• ĐỔI TÊN MIỀN VIETWRITER.PRO SANG 88.198.7.247 TỪ NGÀY 1/6

New NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR (3 Viewers)

  • Bab 64

Bab 64 Tenang, Aku Disini





Jamuan makan malam amal ini diadakan di pegunungan Kota Pasirbumi.





Gunung ini tidak besar, jika ingin dikatakan, hanya bisa disebut bukit. Namun pemandangan di gunung itu sangat bagus, sesuai dengan kalimat: Musim semi memiliki bunga dan musim gugur memiliki bulan, musim panas memiliki angin sejuk dan musim dingin memiliki salju, empat musim memiliki pemandangan yang berbeda, di kota sibuk seperti Pasirbumi, itu adalah pemandangan yang unik.





Awalnya gunung ini tidak bernama Vandera.





Menurut legenda, beberapa dekade yang lalu, tuan muda Group Aces saat itu bertemu dengan putri dari keluarga di sini.





Pada saat itu, bunga persik sedang bersemi dengan sangat indahnya, saat itu putri besar keluarga Vandera, Vandera berdiri di sini dan sedang tersenyum, dan dia merebut hati tuan muda Group Aces saat itu.





Selanjutnya, tuan muda Group Aces membeli gunung ini dan mengubah namanya menjadi Vandera. Kemudian dia membangun sebuah vila yang sangat megah dan elegan di atas gunung, sebagai saksi cinta keduanya.





Sayangnya keduanya akhirnya pergi ke Amerika karena kondisi tubuh Vandera yang tidak baik, jadi mereka jarang tinggal di sini.





Namun, putra mereka, Carlton, mengerti bahwa orangtuanya khawatir akan rumah yang sepi itu, setiap kali dia kembali ke Kota Pasirbumi, dia akan mengadakan makan malam amal di gunung tempat orangtuanya bertemu untuk mendoakan orangtuanya.





Makan malam amal yang terkenal semacam ini, otomatis yang diundang adalah beberapa selebritas dan orang yang terkenal, tapi tidak mengundang sembarang orang. Setiap tamu telah disaring dan dipilih dengan cermat baru bisa datang ke lokasi.





Karena itu, mereka yang dapat menghadiri makan malam ini akan merasakan kehormatan yang besar, yang setara dengan penegasan identitas mereka.





Tapi, tak jarang pula ada orang yang tidak diundang tapi malah masuk ke dalam perjamuan, seperti — Ivander yang saat ini sedang berada di dalam jamuan.





Ivander tidak menerima surat undangan, demi mendapatkan surat undangan dari Group Aces, dia harus menghabiskan banyak uang, dan juga dia memohon pada banyak orang dan akhirnya dia bisa mendapatkan sebuah surat undangan yang tipis itu.





Dengan tidak mudah akhirnya bisa masuk ke kalangan atas di Kota Pasirbumi, Ivander tentu saja tidak melepaskan kesempatan, tidak peduli siapa pun yang datang, Ivander akan mengambil inisiatif untuk mendekat dan berbicara pada orang-orang tersebut, tiba-tiba menganggap tempat ini adalah rumah keluarganya.





Karena itu, ketika Carlson membawa Ariella datang, Ivander yang sedang sibuk berbaur di kerumunan juga langsung melihat mereka.





Carlson dan Ariella terlambat datang setengah jam setelah jamuan makan malam, tapi begitu mereka memasuki venue, tidak peduli semua orang yang sedang berbicara, menggoda, ataupun sedang minum semuanya melihat ke arah mereka, sepertinya ada satu atau dua detik, kemudian seruan dan bisikan yang tak terhitung jumlahnya terdengar.





Retorika yang indah tidak cukup untuk menggambarkan perasaan luar biasa yang dibawa oleh pria dan wanita itu.





Carlson tinggi dan tampan, jasnya rapi, temperamen yang elegan dan tenang, ketika dia memasuki adegan, dia menekan keramaian dan hiruk pikuk di dalamnya, seolah-olah bagai seorang kaisar yang datang.





Di samping Carlson, merupakan Ariella yang bagai burung kecil. Ariella merangkul tangan Carlson, alisnya dangkal dan menggairahkan, dia tersenyum ringan, matanya bersinar lembut, rambut panjangnya ditutupi dengan kupu-kupu berlian yang halus, dengan memakai Butterfly Love membuatnya benar-benar seperti bunga mekar terindah.





Keduanya berjalan masuk ke venue bersama, sesekali saling bertatapan, sang pria menatap dengan lembut dan tegas, sang wanita penuh dengan rasa aman — seolah-olah, dengan satu pandangan saja sudah bisa memiliki seluruh dunia.





Setiap orang tidak bisa tidak terpana, benar-benar pasangan yang sangat serasi.





Ivander juga harus mengakuinya. Dia selalu tahu Ariella itu sangat cantik, cantik bagai mata air gunung, berlalu dan terus mengalir tidak berhenti. Dan dia tidak tahu, Ariella bisa begitu cantik seperti sekarang, cantik hingga membuatnya sesak nafas, membuatnya kupu-kupu rela mati untuk memilikinya.





