Viet Writer
Và Mai Có Nắng
-
Bab 55
Bab 55 Pernikahan Penting
Ariella ingin menghentikannya tapi tidak berdaya, karena apa pun alasan yang dia cari itu semua tidak ada gunannya bagi Puspita.
Jadi situasinya sekarang adalah Carlson mengendarai mobil, Ariella duduk di kursi samping pengemudi, Puspita duduk di kursi belakang dan melihat-lihat: “Gadis busuk, kukatakan bahwa kamu sangat amat beruntung, kamu masih tidak mengakuinya, bisa secara tidak sengaja mendapatkan pria yang mampu membeli mobil mewah semacam ini, kamu pasti telah berbuat kebajikan sebelumnya.”
Ariella benar-benar ingin menggunakan lem untuk menyegel mulut Puspita, bahkan ingin membuang Puspita dari jendela.
Namun dia tidak bisa melakukan sesuatu yang merusak image nya di depan Carlson, jadi dia masih tertawa pada Puspita, sebenarnya dia sudah memaki gadis sial itu lebih dari seribu kali dalam hatinya.
Sudah beberapa kali menerima pandangan mata membunuh dari Ariella, tapi Puspita masih mengabaikannya, masih terus menerus berbicara tidak berhenti.
Puspita duduk di kursi belakang mobil,sedikit mencondongkan tubuh ke depan dan bertanya: “Carlson, kamu sudah mendaftarkan pernikahanmu dan Ariella begitu lama, kapan kamu berencana akan mengadakan resepsi pernikahan?”
Ketika mendengar pertanyaan Puspita, Ariella langsung menjawab: “Resepsi pernikahan itu hanya sebuah bentuk, tidak masalah jika tidak diadakan. Lagipula aku berpikir tidak ada yang salah dengan keadaan sekarang.”
Karena mereka telah mendaftarkan pernikahan untuk waktu yang lama, tapi Carlson tidak pernah menyebut-nyebut masalah resepsi pernikahan, Ariella lebih-lebih tidak memikirkannya, jadi dia berpikir bahwa Carlson seharusnya tidak mempertimbangkan masalah ini.
Yang dipikirkan dalam hati Ariella memang sama dengan yang baru saja dia ucapkan, dua orang menikah dan hidup bersama, apakah ada resepsi atau tidak itu benar-benar tidak begitu penting.
Puspita langsung berkata: “Hei Ariella, apa otakmu berkarat? kamu tidak mengadakan resepsi pernikahan, kalian berdua diam-diam mendaftar untuk menikah, siapa yang tahu bahwa kamu adalah istri Carlson? Jika suatu hari dia mencari seorang wanita dan mempublikasikannya, maka pada saat itu kamu akan disebut sebagai pihak ketiga.”
Awalnya, Ariella bertunangan dulu dengan Ivander, tapi karena tidak mempublikasikannya jadi pada akhirnya malah diambil alih oleh orang lain, membuatnya yang memiliki status sebagai tunangan yang sebenarnya dicaci maki orang lain.
Puspita menyebut resepsi pernikahan saat ini, hanya ingin memberikan peringatan pada Ariella, jangan mengulangi kesalahan yang sama.
“Puspita, jangan katakan itu lagi.” Puspita memahami Ariella, dan tentu saja Ariella memahami Puspita, dia tahu maksud Puspita mengatakan kata-kata ini, tapi dia tidak ingin membawa hal-hal di masa lalu ke kehidupan sekarang, dia percaya bahwa Carlson tidak akan sama seperti Ivander.
Carlson yang sedari tadi mengemudi dengan serius tiba-tiba menyela: “Ariella, maaf. Aku selalu mengira bahwa menikah itu hanya melakukan registrasi saja maka sudah selesai, tapi aku lupa pentingnya resepsi pernikahan dalam sebuah pernikahan. Mengenai resepsi pernikahan, aku akan serius mempertimbangkannya nanti. ”
Menikah tentu saja harus mengadakan resepsi pernikahan, ini merupakan pengetahuan umum bagi orang-orang, tapi bagi mereka yang sangat sibuk seperti Carlson bahkan tidak mengenal pagi dan malam, dia benar-benar tidak mempertimbangkan hal ini.
Jika bukan Puspita menyebutkannya hari ini, dia tidak pernah berpikir untuk membuat semua orang tahu bahwa Ariella itu adalah istrinya melalui bentuk resepsi pernikahan.
Setelah Carlson berbicara, Puspita tidak berbicara lagi, hanya sedikit marah, marah karena Ariella sangat bodoh, apakah tidak cukup sudah disakiti satu kali.
