Viet Writer
Và Mai Có Nắng
-
Bab 42
Bab 42 Hanya Sekedar Adik Perempuan
“Kamu begitunya tidak percaya padaku?” Carlson menatap Ariella, pandangan matanya dalam dan lebih tak terduga.
Bertatapan dengan tatapannya yang dalam, Ariella kembali memikirkan setiap tindakan Carlson selama ini, dia sedikit ragu apakah dia berpikiran terlalu jauh, tidak bisa hanya karena sebuah foto punggung dan yakin bahwa dia memiliki hubungan dengan wanita lain.
Tetapi setelah memikirkannya dengan cermat, Ariella kembali ragu, seperti sebelumnya dia juga tidak pernah berpikir bahwa Ivander akan mengkhianati perasaannya, tapi pada akhirnya?
Dia tidak ingin mengulangi lagi apa yang terjadi di masa lalu, mumpung sekarang dia masih tidak memiliki perasaan, lebih baik bagi keduanya untuk berpisah dari awal.
Setelah memikirkannya, Ariella kembali berkata: “Carlson, bukannya aku tidak mau mempercayaimu, tapi aku benar-benar tidak bisa percaya 100% padamu, lagipula tidak ada perasaan di antara kita, dan juga hanya beberapa orang yang tahu kita menikah, orang dengan status sepertimu setelah bercerai tidak akan ada masalah sama sekali. ”
Ketika Ariella mengatakan ini, dia sangat masuk akal, sangat terjaga, dan sama sekali tidak terlihat emosional sedikitpun, hanya dia yang tahu bahwa hatinya tidak merasa nyaman.
Selama ini, Carlson sangat baik dalam semua aspek dalam hatinya, dia berpikir bahwa mereka berdua dapat terus berlanjut.
“Apa dalam hatimu kamu selalu melihat hubungan kita seperti ini?” Carlson mengerutkan keningnya, berkata dengan suara berat.
Ariella menggigit bibirnya, mengangguk.
Kemudian, Carlson kembali menahan kepala Ariella, menciumnya lagi dengan kasar.
Tidak, kali ini bukan ciuman, melainkan gigitan, dia menggigit bibir Ariella hingga robek, menghisap darahnya seperti vampir, dan tak lama kemudian rasa amis darah menyebar di mulut keduanya.
Ariella merasakan rasa sakit, tidak bisa mendorongnya, dia mencubitnya dengan keras, Ariella menggunakan tenaganya dengan kencang, Carlson merasa kesakitan karena dicubit olehnya, tapi dia masih tidak melepaskannya.
Sangat lama, hingga Ariella berpikir bahwa dia akan mati lemas dalam pelukan Carlson, dan kemudian akhirnya Carlson melepaskannya.
Carlson menatapnya, matanya dalam dan sulit dimengerti …
“Apa kamu pikir dengan ini akan menyelesaikan masalah? Kita adalah orang dewasa, tolong hadapi masalah ini dan jangan hanya menghindar.” Setelah selesai berbicara, Ariella mengatupkan bibir yang robek karena digigit olehnya, masih menggunakan pandangan yang lembut menatapnya.
Karena Ariella mengatakan perkataan ini hari ini, jadi dia menginginkan jawaban yang jelas, dan Carlson malah menggunakan metode ini untuk menghindari masalah.
Ketenangan Ariealla dan juga sikap acuh tak acuhnya membuat Carlson marah, dia berpikir bahwa meskipun pernikahan di antara mereka berdua tidak memiliki cinta, tetapi itu juga tidak akan begitu rentan.
Carlson bahkan tidak tahu mengapa Ariella tiba-tiba mengusulkan kata pisah.
“Ariella, sepertinya kamu tidak pernah mengingat perkataan yang kuucapkan dengan sepenuh hati.” Mengucapkan kata-kata dingin, Carlson kemudian berbalik dan berjalan menuju ruang kerja.
Melihat punggungnya, Areilla tertegun sejenak.
Perkataan yang dia ucapkan?
Carlson tidak banyak bicara, kebanyakan Ariella masih bisa mengingatnya.
Malam kedua ketika mereka hidup bersama, dia berbicara panjang lebar dengannya, berbicara apa pun yang terjadi jangan mudah mengucapkan kata pisah.
Sifat Carlson bukanlah orang yang melakukan hal dengan impulsif, hal-hal yang dilakukannya selalu dipikirkan dengan baik.
Ariella kembali ragu, apakah benar dia yang berpikir terlalu jauh? Punggung itu kebetulan mirip dengan Carlson, tapi itu bukan dia.
Ariella mengeluarkan ponsel dan mencari berita topik utama. anehnya berita yang pagi ini merupakan berita terpanas, sudah tidak ada jejak sama sekali, bahkan Ariella merasa apa yang terjadi merupkakan ilusinya sendiri.
