Viet Writer
Và Mai Có Nắng
-
Bab 67
Bab 67 Tidak Tahu Malu
Tubuh Ariella yang berjuang melawan tiba-tiba membeku, apa Ivander sedang mengancamnya dengan nyawa Ibunya?
Bagaimana mungkin?
Ariella sangat marah hingga lupa untuk melawan, mendongak dan menatapnya dengan marah, kebencian di matanya seakan ingin menghancurkan orang tidak tahu malu di hadapannya ini.
Tapi Ivander tidak peduli dengan tatapan Ariella, masih dengan bangga mengatakan: “Ariella, berapa banyak yang bisa dihasilkan oleh Teknologi Inovatif dalam setahun? Berapa yang bisa diberikan oleh Carlson padamu? Carlson tidak bisa memberimu apa-apa, kembalilah ke sisiku, aku berjanji tidak akan membiarkanmu bekerja begitu keras setiap hari.”
Haha… Ivander benar-benar berpikir bahwa semua wanita di dunia hanya bisa hidup dengan mengandalkan Ivander?
Ariella benar-benar ingin menampar dengan keras pria yang begitu sombong ini, menampar hingga Ibunya pun tidak bisa mengenalinya.
Jika berdasarkan temperamennya sendiri, Ariella akan melakukan ini, tapi ketika dia memikirkan Ibunya masih berbaring di rumah sakit, memikirkan keselamatan Carlson, semua pikiran Ariella berubah menjadi begitu tidak berdaya.
“Ariella, kembali ke sisiku, mari kita mulai lagi dari awal!” Ivander menekankan kepala Ariella dengan sekuat tenaga dalam pelukannya, berkata dengan perasaan yang dalam.
“Daiva, tolong bantu Nyonya kembali ke ruang istirahat.”
Ketika Ariella ingin melawan, tiba-tiba dia mendengar suara dingin menusuk tulang di belakangnya.
Dia sangat familiar dengan suara ini, beberapa kali, suara ini memberinya harapan dan menghangatkannya dalam kegelapan.
Tapi sekarang suara ini sangat dingin seakan sebuah panah dingin yang menusuk jantung, sangat amat dingin membuat orang bergidik.
Membuat Ariella terkejut, dia mendorong Ivander dengan keras, melarikan diri dari pelukannya, mendongak dan bertatapan dengan raut wajah Carlson yang acuh tak acuh.
Carlson menatapnya, mata gelap itu sama sekali tidak bersinar, tapi ada gelombang gelap di dalam matanya.
Ariella merasa dirinya akan tertelan oleh gelombang gelap yang ada di matanya itu, Ariella ingin menjelaskan, tapi dia tidak bisa mengatakan sepatah kata pun.
Daiva segera menghampirinya: “Nyonya, mari ikuti aku pergi ke ruang istirahat terlebih dulu.”
Ariella tidak bergerak.
Ariella dengan keras kepala menatap Carlson, ingin menyampaikan pemikirannya padanya. Ariella ingin menjelaskan, ingin mengatakan yang sebenarnya kepadanya.
Sejak kemunculan Carlson, pandangan mata Ariella dan Carlson saling bertatapan satu sama lain, seolah-olah tidak ada yang bisa menembus dunia mereka.
Ivander yang telah lama diabaikan di samping sudah tidak tahan dengan suasana seperti ini, dia tidak bisa menahan diri untuk berdiri di depan Ariella: “Carlson, jika kamu memiliki kemampuan maka tujukan padaku, untuk apa menindas wanita seperti itu.”
Ivander berteriak sangat keras, ingin menarik perhatian Carlson.
Tapi Carlson tidak menatapnya, pandangna matanya masih terpaut pada Ariella.
Mereka saling memandang, tetapi tidak ada yang bisa saling mengerti satu sama lain.
“Daiva!” Setelah beberapa saat, Carlson kembali berkata dengan amarah.
