• ĐỔI TÊN MIỀN VIETWRITER.PRO SANG 88.198.7.247 TỪ NGÀY 1/6

New NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR (1 Viewer)

  • Bab 53

Bab 53 Penculikan Yang Mencolok





Ketika menyebut Carlson, wajah Ariella seketika memerah, tidak bisa tidak memikirkan perkataan mesum yang diucapkan Puspita malam itu.





Puspita melihat wajahnya yang memerah seperti ini, mengulurkan tangan menjangkau dahi Ariella: “Dasar gadis tidak berguna. Menyebut pria-mu saja sudah seperti ini.”





“Puspita, bisakah kita tidak membicarakan pria, berbicara topik lain.” Ariella tidak ingin melanjutkan topik mengenai Carlson, jika dia keceplosan, pasti akan dimarahi habis oleh Puspita.





Sambil berbicara, Ariella menambahkan sayuran ke dalam panci: “Melihatmu yang terbang lebih dari sepuluh jam, hari ini aku akan melayanimu makan.”





“Kuanggap kamu tahu diri.” kata Puspita sambil tersenyum, kemudian berkata, “Aku masih belum pernah menemui pria-mu, apa kamu tidak berencana untuk memperkenalkannya padaku?”





“Aku sudah merencanakan untuk memperkenalkannya padamu, tapi waktu kalian tidak pas, beberapa hari terakhir dia sedang dalam perjalanan bisnis.” Ariella mengambilkan makanan dan menaruhnya ke mangkuk Puspita sambil berbicara.





Ketika membicarakan Carlson, panggilan telepon dari Carlson datang.





Ariella tersenyum lembut: “Dia menelepon, aku akan menerima telepon dulu.”





Suara Carlson di telepon masih rendah dan seksi seperti sebelumnya: “Sudah begitu larut dan masih belum pulang, kemana kamu pergi?”





Kedengarannya seperti nada menyalahkan, tapi Ariella merasa itu adalah perhatian, tersenyum dan berkata: “Aku dan Puspita sedang makan hotpot di luar.”





Setelah hening sejenak, Carlson kembali berkata: “Makan di mana?”





“Restoran xxx di jalan xxx” Ariella berhenti sejenak kemudian berkata, “Kamu juga tidak makan hotpot, jika tidak aku kan mengajakmu untuk memakannya lagi.”





“Ya, aku tahu, kalau begitu lanjutkan makanmu.”





Ariella masih ingin berbicara lebih banyak dengan Carlson, tapi Carlson tampaknya tidak tertarik untuk berbicara lebih lanjut, jadi Ariella hanya bisa mengucapkan selamat tinggal dan menutup telepon.





Dan dia mengabaikan poin penting, jika Carlson sedang dalam perjalanan bisnis maka tidak mungkin dia mengetahui bahwa Ariella masih belum kembali ke rumah, tapi Carlson hanya bertanya mengapa Ariella masih belum kembali ke rumah.





“Ariel, mengapa aku merasa bahwa kamu adalah seorang istri kecil yang tidak berdaya di hadapan suamimu, bahkan kamu tidak berani berkata dengan kencang? Menelepon saja wajahmu sudah memerah, kamu dulu tidak seperti ini.” Puspita tadi tidak melewatkan ekspresi dan nada suara Ariella, dia merasa sangat amat terkejut.





Ariella juga merasa sangat aneh, ketika dia sedang berbicara tentang bisnis, masih bisa dikatakan memiliki wajah yang tebal, dia pandai berbicara, mengapa ketika bertemu Carlson, secara alami wajahnya menjadi suka tersipu, cara bicaranya juga tidak setajam biasanya.





Ketika Ariella dulu jatuh cinta pada Ivander, Puspita juga belum pernah melihat muka Ariella yang memerah.





Menurul logika itu adalah cinta pertama Ariella, seharusnya itu adalah waktu di mana gadis cenderung lebih pemalu, tapi Ariella pada saat itu seperti anak laki-laki, kepribadiannya sangat sangat liar.





Puspita berpikir dalam hati, mungkin Carlson adalah orang yang ditakdirkan untuk Ariella.





Tidak peduli seberapa kuat seorang wanita, begitu kamu bertemu seseorang yang benar-benar mencintai dan menyayangimu, maka secara alami akan berperilaku seperti gadis kecil.





Setelah selesai makan hotpot, waktu sudah larut, Ariella dan Puspita mengenakan jaket mereka dan mengobrol sambil berjalan.





Ariella mengenakan jaket berwarna orange hari ini, kulitnya awalnya memang putih, warna pakaian seperti ini membuat kulitnya yang putih menjadi merona, memiliki gaya yang berbeda.





Puspita sambil berjalan sambil memujinya, nada yang dilebih-lebihkan itu hampir membuat Ariella dengan bahagia terbang ke langit.





“Nona Ariella, Nona Puspita, tolong berhenti!”





Ariella dan Puspita sedang mengobrol dengan bahagia, Yadi membawa orang untuk menghalangi jalan mereka.





“Mengapa kamu berada di sini?” Yang bertanya adalah Puspita.