Di saat bersamaan, Carlson menerima panggilan telepon dari Daiva, memberitahunya masalah gosip yang dibuat oleh Efa, tapi dari pihak Group Aces Entertainment telah menangani masalah ini.
Dia seharusnya sudah menduga bahwa Efa si pembuat masalah itu tidak mungkin membuat hal-hal ceroboh seperti itu tanpa alasan, ternyata dia secara tidak sadar ditusuk oleh gadis kecil itu.
Tetapi sekarang dia mengerti mengapa Ariella bisa mengatakan perkatan seperti itu, moodnya yang tadi tertekan sekarang seketika rileks.
Ariella ragu apa yang harus dilakukannya selanjutnya, Carlson keluar dari ruang kerja, ada sedikit senyum di wajah tampanya, menatap Ariella dengan pandangan yang tidak bisa dijelaskan.
Carlson berkata: “Apa itu karena melihat berita pagi ini?”
Ariella mengangguk.
Carlson tersenyum: “Apa kamu pikir pria di foto itu adalah aku?”
Ariella: “Apa itu bukan kamu?”
Carlson berjalan ke sisinya, memaksanya masuk ke dalam pelukannya: “Apa kamu masih ingat adikku yang suka membuat masalah yang pernah kusebutkan padamu?”
Tentu saja Ariel ingat, dia masih mengingat ekspresi Carlson ketika menyebutkan adiknya itu, sepertinya dia sangat pusing karena adiknya itu.
Memikirkan hal ini, Ariella tiba-tiba menyadari: “Maksudmu, gadis yang bernama Polaris itu adalah adikmu?”
“Kalau begitu aku boleh menganggap bahwa kamu hari ini marah padaku sebenarnya karena cemburu?” Carlson tidak menjawab pertanyaan, bibirnya sedikit terangkat, matanya tersenyum.
Ariella: “…”
Oh …
Ariella merasa sangat malu, tidak mencari tahu masalah ini dengan jelas dan marah pada Carlson begitu lamanya, ini terlalu jauh dari standar seorang istri yang baik.
Carlson tersenyum dengan rendah: “Apa kamu masih ingin marah padaku?”
Ariella tidak bersuara, hanya dengan patuh meringkuk di dalam pelukannya, mendengarkan detak jantungnya yang kuat dan stabil, dengan hati-hati mengulurkan tangan untuk memeluk pinggang rampingnya.
Carlson menundukkan kepalanya, mengulurkan tangan meraih dagunya, membuatnya mendongak: “Tatap aku dan jawab pertanyaanku.”
Napasnya yang hangat berhembus ke wajahnya, wajah cantik Ariella yang lembut itu tanpa sadar memerah, kemudian dia berbisik: “Aku tidak marah.”
“Hmm?”
“Aku hanya sedih.”
Carlson mengerti, karena dia pernah dilukai dengan begitu kejam, pasti akan ada beberapa keraguan dan ketakutan di dalam hatinya.
Carlson menundukkan kepalanya dan menciumnya, berbeda dari ciuman tadi yang kuat, kali ini ciumannya sangat lembut, dengan pelan mencecap bibirnya, seolah-olah sedang mencicipi rasa uniknya.
Ariella tidak bersembunyi, belajar dari caranya menciumnya dan dengan gerakannya yang canggung membalas ciumannya.
Namun selama berciuman, telapak tangan besar Carlson itu dengan tidak jujur masuk ke dalam pakaian Ariella dan menjelajahi keindahan feminin wanita itu.
Tubuh Areilla kaku, tanpa sadar menggenggam tangan Carlson yang bergerilya itu, wajahnya yang malu memerah: “Aku …”
Carlson tidak menyerang lebih jauh, mengulurkan tangannya dan mengelus kepalanya: “Jangan takut, setiap kata yang kuucapkan padamu itu berlaku.”
“Aku tidak.” Suara Ariella sangat kecil.
Carlson pernah mengatakan bahwa dia tidak akan memaksanya untuk melakukan hal-hal yang tidak ingin Ariella lakukan, tetapi Ariella bukannya tidak mau, tetapi dia agak khawatir dan takut.
Ariella berbicara dengan gagap tapi sangat lucu hingga Carlson benar-benar ingin memakannya.
Carlson tersenyum dan bertanya: “Apanya yang kamu tidak?”
“Aku besok harus pergi mencari klien, aku pergi istirahat dulu.” Ariella dengan asal menemukan alasan untuk segera melarikan diri.
Carlson ini biasanya sangat menarik, tapi ketika dia lembut benar-benar membuat Ariella tidak berdaya.
Sebelum Ariella benar-benar siap untuk terus terang dengannya, Ariella merasa lebih aman untuk menjauh darinya, jika tidak dia tidak akan tahu bagaimana caranya dia dimakan.