“Carlson …” Ariella ingin berbicara dengan Carlson, dan kali ini, Carlson menolehkan kepalanya tidak menatapnya.
Ada banyak orang di luar sana, Ariella benar-benar tidak ingin berdebat dengan Carlson di sini, dan lebih tidak ingin membiarkan Ivander melihat lelucon, jadi dia hanya bisa pergi dengan Daiva terlebih dahulu, dan nanti dia akan mencari waktu untuk menjelaskan pada Carlson.
Setelah Ariella pergi, Ivander tertawa: “Carlson, kamu juga telah melihat sikap Ariella. Orang yang ada di hatinya adalah aku, untuk apa kamu begitu bersusah payah mempertahankannya di sisimu?”
Carlson memicingkan matanya, hanya menatap Ivander dengan dingin. Walaupun Carlson tidak mengatakan apa-apa, tidak peduli apa itu temperamen atau auranya, Carlson jauh lebih baik dibanding Ivander.
Setiap kali melihat Carlson, Ivander memiliki ilusi seakan dirinya akan ditelan olehnya.
Dia hanyalah seorang presdir PT kecil, mengapa bisa memiliki aura yang begitu kuat?
Ivander tidak bisa mengerti mengapa.
Karena auranya tidak sebanding, maka Ivander harus terlebih dulu menyerang.
Dia berkata dengan meremehkan: “Carlson, selama kamu bercerai dengan Ariella, maka aku akan menarik kembali kata-kataku. Teknologi Inovatif akan bekerja sama dengan Pt. Canics seperti sedia kala, kamu masih bisa menduduki posisi Presdir-mu dengan tenang. ”
“Bagaimana jika aku tidak setuju?” Setelah beberapa saat, Carlson sedikit menarik sudut bibirnya, dengan tersenyum mengatakan kalimat yang sangat ringan, berkata dengan sangat santai bagai sedang mengobrol.
Orang yang tidak mengenal Carlson dengan baik, mendengarkan nadanya, melihat ekspresinya, akan berpikir bahwa dia sedang mengobrol santai dengan orang lan, tapi Henry yang telah bersamanya selama lebih dari 10 tahun mengerti bahwa kali ini BOSS besarnya benar-benar marah.
Selama bertahun-tahun, sangat sedikit hal yang akan membuat Carlson menunjukkan senyum yang seperti itu.
Henry samar-samar teringat, ketika Polaris ditindas waktu itu, Carlson juga tersenyum seperti itu pada orang yang menindasnya, orang itu sepertinya telah lama menghilang.
Ivander malah tidak sadar, mengatakan dengan sangat sombong dan bangga: “Ariella dan aku tumbuh besar bersama sejak kecil, kami jatuh cinta selama bertahun-tahun, tidak ada yang bisa saling meninggalkan.”
Ivander sibuk berkata sendiri, tidak menyadari bahwa senyum di wajah Carlson secara bertahap perlahan menghilang.
Untuk sekian lama, Carlson baru dengan dingin berkata: “Lalu memangnya kenapa?”
Sekarang Ariella adalah istrinya.
“Haha …” Ivander masih tidak tahu diri, “Kenapa? Di dalam hatinya hanya ada aku. Sekarang, dia hanya marah padaku untuk sementara, tunggu ketika dia sudah tidak marah, maka dia secara alami akan kembali ke sisiku. Sekarang kamu ajukan perceraian akan lebih baik dibanding Ariella yang menghempaskanmu, kamu akan lebih memiliki harga diri. ”
Carlson mengangguk seolah-olah dia baru saja memahami hubungannya.
Ivander mengira bahwa kemenangan sudah di matanya, tapi dia malah melihat Carlson tiba-tiba tersenyum, senyum itu seperti angin awal musim semi, permukaannya terlihat lembur tapi dalamnya menusuk tulang.
“Jika aku tidak mau?” Carlson tersenyum menatap Ivander, cahaya redup yang tersembunyi di matanya jatuh di tubuh Ivander.
