka, tidak boleh membiarkan mereka khawatir padanya lagi.
Ariella tidak mengerti terjadi apa diantara mereka, juga perhatian dengan tidak mengejar bertanya, dia berkata lagi: “Sebastian, asalkan kamu ingat, tidak perduli kamu ada dimana, rumah ini ada disini, pintu besarnya terbuka setiap saat untukmu.”
Sebastian mengiyakan: “Ibu, saya tahu.”
Dulu, dia selalu merasa dirinya adalah orang yang datang dari luar, bagaimanapun tidak termasuk bagian sebenarnya dari keluarga Tanjaya, didalam hati sedikit banyak masih tersimpan ketidakpuasan.
Namun setelah melewati beberapa hari ini, membuat dia mengerti, selama ini dia yang berpikir terlalu banyak, orang di keluarga ini siapapun tidak menganggap dia sebagai orang luar.
Terutama nenek yang sudah meninggal, sudah sampai ujung hayatnya, masih merindukan dia, jika kali ini dia masih tidak bisa kembali melihat nenek untuk terakhir kalinya, dia pasti akan menyesal seumur hidup.
Syukurlah, dia sudah kembali, dank arena ini, akhirnya dia tidak lagi putus hubungan dengan keluarga ini, dia akan memperhatikan kabar mereka, juga memberi kabarnya sendiri kepada mereka.
Walaupun berada di negara yang berbeda, berada di kota yang berbeda, namun kedekatan dia dan keluarga Tanjaya selamanya tidak akan terputus.
Ding dong—-
Tiba-tiba terdengar suara telepon bordering, Sebastian berkata dengan rasa maaf: “Ibu, aku angkat telepon dulu.”
“Kamu sibuklah dengan urusanmu, aku pergi mencari ayahmu.” Ariella membalikkan badan pergi, berjalan beberapa langkah lalu memalingkan kepala berkata, “Sebastian, nanti cari waktu mengobrol dengan baik dengan ayahmu.”
“Baik, akan pergi setelah selesai menelepon.” Pandangan mengantar Ariella pergi, Sebastian berjalan ke taman bunga didepan hotel, baru mengangkat telepon, “Ada masalah apa?”
Tidak tahu orang didalam telepon berkata apa, pandangan Sebastian tiba-tiba mendalam, berkata dengan dingin: “Orang yang sebegitu besarnya, tidak dapat kalian temukan?”
Menunggu sebentar, dia berkata lagi: “Teruslah mencari, tidak perduli dia bersembunyi di dalam pojokan manapun, carilah dia sampai dapat. Ingatlah, aku mau dia dengan utuh tanpa kurang apapun, sehelai rambutpun tidak boleh kurang.”
Wanita polos itu, tidak familiar dengan tempat ini, dia bisa lari kemana?
Sebastian memegang telepon, tiba-tiba merasa sangat pusing, beberapa tahun ini, sungguh tidak ada hal yang membuat dia begitu tidak berdaya.
Pernikahan, berjalan dengan lancar.
Saat saksi pernikahan sudah mengumumkan pengantin pria sudah boleh mencium pengantin wanita, Ravindra memegang tangan Oriella, perlahan membuka penutup muka diatas wajahnya, memegang wajahnya mencium dia.
Di pernikahan, masih banyak orang yang melihat, dia malah seperti anak muda berumur tujuh belas delapan belas tahun, sekali mencium sampai tidak bisa berhenti.
“Abang Hansel, masih banyak orang yang sedang melihat.” Oriella mendorong dia, mengingatkan dengan suara kecil, kalau begitu terus, hari ini mereka pasti akan menjadi “Titik Hitam” yang satunya lagi.
“Riella, kamu tahu kamu sangat cantik sekali kah?” Walau sudah begitu banyak tahun melihatnya, setiap saat melihat gadis kecil ini, dia masih bisa terpaku karenanya.
Terutama hari ini, badannya memakai baju pengantin yang putih bersih, seperti dewi kecil yang tidak sengaja jatuh ke dunia, setiap melihat dia, darahnya pasti akan memanas sedikit.
Bagus sekali! Bagus sekali! Bagus sekali!