Dan Carlson yang berada di sampingnya, menggunakan kharismanya untuk membuat aura Ariella tersorot dengan sempurna, membuat Ariella begitu cantik hingga orang terkagum.





Tanpa disadari, tangan Ivander yang sedang memegang gelas itu menjadi makin erat hingga memutih, dia bahkan ingin menerjang ke sana dan merebut kembali Ariella, ingin agar orang lain tahu bahwa wanita itu adalah miliknya.





Venue perjamuan yang bising seketika diam dalam sekejap, Ivander tidak lagi bisa mendengar suara apa pun, hanya menatap Carlson dan Ariella dengan pandangan matanya yang terbakar amarah.





Ketika Ariella bersama dengan Carlson dia terus tersenyum, saat ini pandangan itu sangat menyilaukan mata Ivander, seakan sedang menertawakannya dalam diam.





Tidak, dia tidak bisa duduk diam dan menunggu, dia harus mengambil inisiatif untuk menyerang, dia harus membuat Carlson terlihat buruk.





Dibanding lain kali lebih baik hari ini, kalau begitu malam ini, Ivander ingin Carlson tahu bahwa di dalam lingkaran kalangan atas semacam ini, jelas bukan tempat bagi Carlson yang hanya Presdir sebuah PT kecil bisa memasukinya.





Ivander mengangkat gelas dan meminum wine di dalamya hingga tandas, berbalik untuk menemukan tempat tersembunyi, bersembunyi dalam kegelapan, ingin menunggu kesempatan untuk bergerak.





Setelah Ariella meninggalkan kotanya dulu, dia tidak pernah berpartisipasi lagi dalam jamuan amal seperti ini. Sekarang, tiba-tiba dia harus menghadapi perjamuan yang begitu indah dan juga semua jenis orang dengan status sosial yang tinggi, dia sedikit merasa gelisah dalam hatinya.





Bertahun-tahun yang lalu, Ariella juga pernah berpartisipasi dalam makan malam amal seperti ini, tapi pada saat itu dia pergi bersama dengan Ayahnya, gaunnya juga disiapkan oleh Ayahnya, sama sekali tidak mempertimbangkan pemikirannya.





Sang Ayah mengajaknya menghadiri perjamuan semacam itu, satu-satunya tujuannya adalah berharap Ariella bisa mengenal banyak orang dari kalangan atas, bahkan jika terjadi masalah dengan Ivander, maka keluarga mereka masih memiliki pilihan lain.





Jadi, bahkan walaupun Ariella adalah putrinya, tapi ketika Ayahnya memilih gaun, dia sebisa mungkin memilih gaun yang bisa mengekspos lebih banyak. Seakan takut para orang kaya ini tidak akan melihat putrinya.





Dan karena hal seperti itu pernah terjadi, ketika insiden itu terjadi kemudian, para kalangan atas itu juga memposting foto-foto Ariella ketika berada di jamuan malam itu dan membicarakan hal yang tidak-tidak.





Mengatakan, Ariella sejak dulu adalah wanita yang seperti itu, menggoda laki-laki dengan menggunakan tubuhnya, dan sekarang bahkan dia juga ingin merebut kakak iparnya.





Saat itu, Ariella juga melawan, tapi setiap kali itu pula Ayahnya akan memaki dan berteriak, dan bahkan memukul sang ibu yang lemah hingga memar sekujur tubuh.





Dan Ibunya, seorang ibu yang lemah dan tidak berguna, hanya bisa menangis dalam diam, tidak berani berjuang, tidak berani melawan, bahkan tidak berani mengeluarkan suara untuk memohon ampun.





Jadi Ariella berjuang, dia melawan, dia memohon belas kasihan, dia mencoba berbagai cara untuk menghentikan Ayahnya, tetapi Ayahnya selalu memihak pada keluarga Ivander, setiap kali Ariella hanya akan menerima hukuman yang lebih berat.





Ariella tidak bisa menyelamatkan ibunya.





Kondisi seperti ini berlangsung sampai dia dan Ivander sudah memastikan hubungan, Ayahnya baru mulai mereda. Pada saat itu, Ariella masih dengan bodoh berpikir bahwa Ivander adalah pahlawannya …





Memikirkan hal ini, Ariella melirik sekilas pada Carlson yang berada di sebelahnya.





Di bawah cahaya yang hangat, mata Carlson menyala dengan cahaya yang menyilaukan, membuat matanya yang berkilau itu bahkan lebih menyilaukan.





Carlson, apa kamu adalah pahlawanku?





Mengarungi rintangan hidup dan berjanji akan hidup bersama selamanya?





Seolah merasakan tatapan Ariella, sepasang telapak tangan besar yang hangat dan kuat itu dengan lembut merangkul pinggangnya, membawanya ke sisinya.





Carlson menoleh, menatapnya dengan lembut dan berbisik: “Ada aku.”





Ya, ada dia.





Ariella kemudian meluruskan punggungnya dan mengangkat kepalanya.
 
Advertisement

Bình luận facebook

Users who are viewing this thread

Back
Top Bottom