“Kamu!” Perubahan sikap Carlson membuat Ivander marah, seketika merasa dia hanya meninju angin.
Mana pernah dia dilawan oleh orang lain di kota asalnya? Carlson hanyalah Presdir kecil, ternyata bisa begitu tidak tahu dirinya?
Kemarahan di dalam hati Ivander sudh tidak bisa lagi ditekan, dalam sekejap mata, dia tidak bisa menahan ingin menerjang ke depan.
Tapi dia belum mengambil langkah, seorang pria yang kokoh telah menghalangi di depannya.
Ivander melihat lebih dekat, itu adalah bawahan Carlson, tidak bisa menahan diri untuk berteriak: “Minggir!”
Tapi pria di depannya ini masih tidak bergerak.
“Henry.” Tiba-tiba Carlson angkat bicara.
“Presdir.” Pria yang berdiri di depan Ivander menanggapi dengan hormat.
Carlson melanjutkan berkata: “Tolong bawa Tuan Ivander keluar.”
“Baik.” Ketika perkataan Carlson diucapkan, Henry segera melangkah maju, pertama-tama dia dengan sopan mengangguk pada Ivander, kemudian dengan dingin berkata, “Tuan Ivander, kamu tidak disambut di sini, silakan pergi.”
Setelah selesai berbicara, Henry ingin membawa Ivander pergi.
Tapi Henry masih belum menyentuh Ivander, Ivander sudah memaki dan berteriak: “Sialan, atas dasar apa kamu mengusirku keluar? Siapa kamu?”
Dia hanyalah Presdir kecil, atas dasar apa mengusirnya keluar? Siapa dia? Apa dia pikir dia adalah Carlton?
Ivander tidak pernah mengalami penghinaan seperti itu, dia benar-benar marah hingga kehilangan akal sehatnya, tiba-tiba dia mengangkat tinjunya dan ingin menyerang, gerakannya cepat, tapi orang yang ingin Ivander pukul bukanlah Henry, tapi Carlson yang masih berdiri diam tidak bergerak.
Tubuh Ariella yang berjuang melawan tiba-tiba membeku, apa Ivander sedang mengancamnya dengan nyawa Ibunya?
Bagaimana mungkin?
Ariella sangat marah hingga lupa untuk melawan, mendongak dan menatapnya dengan marah, kebencian di matanya seakan ingin menghancurkan orang tidak tahu malu di hadapannya ini.
Tapi Ivander tidak peduli dengan tatapan Ariella, masih dengan bangga mengatakan: “Ariella, berapa banyak yang bisa dihasilkan oleh Teknologi Inovatif dalam setahun? Berapa yang bisa diberikan oleh Carlson padamu? Carlson tidak bisa memberimu apa-apa, kembalilah ke sisiku, aku berjanji tidak akan membiarkanmu bekerja begitu keras setiap hari.”
Haha… Ivander benar-benar berpikir bahwa semua wanita di dunia hanya bisa hidup dengan mengandalkan Ivander?
Ariella benar-benar ingin menampar dengan keras pria yang begitu sombong ini, menampar hingga Ibunya pun tidak bisa mengenalinya.
Jika berdasarkan temperamennya sendiri, Ariella akan melakukan ini, tapi ketika dia memikirkan Ibunya masih berbaring di rumah sakit, memikirkan keselamatan Carlson, semua pikiran Ariella berubah menjadi begitu tidak berdaya.
“Ariella, kembali ke sisiku, mari kita mulai lagi dari awal!” Ivander menekankan kepala Ariella dengan sekuat tenaga dalam pelukannya, berkata dengan perasaan yang dalam.
“Daiva, tolong bantu Nyonya kembali ke ruang istirahat.”
Ketika Ariella ingin melawan, tiba-tiba dia mendengar suara dingin menusuk tulang di belakangnya.
Dia sangat familiar dengan suara ini, beberapa kali, suara ini memberinya harapan dan menghangatkannya dalam kegelapan.
