Viet Writer
Và Mai Có Nắng
-
Bab 19
Bab 19 Kecurigaan Setelah Pernikahan
Ariella sibuk sampai siang tidak hanya lupa makan, bahkan air putih pun tidak punya waktu untuk minum, Carlson menelponnya, dia juga membalasnnya dua kalimat langsung menutupnya.
Ketika sore hari yang melelahkan, Lindsey membantunya untuk membuat secangkir kopi instan. Untungnya, kerja keras terbayarkan, sebelum jam 5 sore, akhirnya draft perencanaan awal itu meskipun tidak seperti yang diharapkan, tetapi masih cukup lumayan.
Dia memberitahu Nisha dan Ariella segera meninggalkan perusahaan, memanggil taxi bergegas pergi ke PT. Canics untuk mencari direktur mereka Aksa.
Ketika dia tiba, sikap Aksa terhadap Ariella lebih antusias daripada sebelumnya, dia tidak hanya memuji perencanaan awalnya bagus, tetapi dia juga menariknya untuk mengatakan banyak kata-kata bagus.
Aksa menunjuknya untuk bertanggung jawab atas proyek Canics dan perubahan sikapnya yang mendadak, membuat Ariella sedikit khawatir, khawatir pada PT. Canics yang ada dibelakang Aksa. Jika dirinya begitu penting di hati mereka, tidak akan terjadi hal seperti itu. Setelah memikirkannya, hati yang tergantung akhirnya menjadi tenang.
Setelah berhasil lolos dari Direktur Aksa, Ariella menerima telepon dari Puspita, membiarkannya pergi ke studio kerjanya. Ariella pulang mandi dan mengganti satu set pakaian, kemudian bergegas ke studio, berencana untuk tinggal satu malam si tempat Puspita.
Melihat Ariella, Puspita senang berputar dua putaran: “Ariella, aku hari ini ingin memberi tahumu sebuah kabar gembira.”
Melihat kegembiraan Puspita, didalam hati Ariella sudah menebak kira-kira tentang apa itu, dia berkata, “Itu pasti tentang “koko” tercintamu.”
Puspita menghela nafas lega dan dengan gembira berkata: “Gustin berhasil memperoleh gelar doktornya dan berhasil memasuki Group Aces melalui penyaringan ketat, sementara bekerja di kantor pusat Aces yang ada di AS. Dengar-dengar Carlton, berencana untuk memindahkan kantor pusat domestik dari Kyoto ke Kota Pasirbumi, Gustin juga berkemungkinan untuk ditransfer ke Kota Pasirbumi untuk bekerja.”
Membicarakan tentang keluarga besar Carlton, pemilik Group Aces, itu benar-benar adalah orang yang berdiri di puncak piramida. Bahkan perusahaan yang merupakan salah satu yang terbaik di indonesia, seperti PT. Canics dll, bahkan tidak sepersepuluh dari Group Aces.
Keluarga besar Carlton terkenal, kaya dan sangat rendah diri, terutama Carlton, yang tidak pernah mencul di depan awak media.
Semua orang hanya tahu bahwa dia pada usia 22 tahun secara resmi mengambil alih seluruh pekerjaan Group Aces, dan tahun-tahun selanjutnya, dia telah menciptakan mitos bisnis yang seumur hidup tidak dapat diselesaikan oleh banyak orang.
Bahkan ada desas-desus bahwa dia tidak muncul di depan umum karena dia cacat fisik. Ada juga yang mengatakan bahwa dia sangat tampan dan lelaki kelas satu yang paling tampan di dunia.
Tidakpeduli seperti apa faktanya, Ariella tidak ada pikiran untuk menebak. Lagi pula seumur hidupnya dia tidak mungkin ada hubungan dengan Group Aces. Dia mengambil tangan Puspita dan menepuknya: “Cintaku, aku tidak mau bicara banyak omong kosong. Di studio ada masalah apa aku akan mengurusnya, kamu bisa tenang untuk menemani “koko” tercintamu.”