“Kamu begitunya tidak percaya padaku?” Carlson menatap Ariella, pandangan matanya dalam dan lebih tak terduga.
Bertatapan dengan tatapannya yang dalam, Ariella kembali memikirkan setiap tindakan Carlson selama ini, dia sedikit ragu apakah dia berpikiran terlalu jauh, tidak bisa hanya karena sebuah foto punggung dan yakin bahwa dia memiliki hubungan dengan wanita lain.
Tetapi setelah memikirkannya dengan cermat, Ariella kembali ragu, seperti sebelumnya dia juga tidak pernah berpikir bahwa Ivander akan mengkhianati perasaannya, tapi pada akhirnya?
Dia tidak ingin mengulangi lagi apa yang terjadi di masa lalu, mumpung sekarang dia masih tidak memiliki perasaan, lebih baik bagi keduanya untuk berpisah dari awal.
Setelah memikirkannya, Ariella kembali berkata: “Carlson, bukannya aku tidak mau mempercayaimu, tapi aku benar-benar tidak bisa percaya 100% padamu, lagipula tidak ada perasaan di antara kita, dan juga hanya beberapa orang yang tahu kita menikah, orang dengan status sepertimu setelah bercerai tidak akan ada masalah sama sekali. ”
Ketika Ariella mengatakan ini, dia sangat masuk akal, sangat terjaga, dan sama sekali tidak terlihat emosional sedikitpun, hanya dia yang tahu bahwa hatinya tidak merasa nyaman.
Selama ini, Carlson sangat baik dalam semua aspek dalam hatinya, dia berpikir bahwa mereka berdua dapat terus berlanjut.
“Apa dalam hatimu kamu selalu melihat hubungan kita seperti ini?” Carlson mengerutkan keningnya, berkata dengan suara berat.
Ariella menggigit bibirnya, mengangguk.
Kemudian, Carlson kembali menahan kepala Ariella, menciumnya lagi dengan kasar.
Tidak, kali ini bukan ciuman, melainkan gigitan, dia menggigit bibir Ariella hingga robek, menghisap darahnya seperti vampir, dan tak lama kemudian rasa amis darah menyebar di mulut keduanya.
Ariella merasakan rasa sakit, tidak bisa mendorongnya, dia mencubitnya dengan keras, Ariella menggunakan tenaganya dengan kencang, Carlson merasa kesakitan karena dicubit olehnya, tapi dia masih tidak melepaskannya.
Sangat lama, hingga Ariella berpikir bahwa dia akan mati lemas dalam pelukan Carlson, dan kemudian akhirnya Carlson melepaskannya.
Carlson menatapnya, matanya dalam dan sulit dimengerti …
“Apa kamu pikir dengan ini akan menyelesaikan masalah? Kita adalah orang dewasa, tolong hadapi masalah ini dan jangan hanya menghindar.” Setelah selesai berbicara, Ariella mengatupkan bibir yang robek karena digigit olehnya, masih menggunakan pandangan yang lembut menatapnya.
Karena Ariella mengatakan perkataan ini hari ini, jadi dia menginginkan jawaban yang jelas, dan Carlson malah menggunakan metode ini untuk menghindari masalah.
Ketenangan Ariealla dan juga sikap acuh tak acuhnya membuat Carlson marah, dia berpikir bahwa meskipun pernikahan di antara mereka berdua tidak memiliki cinta, tetapi itu juga tidak akan begitu rentan.
Carlson bahkan tidak tahu mengapa Ariella tiba-tiba mengusulkan kata pisah.
“Ariella, sepertinya kamu tidak pernah mengingat perkataan yang kuucapkan dengan sepenuh hati.” Mengucapkan kata-kata dingin, Carlson kemudian berbalik dan berjalan menuju ruang kerja.
Melihat punggungnya, Areilla tertegun sejenak.
Perkataan yang dia ucapkan?
Carlson tidak banyak bicara, kebanyakan Ariella masih bisa mengingatnya.
Malam kedua ketika mereka hidup bersama, dia berbicara panjang lebar dengannya, berbicara apa pun yang terjadi jangan mudah mengucapkan kata pisah.
Sifat Carlson bukanlah orang yang melakukan hal dengan impulsif, hal-hal yang dilakukannya selalu dipikirkan dengan baik.
Ariella kembali ragu, apakah benar dia yang berpikir terlalu jauh? Punggung itu kebetulan mirip dengan Carlson, tapi itu bukan dia.
Ariella mengeluarkan ponsel dan mencari berita topik utama. anehnya berita yang pagi ini merupakan berita terpanas, sudah tidak ada jejak sama sekali, bahkan Ariella merasa apa yang terjadi merupkakan ilusinya sendiri.
