Viet Writer
Và Mai Có Nắng
-
Bab 40
Bab 40 Penguntit
“Presdir Carlson?” Lindsey berteriak seakan menemukan suatu penemuan baru di dunia, “Apa kalian tidak berpikir punggung ini mirip dengan Presdir Carlson kita?”
Ariella biasanya tidak tertarik dengan gosip lingkaran hiburan ini, tapi tiba-tiba ketika mendengar Lindsey mengatakan seperti itu, tangannya tidak bisa menahan untuk membuka portal berita.
Berita mengenai Polaris menjadi topik utama, dan juga terdapat beberapa foto.
Foto pertama adalah saat dia dengan tenang berada dalam pelukan seorang pria. Foto dua terlihat dari belakang sepertinya mereka sedang berciuman. Foto tiga adalah foto pria itu menggendongnya memasuki sebuah rumah mewah.
Meskipun hanya punggung pria itu yang difoto, tapi punggung ini sangat familiar, dan dia juga melihatnya pagi ini.
Hanya dengan punggung saja tidak bisa 100% yakin bahwa pria ini adalah Carlson, Ariella menghibur dirinya sendiri di dalam hatinya.
Tapi bukan hanya Ariella saja yang berpikir foto punggung ini mirip dengan Carlson, tetapi seluruh staf kantor merasa itu sangat mirip seperti Carlson.
Dan yang benar-benar membuat Ariella yakin bahwa ini adalah Carlson karena setelan jas abu-abu perak yang dikenakan di tubuh wanita itu. Itu adalah standar Carlson, Ariella mengenal Carlsin selama ini dan dia hanya memakai warna ini.
Semua orang berkerumun untuk membahasnya: “Apakah istri Presdir Carlson adalah bintang wanita yang baru berusia 18 tahun ini?”
“Usia 18 tahun masih belum memenuhi syarat untuk menikah, seharusnya bukan.”
“Sekarang tidak hasys memiliki akta nikah untuk menjadi suami dan istri, asalkan memiliki niat menjadi suami dan istri sudah bisa.”
“Benar benar benar, dan lagi ada beberapa orang yang mengambil akta nikah tapi mereka tidak memiliki niat menjadi suami-istri, itu hanyalah pasangan palsu belaka.”
Suara para staf yang dengan antusias membahas berita itu terdengar ke telinga Ariella, kata-kata ini sepertinya diarahkan padanya.
Ariella tersenyum pahit, apakah nasibnya tidak terlepas dari kata “pengkhianatan”?
Dalam pandangannya, meskipun tidak ada cinta di antara hubungannya dengan Carlson, tapi mereka berdua merupakan suami dan istri yang sah jadi mereka harus setia pada satu sama lain.
Sekarang baru saja menikah selama sebulan dan Carlson sudah memiliki wanita lain di luar, ini membuatnya menjadi canggung dengan identitasnya yang sebagai istrinya.
Ariella tiba-tiba merasa bahwa udara di kantor tidak bergerak, hatinya seakan tersumbat, napasnya bahkan menjadi sulit.
Dia menyapa Nisha, lalu meminta cuti sehari, bersiap keluar untuk mencari udara segar, dan sekalian memikirkan hubungan pernikahanya ini dengan Carlson.
Di jalan, orang lalu lalang, semua orang memiliki tujuan yang jelas, hanya dia yang berjalan tanpa tujuan, tidak tahu harus ke mana.
Dari awal sejak dia sampai di Kota Pasirbumi yang hiruk pikuk ini, dan sampai sekarang perlahan-lahan dia memiliki perasaan tidak rela untuk berpisah, selama tiga tahun ini, dia telah bekerja keras untuk melupakan hal-hal buruk di masa lalu.
Namun, selalu secara tidak sengaja, hal-hal buruk itu akan selalu muncul di depannya, membuatnya lagi dan lagi mengalami rasa luka dan pengkhianatan itu.
Tepat ketika dengan tidak mudah dia bisa menghadapi orang di masa lalu, muncul lagi berita lain yang menerkamnya dan membuatnya tidak siap.
Ariella bahkan berkata pada dirinya sendiri, lagipula ini adalah pernikahan tanpa cinta, anggap saja tidak tahu, dan menjalani kehidupan seperti bulan sebelumnya.
Namun, dia juga memiliki harga diri, jelas-jelas mengetahui masalah ini tapi masih berpura-pura tidak tahu, dia benar-benar tidak bisa melakukannya.
“Ariel…”
Sebuah kekuatan yang kuat tiba-tiba menahan Ariella, dia tidak siap dan jatuh ke dalam pelukan pria itu.