Tapi sekarang suara ini sangat dingin seakan sebuah panah dingin yang menusuk jantung, sangat amat dingin membuat orang bergidik.
Membuat Ariella terkejut, dia mendorong Ivander dengan keras, melarikan diri dari pelukannya, mendongak dan bertatapan dengan raut wajah Carlson yang acuh tak acuh.
Carlson menatapnya, mata gelap itu sama sekali tidak bersinar, tapi ada gelombang gelap di dalam matanya.
Ariella merasa dirinya akan tertelan oleh gelombang gelap yang ada di matanya itu, Ariella ingin menjelaskan, tapi dia tidak bisa mengatakan sepatah kata pun.
Daiva segera menghampirinya: “Nyonya, mari ikuti aku pergi ke ruang istirahat terlebih dulu.”
Ariella tidak bergerak.
Ariella dengan keras kepala menatap Carlson, ingin menyampaikan pemikirannya padanya. Ariella ingin menjelaskan, ingin mengatakan yang sebenarnya kepadanya.
Sejak kemunculan Carlson, pandangan mata Ariella dan Carlson saling bertatapan satu sama lain, seolah-olah tidak ada yang bisa menembus dunia mereka.
Ivander yang telah lama diabaikan di samping sudah tidak tahan dengan suasana seperti ini, dia tidak bisa menahan diri untuk berdiri di depan Ariella: “Carlson, jika kamu memiliki kemampuan maka tujukan padaku, untuk apa menindas wanita seperti itu.”
Ivander berteriak sangat keras, ingin menarik perhatian Carlson.
Tapi Carlson tidak menatapnya, pandangna matanya masih terpaut pada Ariella.
Mereka saling memandang, tetapi tidak ada yang bisa saling mengerti satu sama lain.
“Daiva!” Setelah beberapa saat, Carlson kembali berkata dengan amarah.
“Carlson …” Ariella ingin berbicara dengan Carlson, dan kali ini, Carlson menolehkan kepalanya tidak menatapnya.
Ada banyak orang di luar sana, Ariella benar-benar tidak ingin berdebat dengan Carlson di sini, dan lebih tidak ingin membiarkan Ivander melihat lelucon, jadi dia hanya bisa pergi dengan Daiva terlebih dahulu, dan nanti dia akan mencari waktu untuk menjelaskan pada Carlson.
Setelah Ariella pergi, Ivander tertawa: “Carlson, kamu juga telah melihat sikap Ariella. Orang yang ada di hatinya adalah aku, untuk apa kamu begitu bersusah payah mempertahankannya di sisimu?”
Carlson memicingkan matanya, hanya menatap Ivander dengan dingin. Walaupun Carlson tidak mengatakan apa-apa, tidak peduli apa itu temperamen atau auranya, Carlson jauh lebih baik dibanding Ivander.
Setiap kali melihat Carlson, Ivander memiliki ilusi seakan dirinya akan ditelan olehnya.
Dia hanyalah seorang presdir PT kecil, mengapa bisa memiliki aura yang begitu kuat?
Ivander tidak bisa mengerti mengapa.
Karena auranya tidak sebanding, maka Ivander harus terlebih dulu menyerang.
Dia berkata dengan meremehkan: “Carlson, selama kamu bercerai dengan Ariella, maka aku akan menarik kembali kata-kataku. Teknologi Inovatif akan bekerja sama dengan Pt. Canics seperti sedia kala, kamu masih bisa menduduki posisi Presdir-mu dengan tenang. ”
“Bagaimana jika aku tidak setuju?” Setelah beberapa saat, Carlson sedikit menarik sudut bibirnya, dengan tersenyum mengatakan kalimat yang sangat ringan, berkata dengan sangat santai bagai sedang mengobrol.
Orang yang tidak mengenal Carlson dengan baik, mendengarkan nadanya, melihat ekspresinya, akan berpikir bahwa dia sedang mengobrol santai dengan orang lan, tapi Henry yang telah bersamanya selama lebih dari 10 tahun mengerti bahwa kali ini BOSS besarnya benar-benar marah.