Di saat bersamaan, Carlson menerima panggilan telepon dari Daiva, memberitahunya masalah gosip yang dibuat oleh Efa, tapi dari pihak Group Aces Entertainment telah menangani masalah ini.
Dia seharusnya sudah menduga bahwa Efa si pembuat masalah itu tidak mungkin membuat hal-hal ceroboh seperti itu tanpa alasan, ternyata dia secara tidak sadar ditusuk oleh gadis kecil itu.
Tetapi sekarang dia mengerti mengapa Ariella bisa mengatakan perkatan seperti itu, moodnya yang tadi tertekan sekarang seketika rileks.
Ariella ragu apa yang harus dilakukannya selanjutnya, Carlson keluar dari ruang kerja, ada sedikit senyum di wajah tampanya, menatap Ariella dengan pandangan yang tidak bisa dijelaskan.
Carlson berkata: “Apa itu karena melihat berita pagi ini?”
Ariella mengangguk.
Carlson tersenyum: “Apa kamu pikir pria di foto itu adalah aku?”
Ariella: “Apa itu bukan kamu?”
Carlson berjalan ke sisinya, memaksanya masuk ke dalam pelukannya: “Apa kamu masih ingat adikku yang suka membuat masalah yang pernah kusebutkan padamu?”
Tentu saja Ariel ingat, dia masih mengingat ekspresi Carlson ketika menyebutkan adiknya itu, sepertinya dia sangat pusing karena adiknya itu.
Memikirkan hal ini, Ariella tiba-tiba menyadari: “Maksudmu, gadis yang bernama Polaris itu adalah adikmu?”
“Kalau begitu aku boleh menganggap bahwa kamu hari ini marah padaku sebenarnya karena cemburu?” Carlson tidak menjawab pertanyaan, bibirnya sedikit terangkat, matanya tersenyum.
Ariella: “…”
Oh …
Ariella merasa sangat malu, tidak mencari tahu masalah ini dengan jelas dan marah pada Carlson begitu lamanya, ini terlalu jauh dari standar seorang istri yang baik.
Carlson tersenyum dengan rendah: “Apa kamu masih ingin marah padaku?”
Ariella tidak bersuara, hanya dengan patuh meringkuk di dalam pelukannya, mendengarkan detak jantungnya yang kuat dan stabil, dengan hati-hati mengulurkan tangan untuk memeluk pinggang rampingnya.
Carlson menundukkan kepalanya, mengulurkan tangan meraih dagunya, membuatnya mendongak: “Tatap aku dan jawab pertanyaanku.”
Napasnya yang hangat berhembus ke wajahnya, wajah cantik Ariella yang lembut itu tanpa sadar memerah, kemudian dia berbisik: “Aku tidak marah.”
“Hmm?”
“Aku hanya sedih.”
Carlson mengerti, karena dia pernah dilukai dengan begitu kejam, pasti akan ada beberapa keraguan dan ketakutan di dalam hatinya.
Carlson menundukkan kepalanya dan menciumnya, berbeda dari ciuman tadi yang kuat, kali ini ciumannya sangat lembut, dengan pelan mencecap bibirnya, seolah-olah sedang mencicipi rasa uniknya.
Ariella tidak bersembunyi, belajar dari caranya menciumnya dan dengan gerakannya yang canggung membalas ciumannya.
Namun selama berciuman, telapak tangan besar Carlson itu dengan tidak jujur masuk ke dalam pakaian Ariella dan menjelajahi keindahan feminin wanita itu.
Tubuh Areilla kaku, tanpa sadar menggenggam tangan Carlson yang bergerilya itu, wajahnya yang malu memerah: “Aku …”
Carlson tidak menyerang lebih jauh, mengulurkan tangannya dan mengelus kepalanya: “Jangan takut, setiap kata yang kuucapkan padamu itu berlaku.”
“Aku tidak.” Suara Ariella sangat kecil.
Carlson pernah mengatakan bahwa dia tidak akan memaksanya untuk melakukan hal-hal yang tidak ingin Ariella lakukan, tetapi Ariella bukannya tidak mau, tetapi dia agak khawatir dan takut.
Ariella berbicara dengan gagap tapi sangat lucu hingga Carlson benar-benar ingin memakannya.
Carlson tersenyum dan bertanya: “Apanya yang kamu tidak?”
“Aku besok harus pergi mencari klien, aku pergi istirahat dulu.” Ariella dengan asal menemukan alasan untuk segera melarikan diri.
Carlson ini biasanya sangat menarik, tapi ketika dia lembut benar-benar membuat Ariella tidak berdaya.
Sebelum Ariella benar-benar siap untuk terus terang dengannya, Ariella merasa lebih aman untuk menjauh darinya, jika tidak dia tidak akan tahu bagaimana caranya dia dimakan.