Ivander menatapnya dengan marah: “Apa yang kamu lakukan? Apa kamu sedang cari mati?”
Ariella mendorongnya, tapi malah dipeluk dengan lebih kencang.
Ketika dia ditinggalkan oleh orang terdekatnya tiga tahun lalu, dia tidak berpikir untuk mati, tapi sekarang bukankah itu hanya Carlson yang masih belum dianggap dekat, bagaimana dia bisa memiliki ide untuk mati.
Ivander berkata: “Jika aku tadi tidak menarikmu tepat waktu, kamu akan tertabrak di tengah lalu lintas.”
Ivander mengirim orang untuk mengawasi Ariella, jadi ketika Ariella keluar dari kantornya, dia menerima berita itu dan dengan cepat bergegas menyusulnya.
“Apa hubungannya denganmu?” Ariella berjuang untuk melawan, “Lepaskan aku dulu.”
“Ariel, aku tidak akan pernah melepaskan.” Dia menyukai aroma samar tubuh Ariella, ketika dia memeluknya, dia selalu memikirkan keindahan cinta pertama mereka.
Bahkan meskipun Ariella sudah menikah, dia bisa membuatnya bercerai. Bagaimanapun caranya, Ivander harus mendapatkan Ariella kembali.
“Ivander, anggap aku memohon padamu, tolong jangan muncul lagi di hadapanku, jangan ganggu kehidupanku lagi.” Ariella tidak lagi berjuang melawan, hanya berkata dengan tanpa daya.
Ivander terus berkata: “Ariel, orang yang selalu kucintai adalah kamu, kali ini aku benar-benar ingin menjemputmu pulang. Selama kamu kembali bersamaku, masalah kantormu aku akan segera menyelesaikannya untukmu.”
Ketika mendengar ini, tidak tahu dari mana kekuatan Ariella berasal, tiba-tiba dia mendorong Ivander menjauh.
Dia menggigit bibirnya, menahan air matanya: “Ivander, apa kamu harus membuatku membuka lagi bekas luka berdarah di hadapanmu dan dengan begitu baru kamu bisa puas?”
“Ariel …” Ivander menatapnya dengan sedih.
“Jangan panggil aku seperti itu.” Ariella mengambil nafas panjang, menutup matanya, ketika membuka matanya lagi seluruh tubuhnya kehilangan kekuatannya, bergumam, “Ivander, pikirkan baik-baik, apa kamu pikir kita benar-benar bisa kembali?”
Ivander berkata: “Ariel, selama kamu mau, kita bisa kembali seperti dulu. Aku sekarang sudah punya kemampuan, orang tua di rumah itu sudah tidak bisa mengendalikanku.”
“Haha… Ivander, apakah kamu benar-benar bodoh atau kamu sedang berpura-pura bodoh di depanku?” Ariella tiba-tiba tertawa, tertawa hingga air matanya keluar.
“Ariel, aku tahu kamu peduli mengenai masalahku dan Elisa, tapi aku tidak menikahinya.” Menatap Ariella untuk waktu yang lama, Ivander berkata dengan perlahan.
Setelah mendengarkan kata-kata Ivander, Ariella merasa dia bahkan lebih memandang rendah Ivander.
Apakah perasaan semua pria begitu tidak dalamnya?
“Ivander, kumohon, jangan muncul di hadapanku lagi, biarkan aku menjalani hidupku sendiri.” Setelah berbicara seperti itu, Ariella berbalik dan pergi.
Dia hanya ingin berjalan-jalan sendirian, berpikir mengenai bagaimana harus menjalani jalannya, tidak ingin melihat dan menemui siapapun.
Yadi berjalan ke sisi Ivander: “Tuan Ivander, Nona Ariella sudah berjalan jauh, apakah Anda ingin mengikutinya?”
“Memangnya kenapa jika aku mengikutinya, tidak peduli apa yang aku katakan, sikapnya masih begitu tegas.” Ivander menghela nafas dan kembali berkata: “Bagaimana dengan masalah Teknologi Inovatif?”
“Mereka tidak bisa mendapatkan proyek baru, hanya ada jalan buntu.” Yadi sangat bersemangat ketika menyebutkan Teknologi Inovatif.
Karena perkataan Group Primedia, banyak perusahaan kecil tidak berani bekerja sama dengan Teknologi Inovatif sehingga bisnis mereka sangat terpengaruh karena hal ini.
Ini adalah hal yang paling bagus yang pernah Yadi lakukan selama mengikuti Ivander selama ini.
“Apa ada pergerakan dari sisi Carlson?” Ivander bertanya pada Yadi, tetapi matanya selalu melihat ke depan memandang Ariella yang melangkah semakin jauh.