Puspita langsung memeluk Ariella: “Memang kamu paling mengertiku, aku tidak mengatakan apa-apa, kamu langsung tahu bahwa aku mau pergi ke Amrik.”
Ariella jengkel: “Untuk apa bicara omong kosong?”
Puspita tersenyum dan berkata, “Ayo pergi. Malam ini aku akan mentraktirmu.”
Ariella juga tidak malu-malu dengannya. Keduanya langsung pergi dan menemukan restoran panggang terkenal di sekitaran. Angin malam cukup dingin, bisnis hot pot dan panggang sangat ramai pengunjung, terutama toko-toko yang rasanya cukup lezat, harus mengantri untuk makan.
Baru saja mengantri sampai mendapatkan posisi duduk belum sempat memesan makanan, telpon dari Carlson masuk. Ariella melirik Puspita, kemudian dengan wajah merah mengangkat telepon: “Apakah pekerjaanmu telah selesai?”
“Ya.” Carlson mendengus pelan dan tidak mengatakan apa-apa lagi.
Ariella memunahkan lidahnya, jangan menelepon jika tidak ada yang ingin dikatakan, tapi dia ingin sibuk memesan dan makan barbecue, tidak ada waktu untuk menemaninya diam di sini.
Setelah beberapa saat, Ariella masih belum mendengar suara Carlson. Dia berkata, “Apakah kamu ada sesuatu untuk ingin dibicarakan? Jika tidak ada, aku mau menutup telepon.” dari sisi telepon satunya masih sunyi, sunyi beberapa saat barulah terdengarn suara rendah Carlson: “Apakah kamu tidak ada sesuatu yang ingin dikatakan padaku?”
Ariella termenung, dia dengan sangat serius berkata, “ketika setelah kamu selesai sibuk dengan pekerjaanmu kamu harus ingat untuk makan. Kamu diluar harus menjaga dirimu sendiri.” Ariella merasa bahwa seorang istri yang baik harus mengatakan ini.
Pria di ujung telepon itu tidak berbicara, dan Ariella berkata lagi: “kalau tidak ada apa-apa aku tutup dulu.”
“Kamu tidak ada hal lain yang ingin dikatakan padaku?”sebelum dia menutup telepon, Carlson menambahkan satu kalimat lainnya.
Setelah Ariella serius memikirkannya, teringat masalah tentang Madonna, mungkin dia merujuk masalah ini, Ariella berkata: “Terima kasih.”
Carlson tidak berbicara, Bahkan tidak mengatakan selamat tinggal telepon langsung ditutup, pertama kali begitu tidak sopan.
Puspita memandang Ariella dan mengerutkan kening, “Ariella, Tadi kamu sedang telponan dengan priamu?”
Ariella melihat layar ponsel menjadi hitam, mengangguk.
Puspita berkata: “Hancur, kalian telah menikah selama sebulan kan. Cara kalian berdua bicara ditelpon begitu kaku? Jangan bilang padaku, kalian berdua bahkan belum melakukan hal yang seharusnya dilakukan sepasang suami istri.”
Wajah Ariella tiba-tiba memerah.
Dia dan Carlson tidak hanya tidak melakukan sesuatu yang harusnya dilakukan oleh sepasang suami istri, bahkan mereka ciuman pun tidak pernah.
Puspita akhirnya mengerti, langsung memegang dahi Ariella: “Ariella, kamu bukannya ingin seumur hidup menjadi gadis tua kan? sudah menikah tapi enggan menyerahkan dirimu sendiri?”
Ariella jengkel dan berbisik, “Bukannya aku yang tidak mau, tapi dia yang tidak pernah meminta permintaan ini.”
Puspita baru menyesap satu teguk air dan langsung muncrat keluar, dengan terkejut berkata: “Kamu seorang wanita cantik bak peri setiap hari tidur di sampingnya, bisa-bisanya dia tidak pernah menginginkanmu. Kalau begitu hanya ada dua kemungkinan, satu dia tidak bisa melakukannya, yang kedua adalah dia sama sekali tidak menyukai wanita.”