Ketika sudah hampir tiba di daerah perumahan, Puspita kembali berbicara: “Carlson, bisakah minta tolong padamu untuk menepikan mobil, aku ingin pergi ke supermarket membeli sesuatu.”
“Baik.” Carlson memperlambat kecepatan mobilnya dan menepi.
Mobil masih belum berhenti, Puspita kembali berkata: “Gadis busuk, perutku tidak enak, pergi ke supermarket dan belikan aku barang itu.”
Hanya dengan menggunakan alasan ini baru bisa mengusir Ariella pergi, Puspita tidak peduli bagaimana Carlson akan memandangnya, lagipula Carlson bukan pria miliknya.
Begitu Ariella pergi, pandangan mata Puspita langsung menjadi serius: “Carlson, bisakah kita berbicara dengan serius sebentar?”
Carlson memandang Puspita dari kaca spion, dengan sopan dan segan mengangguk: “Puspita, katakan saja!”
Puspita menoleh melihat ke samping, melihat bahwa Ariella sudah memasuki supermarket, dia baru berkata: “Ariella adalah gadis yang baik, tolong hargai dia dan jangan sampai dia tersakiti.”
Carlson mengangguk: “Aku tahu.”
Puspita berkata dengan serius: “Carlson, aku tidak tahu mengapa kamu berpura-pura dan menggantikan orang lain berkencan dengan Ariella, aku tidak ingin mempermasalahkan masalah ini, selama kamu memperlakukan Ariella dengan baik, maka aku akan menutup mata mengenai hal ini, tidak akan memberitahunya.”
Carlson menoleh menatap Puspita sekilas dan dengan tulus berkata: “Terima kasih!”
Puspita menarik napas dalam-dalam dan berkata: “Ariella yang dulu adalah gadis yang sangat bodoh, ketika orang lain sedikit lebih baik baginya, dia akan menyerahkan hatinya untuk berbuat baik pada orang tersebut. Dalam tiga tahun terakhir, dia telah banyak berubah, tidak ada orang yang bisa masuk ke hatinya … jadi tolong kamu jangan menyakitinya.”
Puspita memiliki banyak hal mengenai Ariella untuk dibicarakan dengan Carlson, tapi pada akhirnya dia tidak mengatakannya.
Karena dia selalu berpikir bahwa Carlson tahu segala sesuatu mengenai Ariella di masa lalu, dia juga merasa bahwa Carlson yang tampaknya sopan kepada orang-orang tapi dalam keadaan tidak terlihat dia juga menolah orang sejauh mungkin.
Setelah mengantar Puspita pulang, Ariella baru benar-benar merasa lega, jika membiarkan gadis itu tinggal sebentar lagi maka sepertinya masalah aibnya akan dikeluarkannya.
Carlson mengemudi membawa Ariella pulang ke rumah, sepanjang jalan tidak ada percakapan di antara keduanya, Ariella ingin berbicara dengannya beberapa kali, tapi melihat ekspresinya yang dingin maka dia menelan kata-katanya kembali ke perutnya.
Carlson benar-benar berwajah ganda, terkadang sangat lembut hingga dapat membuat hati orang meleleh.
Terkadang sangat dingin seperti es, berjarah cukup jauh darinya saja juga bisa membuat orang membeku.
Butuh lebih dari setengah jam untuk sampai di rumah, melangkah masuk ke pintu, Carlson mengubah posturnya yang dingin, berbalik lalu menekan Ariella di panel pintu.
“Ah …” Ariella terkejut hingga berteriak, panik dan menantikan apa yang akan dia lakukan selanjutnya.
Namun, Carlson hanya menatapnya dengan tenang, menatapnya untuk waktu yang lama baru berkata: “Ariella, apa kamu ingin berkencan?”
“Aku tidak. Kamu jangan mendengarkan perkataan omong kosong Puspita.” Kepala Ariella menggeleng, menyangkal keinginan untuk berkencan.
Carlson menatapnya bibir merah ceri Ariella yang membuka dan menutup, mengulurkan tangan menarik kepala Ariella ke arah dirinya sendiri, seakan ingin menciumnya.
Ariella melihat wajah tampan yang mendekatinya, secara naluriah menutup matanya, tapi sama sekali tidak mendapati langkah Carlson selanjutnya.
Ariella membuka matanya perlahan, melihat Carlson sedang menatapnya dengan serius.
Pria jahat ini, benar-benar jahat, tidak menciumnya untuk apa membuat gerakan yang membuatnya salah paham, benar-benar menjengkelkan!
“Apa kamu benar-benar tidak ingin berkencan?” Setelah menatapnya sekian lama, Carlson kembali mengulangi menanyakan pertanyaan ini.