“Presdir Carlson?” Lindsey berteriak seakan menemukan suatu penemuan baru di dunia, “Apa kalian tidak berpikir punggung ini mirip dengan Presdir Carlson kita?”
Ariella biasanya tidak tertarik dengan gosip lingkaran hiburan ini, tapi tiba-tiba ketika mendengar Lindsey mengatakan seperti itu, tangannya tidak bisa menahan untuk membuka portal berita.
Berita mengenai Polaris menjadi topik utama, dan juga terdapat beberapa foto.
Foto pertama adalah saat dia dengan tenang berada dalam pelukan seorang pria. Foto dua terlihat dari belakang sepertinya mereka sedang berciuman. Foto tiga adalah foto pria itu menggendongnya memasuki sebuah rumah mewah.
Meskipun hanya punggung pria itu yang difoto, tapi punggung ini sangat familiar, dan dia juga melihatnya pagi ini.
Hanya dengan punggung saja tidak bisa 100% yakin bahwa pria ini adalah Carlson, Ariella menghibur dirinya sendiri di dalam hatinya.
Tapi bukan hanya Ariella saja yang berpikir foto punggung ini mirip dengan Carlson, tetapi seluruh staf kantor merasa itu sangat mirip seperti Carlson.
Dan yang benar-benar membuat Ariella yakin bahwa ini adalah Carlson karena setelan jas abu-abu perak yang dikenakan di tubuh wanita itu. Itu adalah standar Carlson, Ariella mengenal Carlsin selama ini dan dia hanya memakai warna ini.
Semua orang berkerumun untuk membahasnya: “Apakah istri Presdir Carlson adalah bintang wanita yang baru berusia 18 tahun ini?”
“Usia 18 tahun masih belum memenuhi syarat untuk menikah, seharusnya bukan.”
“Sekarang tidak hasys memiliki akta nikah untuk menjadi suami dan istri, asalkan memiliki niat menjadi suami dan istri sudah bisa.”
“Benar benar benar, dan lagi ada beberapa orang yang mengambil akta nikah tapi mereka tidak memiliki niat menjadi suami-istri, itu hanyalah pasangan palsu belaka.”
Suara para staf yang dengan antusias membahas berita itu terdengar ke telinga Ariella, kata-kata ini sepertinya diarahkan padanya.
Ariella tersenyum pahit, apakah nasibnya tidak terlepas dari kata “pengkhianatan”?
Dalam pandangannya, meskipun tidak ada cinta di antara hubungannya dengan Carlson, tapi mereka berdua merupakan suami dan istri yang sah jadi mereka harus setia pada satu sama lain.
Sekarang baru saja menikah selama sebulan dan Carlson sudah memiliki wanita lain di luar, ini membuatnya menjadi canggung dengan identitasnya yang sebagai istrinya.
Ariella tiba-tiba merasa bahwa udara di kantor tidak bergerak, hatinya seakan tersumbat, napasnya bahkan menjadi sulit.
Dia menyapa Nisha, lalu meminta cuti sehari, bersiap keluar untuk mencari udara segar, dan sekalian memikirkan hubungan pernikahanya ini dengan Carlson.
Di jalan, orang lalu lalang, semua orang memiliki tujuan yang jelas, hanya dia yang berjalan tanpa tujuan, tidak tahu harus ke mana.
Dari awal sejak dia sampai di Kota Pasirbumi yang hiruk pikuk ini, dan sampai sekarang perlahan-lahan dia memiliki perasaan tidak rela untuk berpisah, selama tiga tahun ini, dia telah bekerja keras untuk melupakan hal-hal buruk di masa lalu.
Namun, selalu secara tidak sengaja, hal-hal buruk itu akan selalu muncul di depannya, membuatnya lagi dan lagi mengalami rasa luka dan pengkhianatan itu.
Tepat ketika dengan tidak mudah dia bisa menghadapi orang di masa lalu, muncul lagi berita lain yang menerkamnya dan membuatnya tidak siap.
Ariella bahkan berkata pada dirinya sendiri, lagipula ini adalah pernikahan tanpa cinta, anggap saja tidak tahu, dan menjalani kehidupan seperti bulan sebelumnya.
Namun, dia juga memiliki harga diri, jelas-jelas mengetahui masalah ini tapi masih berpura-pura tidak tahu, dia benar-benar tidak bisa melakukannya.
“Ariel…”
Sebuah kekuatan yang kuat tiba-tiba menahan Ariella, dia tidak siap dan jatuh ke dalam pelukan pria itu.
Ivander menatapnya dengan marah: “Apa yang kamu lakukan? Apa kamu sedang cari mati?”