Dari dalam hatinya terus menerus berkata bagus, mulai hari ini, dia akhirnya bisa dengan terbuka memilikinya, mencintainya, menyayanginya, memanjakannya, sampai pada akhir hayat.
“Abang Hansel, kamu juga sangat tampan.” Didalam matanya, dia di hari ini berbeda dengan sebelumnya, setiap bagian dibadannya bercahaya terang.
Lelaki yang selalu berbakat, yang selalu dicintainya, mulai hari ini, dia sah menjadi suaminya, orang yang berbagi hujan badai bersamanya di kemudian hari.
Dia memandanginya, dia juga memandangi dia, semua ucapan ada didalam pandangan mata, tidak perlu banyak bicara, mereka juga sudah mengerti.
Mereka saling mengeratkan sepuluh jari, melaksakan sebuah adat besar kepada keluarga dan teman baik hari ini, berterima kasih kepada semua orang yang hadir, menjadi saksi dari cinta mereka.
Diatas panggung, sepasang pengantin bersama, disebuah pojokan dibawah panggung, Sebastian memandangi mereka dalam kekosongan, melihat pengantin wanita hari ini sangat mempesona.
Dulu, dia sangat ingin memisahkan mereka setiap saat, tapi hari ini dia hanya ingin mengirimkan ucapan selamat yang dalam, agar orang yang menggantikan dia sebagai abang ini terus menjaganya, membiarkan dia terus menjadi putri yang tidak perlu mengkhawatirkan apapun.
Sebastian berkata diam-diam: “Riella, kamu harus bahagia selamanya, jangan membuat orang rumah khawatir, juga agar nenek yang sudah pergi ke surge bisa tenang. Aku berpikir nenek pasti masih ada, dia juga menyaksikan pernikahan kalian.”
“Sebastian……”
Sebuah suara yang lembut tiba-tiba terdengar dari samping badannya, dia menyimpan kembali pandangan dan melihat ke samping badan, melihat Ariella berdiri disampingnya: “Ibu, ada apa?”
Ariella tersenyum dengan lembut: “Kamu bisa pulang menjenguk nenek, bisa mengantarkan perjalanan nenek yang terakhir, masih bisa menghadiri pernikahan Riella, kami sangat gembira.”
“Ibu, aku juga bagian dari keluarga Tanjaya, nenek begitu menyayangiku, aku sudah seharusnya pulang menjenguk dia.” Dia sekali lagi melihat Oriella yang berada diatas panggung, “Aku juga abangnya Riella, berharap dia bisa bahagia.”
“Sebastian, aku sungguh bersyukur.” Perasaan Sebastian yang dulu terhadap Oriella, Ariella juga tahu, sekarang melihat dia dapat berpikir jernih, dia sangat bersyukur.
Sebastian berkata dengan tanggung jawab: “Ibu, dulu, ada beberapa hal yang tidak aku lakukan dengan benar, dan juga kurang paham, telah membuat kalian khawatir padaku.”
Ariella menggelengkan kepala: “Tidak, kamu tidak melakukan dengan tidak baik, kebalikannya semua kamu lakukan dengan sangat baik, adalah contoh yang paling baik untuk Riella dan Si Imut.”
“Ibu, terima kasih kalian selalu menungguku, tidak pernah menyerah padaku.” Ini adalah keluarganya, orang terdekatnya yang tidak berani dia hadapi, saat ini, didalam hatinya berterima kasih pada mereka.
“Kamu selamanya adalah anak keluarga kami.” Ariellamenepuk bahunya, “Ah. apakah terjadi sesuatu antara kamu dan istrimu?”
“Ya, ada sedikit masalah.” Sebastian menganggukan kepala, “Ibu, jangan menggantikan aku khawatir, aku akan menyelesaikan hal diantara kami dengan baik.”
Ariella berkata: “Sebastian, jika dia tidak bersedia datang ke rumah kita, kita juga tidak akan memaksa, tunggu kapan dia bersedia, kamu baru bawa pulang kerumah melihat-lihat. Pemikiranku dan ayahmu serta nenekmu adalah sama, asalakan gadis yang kamu sukai, kami pasti akan menyukainya, juga menyelamati dia menjadi bagian dari keluarga kita.”