……
Ariella ingin menghentikannya tapi tidak berdaya, karena apa pun alasan yang dia cari itu semua tidak ada gunannya bagi Puspita.
Jadi situasinya sekarang adalah Carlson mengendarai mobil, Ariella duduk di kursi samping pengemudi, Puspita duduk di kursi belakang dan melihat-lihat: “Gadis busuk, kukatakan bahwa kamu sangat amat beruntung, kamu masih tidak mengakuinya, bisa secara tidak sengaja mendapatkan pria yang mampu membeli mobil mewah semacam ini, kamu pasti telah berbuat kebajikan sebelumnya.”
Ariella benar-benar ingin menggunakan lem untuk menyegel mulut Puspita, bahkan ingin membuang Puspita dari jendela.
Namun dia tidak bisa melakukan sesuatu yang merusak image nya di depan Carlson, jadi dia masih tertawa pada Puspita, sebenarnya dia sudah memaki gadis sial itu lebih dari seribu kali dalam hatinya.
Sudah beberapa kali menerima pandangan mata membunuh dari Ariella, tapi Puspita masih mengabaikannya, masih terus menerus berbicara tidak berhenti.
Puspita duduk di kursi belakang mobil,sedikit mencondongkan tubuh ke depan dan bertanya: “Carlson, kamu sudah mendaftarkan pernikahanmu dan Ariella begitu lama, kapan kamu berencana akan mengadakan resepsi pernikahan?”
Ketika mendengar pertanyaan Puspita, Ariella langsung menjawab: “Resepsi pernikahan itu hanya sebuah bentuk, tidak masalah jika tidak diadakan. Lagipula aku berpikir tidak ada yang salah dengan keadaan sekarang.”
Karena mereka telah mendaftarkan pernikahan untuk waktu yang lama, tapi Carlson tidak pernah menyebut-nyebut masalah resepsi pernikahan, Ariella lebih-lebih tidak memikirkannya, jadi dia berpikir bahwa Carlson seharusnya tidak mempertimbangkan masalah ini.
Yang dipikirkan dalam hati Ariella memang sama dengan yang baru saja dia ucapkan, dua orang menikah dan hidup bersama, apakah ada resepsi atau tidak itu benar-benar tidak begitu penting.
Puspita langsung berkata: “Hei Ariella, apa otakmu berkarat? kamu tidak mengadakan resepsi pernikahan, kalian berdua diam-diam mendaftar untuk menikah, siapa yang tahu bahwa kamu adalah istri Carlson? Jika suatu hari dia mencari seorang wanita dan mempublikasikannya, maka pada saat itu kamu akan disebut sebagai pihak ketiga.”
Awalnya, Ariella bertunangan dulu dengan Ivander, tapi karena tidak mempublikasikannya jadi pada akhirnya malah diambil alih oleh orang lain, membuatnya yang memiliki status sebagai tunangan yang sebenarnya dicaci maki orang lain.
Puspita menyebut resepsi pernikahan saat ini, hanya ingin memberikan peringatan pada Ariella, jangan mengulangi kesalahan yang sama.
“Puspita, jangan katakan itu lagi.” Puspita memahami Ariella, dan tentu saja Ariella memahami Puspita, dia tahu maksud Puspita mengatakan kata-kata ini, tapi dia tidak ingin membawa hal-hal di masa lalu ke kehidupan sekarang, dia percaya bahwa Carlson tidak akan sama seperti Ivander.
Carlson yang sedari tadi mengemudi dengan serius tiba-tiba menyela: “Ariella, maaf. Aku selalu mengira bahwa menikah itu hanya melakukan registrasi saja maka sudah selesai, tapi aku lupa pentingnya resepsi pernikahan dalam sebuah pernikahan. Mengenai resepsi pernikahan, aku akan serius mempertimbangkannya nanti. ”
Menikah tentu saja harus mengadakan resepsi pernikahan, ini merupakan pengetahuan umum bagi orang-orang, tapi bagi mereka yang sangat sibuk seperti Carlson bahkan tidak mengenal pagi dan malam, dia benar-benar tidak mempertimbangkan hal ini.
Jika bukan Puspita menyebutkannya hari ini, dia tidak pernah berpikir untuk membuat semua orang tahu bahwa Ariella itu adalah istrinya melalui bentuk resepsi pernikahan.
Setelah Carlson berbicara, Puspita tidak berbicara lagi, hanya sedikit marah, marah karena Ariella sangat bodoh, apakah tidak cukup sudah disakiti satu kali.