Yadi sudah mengikuti Ivander bertahun-tahun yang lalu, Ariella dan Puspita sama-sama mengenal orang ini, dulu kesan mereka padanya tidak terlalu dalam, hanya tahu bahwa dia adalah pengikut Ivander.





Yadi ada di sini, kalau begitu kemungkinan besar Ivander berada di sini, berpikir bahwa Ivander akan muncul, Puspita yang masih tidak tahu bahwa Ariella sudah pernah bertemu dengan Ivander, dengan khawatir melihat Ariella: “Ariel…”





Ariella tersenyum padanya: “Gadis bodoh, jangan khawatir, aku baik-baik saja.”





Yadi berkata: “Nona Ariella, Tuan Ivander ingin mengundang kalian berdua untuk minum bersama, tidak tahu apa kalian berdua bisa?”





Ariella tersenyum dan berkata: “Tolong katakan pada Tuan Ivander, kami tidak punya waktu, dan lagi beritahu dia untuk tidak mengganggu kehidupan kami lagi di masa depan.”





“Nona Ariella, Tuan Ivander baru saja berpesan padaku, jika tidak bisa mengundangmu, maka aku harus memotong jariku sendiri dan kembali menemuinya, tolonglah kasihani aku yang seorang bawahan ini.” Yadi berbicara dengan sangat memelas, tapi ekspresinya sangat amat menyebalkan.





Ketika mendengar perkataan ini, Puspita langsung marah: “Kamu katakan pada Ivander agar dia pergi mati, berbuat hal yang memalukan di masa lalu, dan sekarang masih ada muka muncul di hadapan Ariella, percaya atau tidak aku akan membunuhnya.”





Ariella bergegas menarik Puspita, menggelengkan kepalanya: “Puspita, tenangkan dirimu.”





“Binatang itu masih memiliki muka untuk mencarimu, bagaimana kamu bisa menyuruhku untuk tenang?” Setelah berteriak, Puspita akhirnya merasa ada sesuatu yang salah. “Ariel, kamu baik-baik saja?”





Dia sangat emosional, Ariella sangat tenang, sangat amat tenang seolah-olah Ivander tidak pernah muncul dalam kehidupannya.





“Jadi, kalian berdua tidak bersedia maka aku tidak berdaya.” Yadi menggelengkan kepalanya dengan rasa tidak tega, “Tapi Tuan Ivander hari ini harus bertemu dengan kalian, kalau begitu aku harus berbuat salah pada kalian.”





Setelah selesai berbicara, Yadi melambaikan tangannya, kemudian beberapa pria yang mengikuti di belakangnya segera mengepung mereka.





Ariella dan Puspita hampir bersamaan ingin memblokir di depan satu sama lain. Ariella diam-diam melayangkan tatapan pada Puspita, kemudian Puspita juga menerimanya dan segera mundur ke belakang tubuh Ariella.





Ariella menatap Yadi, tersenyum dengan lembut: “Yadi, bagaimana juga bisa dikatakan bahwa kita sudah lama mengenal, benar bukan?”





Yadi berkata, “Jadi, Nona Ariella bersedia pergi bersama kami?”





Ariella mengangguk, wajahnya terus tersenyum: “Tuan Ivander sangat memiliki hati, apa alasanku untuk menolak undangan besar darinya.”





Pada saat Ariella dan Yadi sedang berbicara, Puspita diam-diam memanggil polisi. Setelah memperkirakan teleponnya sudah tersambung, Puspita menarik Ariella mundur dan dengan sengaja berkata dengan keras: “Ariella, kamu tidak boleh pergi dengan mereka. Aku percaya bahwa negara kita ini negara hukum, mereka tidak berani secara menculik orang secara terang-terangan.”





Ariella menerima tatapan mata dari Puspita, mengerti bahwa mereka sudah tersambung pada polisi, kemudian dia berkata: “Puspita, mereka memang ingin menculik kita. Tapi tujuan mereka adalah aku, di sini Jalan xxx No. 200, tidak jauh dari rumahmu, kamu pulanglah dan tidak usah mempedulikanku. ”





Yadi berkata: “Karena Nona Ariella sudah mengatakan bahwa kami ini sedang melakukan penculikan, kalau begitu kamu memaksa kami untuk melakukannya, saudara-saudaraku tangkap dan masukkan Nona Ariella ke dalam mobil.”





“Coba saja jika ada yang berani menyentuhku!” Ketika orang-orang itu mengerumuninya, Ariella langsung mengubah sosoknya yang lembut tadi, dengan marah berteriak, ternyata bisa membuat orang yang mendekatinya terdiam.





Namun itu hanya bisa membuat mereka terdiam sesaat saja, dan mereka berdua hanya bisa berdoa agar polisi yang berpatroli di dekatnya bisa segera sampai sebelum mereka berdua dibawa pergi oleh orang-orang ini.





Yadi kembali berkata: “Saudara-saudaraku, naikkan Nona Ariella ke dalam mobil!”





“Aku ingin lihat siapa yang berani menyentuhnya!”





Suara rendah dan dingin itu terdengar di belakang mereka, membuat orang yang mendengarnya tanpa sadar bergidik.





……
 
Advertisement

Bình luận facebook

Users who are viewing this thread

Back
Top Bottom