Ariella mendorongnya, tapi malah dipeluk dengan lebih kencang.
Ketika dia ditinggalkan oleh orang terdekatnya tiga tahun lalu, dia tidak berpikir untuk mati, tapi sekarang bukankah itu hanya Carlson yang masih belum dianggap dekat, bagaimana dia bisa memiliki ide untuk mati.
Ivander berkata: “Jika aku tadi tidak menarikmu tepat waktu, kamu akan tertabrak di tengah lalu lintas.”
Ivander mengirim orang untuk mengawasi Ariella, jadi ketika Ariella keluar dari kantornya, dia menerima berita itu dan dengan cepat bergegas menyusulnya.
“Apa hubungannya denganmu?” Ariella berjuang untuk melawan, “Lepaskan aku dulu.”
“Ariel, aku tidak akan pernah melepaskan.” Dia menyukai aroma samar tubuh Ariella, ketika dia memeluknya, dia selalu memikirkan keindahan cinta pertama mereka.
Bahkan meskipun Ariella sudah menikah, dia bisa membuatnya bercerai. Bagaimanapun caranya, Ivander harus mendapatkan Ariella kembali.
“Ivander, anggap aku memohon padamu, tolong jangan muncul lagi di hadapanku, jangan ganggu kehidupanku lagi.” Ariella tidak lagi berjuang melawan, hanya berkata dengan tanpa daya.
Ivander terus berkata: “Ariel, orang yang selalu kucintai adalah kamu, kali ini aku benar-benar ingin menjemputmu pulang. Selama kamu kembali bersamaku, masalah kantormu aku akan segera menyelesaikannya untukmu.”
Ketika mendengar ini, tidak tahu dari mana kekuatan Ariella berasal, tiba-tiba dia mendorong Ivander menjauh.
Dia menggigit bibirnya, menahan air matanya: “Ivander, apa kamu harus membuatku membuka lagi bekas luka berdarah di hadapanmu dan dengan begitu baru kamu bisa puas?”
“Ariel …” Ivander menatapnya dengan sedih.
“Jangan panggil aku seperti itu.” Ariella mengambil nafas panjang, menutup matanya, ketika membuka matanya lagi seluruh tubuhnya kehilangan kekuatannya, bergumam, “Ivander, pikirkan baik-baik, apa kamu pikir kita benar-benar bisa kembali?”
Ivander berkata: “Ariel, selama kamu mau, kita bisa kembali seperti dulu. Aku sekarang sudah punya kemampuan, orang tua di rumah itu sudah tidak bisa mengendalikanku.”
“Haha… Ivander, apakah kamu benar-benar bodoh atau kamu sedang berpura-pura bodoh di depanku?” Ariella tiba-tiba tertawa, tertawa hingga air matanya keluar.
“Ariel, aku tahu kamu peduli mengenai masalahku dan Elisa, tapi aku tidak menikahinya.” Menatap Ariella untuk waktu yang lama, Ivander berkata dengan perlahan.
Setelah mendengarkan kata-kata Ivander, Ariella merasa dia bahkan lebih memandang rendah Ivander.
Apakah perasaan semua pria begitu tidak dalamnya?
“Ivander, kumohon, jangan muncul di hadapanku lagi, biarkan aku menjalani hidupku sendiri.” Setelah berbicara seperti itu, Ariella berbalik dan pergi.
Dia hanya ingin berjalan-jalan sendirian, berpikir mengenai bagaimana harus menjalani jalannya, tidak ingin melihat dan menemui siapapun.
Yadi berjalan ke sisi Ivander: “Tuan Ivander, Nona Ariella sudah berjalan jauh, apakah Anda ingin mengikutinya?”
“Memangnya kenapa jika aku mengikutinya, tidak peduli apa yang aku katakan, sikapnya masih begitu tegas.” Ivander menghela nafas dan kembali berkata: “Bagaimana dengan masalah Teknologi Inovatif?”
“Mereka tidak bisa mendapatkan proyek baru, hanya ada jalan buntu.” Yadi sangat bersemangat ketika menyebutkan Teknologi Inovatif.
Karena perkataan Group Primedia, banyak perusahaan kecil tidak berani bekerja sama dengan Teknologi Inovatif sehingga bisnis mereka sangat terpengaruh karena hal ini.
Ini adalah hal yang paling bagus yang pernah Yadi lakukan selama mengikuti Ivander selama ini.
“Apa ada pergerakan dari sisi Carlson?” Ivander bertanya pada Yadi, tetapi matanya selalu melihat ke depan memandang Ariella yang melangkah semakin jauh.
Bình luận facebook