Ariella berkata seperti ini, adalah yang ingin diucapkan Carlson kepada Sebastian, namun karena Carlson tidak begitu bisa mengungkapkan perasaannya, terutama diantara anak ini, selain masalah pekerjaan topik pembicaraan lebih sedikit lagi, maka hari ini Ariella yang berdiskusi dengan Sebastian .
“Ibu, aku akan membawanya pulang kerumah melihat-lihat, tapi…… Mungkin masih perlu sedikit waktu.” Dalam waktu dekat ini mungkin tidak bisa, wanita polos itu tidak bisa menerima kenyataan mereka sudah menjadi suami istri, pasti tidak bersedia ikut dengannya pulang kerumah.
Kalau dia membawanya pulang dengan paksa, maka hal yang terjadi diantara mereka akan terbongkar satu per satu didepan keluarganya, Sebastian tidak bersedia melihat akhir seperti ini.
Beberapa tahun ini dia diluar, bukan hanya tidak menjaga keluarga ini, masih membuat mereka mengkhawatirkannya, dia sudah sangat bersalah pada mereka, tidak boleh membiarkan mereka khawatir padanya lagi.
Ariella tidak mengerti terjadi apa diantara mereka, juga perhatian dengan tidak mengejar bertanya, dia berkata lagi: “Sebastian, asalkan kamu ingat, tidak perduli kamu ada dimana, rumah ini ada disini, pintu besarnya terbuka setiap saat untukmu.”
Sebastian mengiyakan: “Ibu, saya tahu.”
Dulu, dia selalu merasa dirinya adalah orang yang datang dari luar, bagaimanapun tidak termasuk bagian sebenarnya dari keluarga Tanjaya, didalam hati sedikit banyak masih tersimpan ketidakpuasan.
Namun setelah melewati beberapa hari ini, membuat dia mengerti, selama ini dia yang berpikir terlalu banyak, orang di keluarga ini siapapun tidak menganggap dia sebagai orang luar.
Terutama nenek yang sudah meninggal, sudah sampai ujung hayatnya, masih merindukan dia, jika kali ini dia masih tidak bisa kembali melihat nenek untuk terakhir kalinya, dia pasti akan menyesal seumur hidup.
Syukurlah, dia sudah kembali, dank arena ini, akhirnya dia tidak lagi putus hubungan dengan keluarga ini, dia akan memperhatikan kabar mereka, juga memberi kabarnya sendiri kepada mereka.
Walaupun berada di negara yang berbeda, berada di kota yang berbeda, namun kedekatan dia dan keluarga Tanjaya selamanya tidak akan terputus.
Ding dong—-
Tiba-tiba terdengar suara telepon bordering, Sebastian berkata dengan rasa maaf: “Ibu, aku angkat telepon dulu.”
“Kamu sibuklah dengan urusanmu, aku pergi mencari ayahmu.” Ariella membalikkan badan pergi, berjalan beberapa langkah lalu memalingkan kepala berkata, “Sebastian, nanti cari waktu mengobrol dengan baik dengan ayahmu.”
“Baik, akan pergi setelah selesai menelepon.” Pandangan mengantar Ariella pergi, Sebastian berjalan ke taman bunga didepan hotel, baru mengangkat telepon, “Ada masalah apa?”
Tidak tahu orang didalam telepon berkata apa, pandangan Sebastian tiba-tiba mendalam, berkata dengan dingin: “Orang yang sebegitu besarnya, tidak dapat kalian temukan?”
Menunggu sebentar, dia berkata lagi: “Teruslah mencari, tidak perduli dia bersembunyi di dalam pojokan manapun, carilah dia sampai dapat. Ingatlah, aku mau dia dengan utuh tanpa kurang apapun, sehelai rambutpun tidak boleh kurang.”
Wanita polos itu, tidak familiar dengan tempat ini, dia bisa lari kemana?
Sebastian memegang telepon, tiba-tiba merasa sangat pusing, beberapa tahun ini, sungguh tidak ada hal yang membuat dia begitu tidak berdaya.