Ketika sudah hampir tiba di daerah perumahan, Puspita kembali berbicara: “Carlson, bisakah minta tolong padamu untuk menepikan mobil, aku ingin pergi ke supermarket membeli sesuatu.”
“Baik.” Carlson memperlambat kecepatan mobilnya dan menepi.
Mobil masih belum berhenti, Puspita kembali berkata: “Gadis busuk, perutku tidak enak, pergi ke supermarket dan belikan aku barang itu.”
Hanya dengan menggunakan alasan ini baru bisa mengusir Ariella pergi, Puspita tidak peduli bagaimana Carlson akan memandangnya, lagipula Carlson bukan pria miliknya.
Begitu Ariella pergi, pandangan mata Puspita langsung menjadi serius: “Carlson, bisakah kita berbicara dengan serius sebentar?”
Carlson memandang Puspita dari kaca spion, dengan sopan dan segan mengangguk: “Puspita, katakan saja!”
Puspita menoleh melihat ke samping, melihat bahwa Ariella sudah memasuki supermarket, dia baru berkata: “Ariella adalah gadis yang baik, tolong hargai dia dan jangan sampai dia tersakiti.”
Carlson mengangguk: “Aku tahu.”
Puspita berkata dengan serius: “Carlson, aku tidak tahu mengapa kamu berpura-pura dan menggantikan orang lain berkencan dengan Ariella, aku tidak ingin mempermasalahkan masalah ini, selama kamu memperlakukan Ariella dengan baik, maka aku akan menutup mata mengenai hal ini, tidak akan memberitahunya.”
Carlson menoleh menatap Puspita sekilas dan dengan tulus berkata: “Terima kasih!”
Puspita menarik napas dalam-dalam dan berkata: “Ariella yang dulu adalah gadis yang sangat bodoh, ketika orang lain sedikit lebih baik baginya, dia akan menyerahkan hatinya untuk berbuat baik pada orang tersebut. Dalam tiga tahun terakhir, dia telah banyak berubah, tidak ada orang yang bisa masuk ke hatinya … jadi tolong kamu jangan menyakitinya.”
Puspita memiliki banyak hal mengenai Ariella untuk dibicarakan dengan Carlson, tapi pada akhirnya dia tidak mengatakannya.
Karena dia selalu berpikir bahwa Carlson tahu segala sesuatu mengenai Ariella di masa lalu, dia juga merasa bahwa Carlson yang tampaknya sopan kepada orang-orang tapi dalam keadaan tidak terlihat dia juga menolah orang sejauh mungkin.
Setelah mengantar Puspita pulang, Ariella baru benar-benar merasa lega, jika membiarkan gadis itu tinggal sebentar lagi maka sepertinya masalah aibnya akan dikeluarkannya.
Carlson mengemudi membawa Ariella pulang ke rumah, sepanjang jalan tidak ada percakapan di antara keduanya, Ariella ingin berbicara dengannya beberapa kali, tapi melihat ekspresinya yang dingin maka dia menelan kata-katanya kembali ke perutnya.
Carlson benar-benar berwajah ganda, terkadang sangat lembut hingga dapat membuat hati orang meleleh.
Terkadang sangat dingin seperti es, berjarah cukup jauh darinya saja juga bisa membuat orang membeku.
Butuh lebih dari setengah jam untuk sampai di rumah, melangkah masuk ke pintu, Carlson mengubah posturnya yang dingin, berbalik lalu menekan Ariella di panel pintu.
“Ah …” Ariella terkejut hingga berteriak, panik dan menantikan apa yang akan dia lakukan selanjutnya.
Namun, Carlson hanya menatapnya dengan tenang, menatapnya untuk waktu yang lama baru berkata: “Ariella, apa kamu ingin berkencan?”
“Aku tidak. Kamu jangan mendengarkan perkataan omong kosong Puspita.” Kepala Ariella menggeleng, menyangkal keinginan untuk berkencan.
Carlson menatapnya bibir merah ceri Ariella yang membuka dan menutup, mengulurkan tangan menarik kepala Ariella ke arah dirinya sendiri, seakan ingin menciumnya.
Ariella melihat wajah tampan yang mendekatinya, secara naluriah menutup matanya, tapi sama sekali tidak mendapati langkah Carlson selanjutnya.
Ariella membuka matanya perlahan, melihat Carlson sedang menatapnya dengan serius.
Pria jahat ini, benar-benar jahat, tidak menciumnya untuk apa membuat gerakan yang membuatnya salah paham, benar-benar menjengkelkan!
“Apa kamu benar-benar tidak ingin berkencan?” Setelah menatapnya sekian lama, Carlson kembali mengulangi menanyakan pertanyaan ini.
……