Selama bertahun-tahun, sangat sedikit hal yang akan membuat Carlson menunjukkan senyum yang seperti itu.
Henry samar-samar teringat, ketika Polaris ditindas waktu itu, Carlson juga tersenyum seperti itu pada orang yang menindasnya, orang itu sepertinya telah lama menghilang.
Ivander malah tidak sadar, mengatakan dengan sangat sombong dan bangga: “Ariella dan aku tumbuh besar bersama sejak kecil, kami jatuh cinta selama bertahun-tahun, tidak ada yang bisa saling meninggalkan.”
Ivander sibuk berkata sendiri, tidak menyadari bahwa senyum di wajah Carlson secara bertahap perlahan menghilang.
Untuk sekian lama, Carlson baru dengan dingin berkata: “Lalu memangnya kenapa?”
Sekarang Ariella adalah istrinya.
“Haha …” Ivander masih tidak tahu diri, “Kenapa? Di dalam hatinya hanya ada aku. Sekarang, dia hanya marah padaku untuk sementara, tunggu ketika dia sudah tidak marah, maka dia secara alami akan kembali ke sisiku. Sekarang kamu ajukan perceraian akan lebih baik dibanding Ariella yang menghempaskanmu, kamu akan lebih memiliki harga diri. ”
Carlson mengangguk seolah-olah dia baru saja memahami hubungannya.
Ivander mengira bahwa kemenangan sudah di matanya, tapi dia malah melihat Carlson tiba-tiba tersenyum, senyum itu seperti angin awal musim semi, permukaannya terlihat lembur tapi dalamnya menusuk tulang.
“Jika aku tidak mau?” Carlson tersenyum menatap Ivander, cahaya redup yang tersembunyi di matanya jatuh di tubuh Ivander.
“Kamu!” Perubahan sikap Carlson membuat Ivander marah, seketika merasa dia hanya meninju angin.
Mana pernah dia dilawan oleh orang lain di kota asalnya? Carlson hanyalah Presdir kecil, ternyata bisa begitu tidak tahu dirinya?
Kemarahan di dalam hati Ivander sudh tidak bisa lagi ditekan, dalam sekejap mata, dia tidak bisa menahan ingin menerjang ke depan.
Tapi dia belum mengambil langkah, seorang pria yang kokoh telah menghalangi di depannya.
Ivander melihat lebih dekat, itu adalah bawahan Carlson, tidak bisa menahan diri untuk berteriak: “Minggir!”
Tapi pria di depannya ini masih tidak bergerak.
“Henry.” Tiba-tiba Carlson angkat bicara.
“Presdir.” Pria yang berdiri di depan Ivander menanggapi dengan hormat.
Carlson melanjutkan berkata: “Tolong bawa Tuan Ivander keluar.”
“Baik.” Ketika perkataan Carlson diucapkan, Henry segera melangkah maju, pertama-tama dia dengan sopan mengangguk pada Ivander, kemudian dengan dingin berkata, “Tuan Ivander, kamu tidak disambut di sini, silakan pergi.”
Setelah selesai berbicara, Henry ingin membawa Ivander pergi.
Tapi Henry masih belum menyentuh Ivander, Ivander sudah memaki dan berteriak: “Sialan, atas dasar apa kamu mengusirku keluar? Siapa kamu?”
Dia hanyalah Presdir kecil, atas dasar apa mengusirnya keluar? Siapa dia? Apa dia pikir dia adalah Carlton?
Ivander tidak pernah mengalami penghinaan seperti itu, dia benar-benar marah hingga kehilangan akal sehatnya, tiba-tiba dia mengangkat tinjunya dan ingin menyerang, gerakannya cepat, tapi orang yang ingin Ivander pukul bukanlah Henry, tapi Carlson yang masih berdiri diam tidak bergerak.
Bình luận facebook