Ariella menepuk tangannya: “Jangan sembarangan bicara. Dia begitu karena menghormatiku. Dia pernah mengatakan bahwa dia tidak akan memaksaku untuk melakukan hal-hal yang tidak ingin aku lakukan.”
Puspita mengangkat alisnya dan melihat ke arah Ariella, dengan penuh arti berkata: “Sebenarnya kalian berdua yang tidak mau, atau dia yang tidak bisa? Atau dia mencarimu untuk menikah hanya untuk menemukan perisai untuk menyembunyikan orientasi seksualnya?”
Ariella tidak ingin membicarakan topik ini lagi, segera mengalihkan perhatian Puspita: “Makanan sudah datang, aku akan memanggangnya untukmu.”
Puspita tidak bertanya lagi. Lagipula, ini adalah urusan pribadi suami dan istri Ariella mereka. Ariella tidak ingin mengatakannya, juga tidak akan mendapat jawabannya.
Puspita tidak bertanya, tapi hati Ariella yang menjadi tidak tenang, dia bahkan mengingat secara detail situasi Carlson selama ini. Dia makan dengan baik, tidur dengan nyenyak, dan memiliki semangat yang baik. Mau bagaimana diihat pun adalah seorang pria yang sehat, seharusnya tidak sakit.
Seorang pria tubuhnya tidak ada masalah, Jika melihat seorang wanita telanjang dihadapannya juga tidak menggerakkan pikiran jahat. Apakah itu benar-benar didalamnya ada situasi tersembunyi?
Akankah ini benar seperti yang dikatakan Puspita, bahwa tujuan Carlson untuk menikah dengannya adalah untuk menemukan perisai untuk menyembunyikan orientasi seksualnya? Carlson ketika mereka berkencan buta pernah berkata, pernikahan adalah kehidupan normal yang dipikirkan orang lain, bukan karena cinta.
Ariella sibuk sampai siang tidak hanya lupa makan, bahkan air putih pun tidak punya waktu untuk minum, Carlson menelponnya, dia juga membalasnnya dua kalimat langsung menutupnya.
Ketika sore hari yang melelahkan, Lindsey membantunya untuk membuat secangkir kopi instan. Untungnya, kerja keras terbayarkan, sebelum jam 5 sore, akhirnya draft perencanaan awal itu meskipun tidak seperti yang diharapkan, tetapi masih cukup lumayan.
Dia memberitahu Nisha dan Ariella segera meninggalkan perusahaan, memanggil taxi bergegas pergi ke PT. Canics untuk mencari direktur mereka Aksa.
Ketika dia tiba, sikap Aksa terhadap Ariella lebih antusias daripada sebelumnya, dia tidak hanya memuji perencanaan awalnya bagus, tetapi dia juga menariknya untuk mengatakan banyak kata-kata bagus.
Aksa menunjuknya untuk bertanggung jawab atas proyek Canics dan perubahan sikapnya yang mendadak, membuat Ariella sedikit khawatir, khawatir pada PT. Canics yang ada dibelakang Aksa. Jika dirinya begitu penting di hati mereka, tidak akan terjadi hal seperti itu. Setelah memikirkannya, hati yang tergantung akhirnya menjadi tenang.
Setelah berhasil lolos dari Direktur Aksa, Ariella menerima telepon dari Puspita, membiarkannya pergi ke studio kerjanya. Ariella pulang mandi dan mengganti satu set pakaian, kemudian bergegas ke studio, berencana untuk tinggal satu malam si tempat Puspita.
Melihat Ariella, Puspita senang berputar dua putaran: “Ariella, aku hari ini ingin memberi tahumu sebuah kabar gembira.”
Melihat kegembiraan Puspita, didalam hati Ariella sudah menebak kira-kira tentang apa itu, dia berkata, “Itu pasti tentang “koko” tercintamu.”
Puspita menghela nafas lega dan dengan gembira berkata: “Gustin berhasil memperoleh gelar doktornya dan berhasil memasuki Group Aces melalui penyaringan ketat, sementara bekerja di kantor pusat Aces yang ada di AS. Dengar-dengar Carlton, berencana untuk memindahkan kantor pusat domestik dari Kyoto ke Kota Pasirbumi, Gustin juga berkemungkinan untuk ditransfer ke Kota Pasirbumi untuk bekerja.”
Membicarakan tentang keluarga besar Carlton, pemilik Group Aces, itu benar-benar adalah orang yang berdiri di puncak piramida. Bahkan perusahaan yang merupakan salah satu yang terbaik di indonesia, seperti PT. Canics dll, bahkan tidak sepersepuluh dari Group Aces.
Keluarga besar Carlton terkenal, kaya dan sangat rendah diri, terutama Carlton, yang tidak pernah mencul di depan awak media.
Semua orang hanya tahu bahwa dia pada usia 22 tahun secara resmi mengambil alih seluruh pekerjaan Group Aces, dan tahun-tahun selanjutnya, dia telah menciptakan mitos bisnis yang seumur hidup tidak dapat diselesaikan oleh banyak orang.
Bahkan ada desas-desus bahwa dia tidak muncul di depan umum karena dia cacat fisik. Ada juga yang mengatakan bahwa dia sangat tampan dan lelaki kelas satu yang paling tampan di dunia.
Tidakpeduli seperti apa faktanya, Ariella tidak ada pikiran untuk menebak. Lagi pula seumur hidupnya dia tidak mungkin ada hubungan dengan Group Aces. Dia mengambil tangan Puspita dan menepuknya: “Cintaku, aku tidak mau bicara banyak omong kosong. Di studio ada masalah apa aku akan mengurusnya, kamu bisa tenang untuk menemani “koko” tercintamu.”
Puspita langsung memeluk Ariella: “Memang kamu paling mengertiku, aku tidak mengatakan apa-apa, kamu langsung tahu bahwa aku mau pergi ke Amrik.”
Ariella jengkel: “Untuk apa bicara omong kosong?”
Puspita tersenyum dan berkata, “Ayo pergi. Malam ini aku akan mentraktirmu.”
Ariella juga tidak malu-malu dengannya. Keduanya langsung pergi dan menemukan restoran panggang terkenal di sekitaran. Angin malam cukup dingin, bisnis hot pot dan panggang sangat ramai pengunjung, terutama toko-toko yang rasanya cukup lezat, harus mengantri untuk makan.
Baru saja mengantri sampai mendapatkan posisi duduk belum sempat memesan makanan, telpon dari Carlson masuk. Ariella melirik Puspita, kemudian dengan wajah merah mengangkat telepon: “Apakah pekerjaanmu telah selesai?”
“Ya.” Carlson mendengus pelan dan tidak mengatakan apa-apa lagi.
Ariella memunahkan lidahnya, jangan menelepon jika tidak ada yang ingin dikatakan, tapi dia ingin sibuk memesan dan makan barbecue, tidak ada waktu untuk menemaninya diam di sini.
Setelah beberapa saat, Ariella masih belum mendengar suara Carlson. Dia berkata, “Apakah kamu ada sesuatu untuk ingin dibicarakan? Jika tidak ada, aku mau menutup telepon.” dari sisi telepon satunya masih sunyi, sunyi beberapa saat barulah terdengarn suara rendah Carlson: “Apakah kamu tidak ada sesuatu yang ingin dikatakan padaku?”
Ariella termenung, dia dengan sangat serius berkata, “ketika setelah kamu selesai sibuk dengan pekerjaanmu kamu harus ingat untuk makan. Kamu diluar harus menjaga dirimu sendiri.” Ariella merasa bahwa seorang istri yang baik harus mengatakan ini.
Pria di ujung telepon itu tidak berbicara, dan Ariella berkata lagi: “kalau tidak ada apa-apa aku tutup dulu.”
“Kamu tidak ada hal lain yang ingin dikatakan padaku?”sebelum dia menutup telepon, Carlson menambahkan satu kalimat lainnya.
Setelah Ariella serius memikirkannya, teringat masalah tentang Madonna, mungkin dia merujuk masalah ini, Ariella berkata: “Terima kasih.”
Carlson tidak berbicara, Bahkan tidak mengatakan selamat tinggal telepon langsung ditutup, pertama kali begitu tidak sopan.
Puspita memandang Ariella dan mengerutkan kening, “Ariella, Tadi kamu sedang telponan dengan priamu?”
Ariella melihat layar ponsel menjadi hitam, mengangguk.
Puspita berkata: “Hancur, kalian telah menikah selama sebulan kan. Cara kalian berdua bicara ditelpon begitu kaku? Jangan bilang padaku, kalian berdua bahkan belum melakukan hal yang seharusnya dilakukan sepasang suami istri.”
Wajah Ariella tiba-tiba memerah.
Dia dan Carlson tidak hanya tidak melakukan sesuatu yang harusnya dilakukan oleh sepasang suami istri, bahkan mereka ciuman pun tidak pernah.
Puspita akhirnya mengerti, langsung memegang dahi Ariella: “Ariella, kamu bukannya ingin seumur hidup menjadi gadis tua kan? sudah menikah tapi enggan menyerahkan dirimu sendiri?”
Ariella jengkel dan berbisik, “Bukannya aku yang tidak mau, tapi dia yang tidak pernah meminta permintaan ini.”
Puspita baru menyesap satu teguk air dan langsung muncrat keluar, dengan terkejut berkata: “Kamu seorang wanita cantik bak peri setiap hari tidur di sampingnya, bisa-bisanya dia tidak pernah menginginkanmu. Kalau begitu hanya ada dua kemungkinan, satu dia tidak bisa melakukannya, yang kedua adalah dia sama sekali tidak menyukai wanita.”
Ariella menepuk tangannya: “Jangan sembarangan bicara. Dia begitu karena menghormatiku. Dia pernah mengatakan bahwa dia tidak akan memaksaku untuk melakukan hal-hal yang tidak ingin aku lakukan.”
Puspita mengangkat alisnya dan melihat ke arah Ariella, dengan penuh arti berkata: “Sebenarnya kalian berdua yang tidak mau, atau dia yang tidak bisa? Atau dia mencarimu untuk menikah hanya untuk menemukan perisai untuk menyembunyikan orientasi seksualnya?”
Ariella tidak ingin membicarakan topik ini lagi, segera mengalihkan perhatian Puspita: “Makanan sudah datang, aku akan memanggangnya untukmu.”
Puspita tidak bertanya lagi. Lagipula, ini adalah urusan pribadi suami dan istri Ariella mereka. Ariella tidak ingin mengatakannya, juga tidak akan mendapat jawabannya.
Puspita tidak bertanya, tapi hati Ariella yang menjadi tidak tenang, dia bahkan mengingat secara detail situasi Carlson selama ini. Dia makan dengan baik, tidur dengan nyenyak, dan memiliki semangat yang baik. Mau bagaimana diihat pun adalah seorang pria yang sehat, seharusnya tidak sakit.
Seorang pria tubuhnya tidak ada masalah, Jika melihat seorang wanita telanjang dihadapannya juga tidak menggerakkan pikiran jahat. Apakah itu benar-benar didalamnya ada situasi tersembunyi?
Akankah ini benar seperti yang dikatakan Puspita, bahwa tujuan Carlson untuk menikah dengannya adalah untuk menemukan perisai untuk menyembunyikan orientasi seksualnya? Carlson ketika mereka berkencan buta pernah berkata, pernikahan adalah kehidupan normal yang dipikirkan orang lain, bukan karena cinta.