Viet Writer
Và Mai Có Nắng
-
Bab 70
Bab 70 Penjelasan Yang Bungkam
Baru saja Carlson merokok beberapa batang rokok di koridor, berharap bisa memahami masalah dengan jernih.
Dia menyalakan rokok, menghisap beberapa kali, setiap hisapannya itu sangat berat, sebatang rokok dengan cepat berubah menjadi abu, kemudian menyalakan yang lain.
Mungkin ketika Ariella tidak mau memberikan penjelasan kepadanya, dia menjadi marah.
Dia adalah suaminya, selama dia membuka mulut dan menjelaskan, tidak peduli apa yang Ariella katakan, dia akan percaya padanya, tapi Ariella bahkan tidak memberikan jawaban padanya.
Di mana baiknya Ivander itu? Mengapa Ariella masih bersikap tidak jelas setelah Ivander begitu menyakitinya?
Dalam pandangan Carlson, Ivander benar-benar orang yang tidak tahu diri, benar-benar sangat arogan.
Dan juga Carlson tidak pernah mempedulikan Ivander, tapi dia benar-benar tidak menyangka, bagi Ariella, Carlson tidak sebanding dengan Ivander.
Memikirkan teman masa kecil yang dikatakan Ivander, perasaan seperti itu memang merupakan perasaan yang paling murni, tetapi bukankah itu semua adalah masa lalu?
Dia jelas tahu bahwa Ariella sekarang adalah istri Carlson, orang yang akan menghabiskan seumur hidup dengan Carlson.
Tidak tahu mengapa Carlson bisa mengeluarkan keinginan untuk memiliki yang begitu kuat, keinginan semacam ini adalah sesuatu yang belum pernah dia miliki sebelumnya, sangat kuat hingga dirinya sendiri bahkan merasa itu sangat luar biasa.
Saat itu, hanya ada satu pikiran di benak Carlson, dia benar-benar ingin mendapatkan wanita ini, dengan kejam memilikinya, membuatnya menjadi wanitanya yang seutuhnya, jadi dia tidak akan bisa melarikan diri.
Pemikiran yang kekanak-kanakan dan konyol, tetapi itu benar-benar muncul dalam pikiran Carlson, begitu cepat hingga dia tidak memiliki waktu untuk memikirkannya.
Carlson pada usia 22 tahun sudah secara resmi mengambil alih Group Aces yang merupakan kerajaan bisnis besar dari tangan Ayahnya, selama bertahun-tahun ini, tidak peduli apa pun yang dialaminya, dia tidak pernah kehilangan akal sehatnya.
Mengapa bisa tiba-tiba melahirkan sikap memiliki yang kuat pada Ariella, Carlson sendiri juga tidak tahu sebenarnya itu kenapa?
Apa karena Ariella adalah Istrinya? Atau karena ada alasan lain lagi?
Di dunia bisnis, dia yang biasanya begitu tegas, untuk pertama kalinya bahkan dirinya sendiri tidak tahu apa yang dia pikirkan.
Di dalam mobil benar-benar sangat hening.
Carlson menutup matanya, Ariella menatap ke luar jendela, keduanya berada di dunia mereka sendiri.
Saat mereka berdua bersama, kebanyakan Ariella yang mengambil inisiatif untuk mencari topik pembicaraan, karena dia tahu Carlson itu dingin, dan juga jarang berbicara. Menunggu Carlson mengambil inisiatif untuk mengobrol, peluangnya benar-benar sangat kecil.
Ariella benar-benar tidak keberatan setiap kali dia yang mengambil inisiatif, dua orang hidup bersama, akan selalu ada satu orang yang mengambil inisiatif dan satu orang yang bersikap pasif, saling melengkapi, maka hidup ke depannya akan dapat berlangsung lama.
Tapi hari ini, Ariella benar-benar tidak ingin mencari topik pembicaraan, tidak tahu harus berkata apa, bahkan tidak ingin melihatnya.
Keduanya terdiam sepanjang jalan, bahkan sampai di rumah pun tidak ada yang mengatakan sepatah kata pun.
Setelah kembali ke rumah, Carlson pergi ke ruang kerja seperti biasa.
Ariella mengganti gaunnya, mencari jarum dan benang, kemudian dengan serius memperbaiki bagian gaun yang rusak.
Karena memiliki pengalaman dalam mendesain pakaian, ketika menjahitnya kembali, Ariella menambahkan sedikit pemikirannya dalam gaun tersebut.
Mungkin ini tidak menghormati desainer asli, tapi ketika memikirkannya, Ariella yang biasanya mengerti kondisi itu tidak dapat mengendalikan tindakannya.
Beberapa tahun ini, dia secara khusus mengubah pekerjaan yang benar-benar tidak berhubungan dengan desain pakaian, berusaha untuk tidak memikirkan desain pakaian, tapi kecintaan pada desain pakaian yang masuk hingga tulang itu tidak dapat dihapus.
Ariella tidak tahu apakah gaun ini dibeli atau disewa, pokoknya dia akan memperbaikinya terlebih dulu kemudian mencucinya besok baru dibicarakan lagi.
Setelah Ariella selesai mandi, sudah hampir jam 1 pagi, tapi Carlson masih berada di ruang kerja.
Ariella pergi tidur terlebih dulu seperti biasa.
Tidak tahu tertidur berapa lama, ketika Ariella tertidur samar-samar dia merasakan sisi lain dari ranjang besarnya itu mencelos, kemudian Carlson sudah berbaring di sampingnya.
Carlson mendekatinya, mengulurkan tangan dan menarik Ariella masuk ke dalam pelukannya, dan memanggil namanya dengan suara berat: “Ariella…”
Sebenarnya Ariella tidur tidak terlalu pulas, ketika Carlson berbaring, dia sudah terbangun, hanya saja dia tidak mengeluarkan suara.
Tapi ketika Carlson mengulurkan tangan dan memeluknya, tubuh Ariella membeku tanpa sadar, hal yang terjadi malam ini kembali muncul di benak Ariella.
Carlson dengan begitu gila dan seenaknya menjamahnya, saat itu, membuat Ariella seakan melihat setan yang mungkin akan menelannya.
“Ariella…” Carlson ingin membicarakan apa yang terjadi malam ini, dia sangat menyesal, tapi dia merasa bahwa permintaan maaf adalah hal yang paling tidak membantu di dunia.
Siapa pun bisa mengatakan perkataan yang baik, tapi belum tentu dapat melakukannya, jadi Carlson tidak bisa mengatakannya.
Terutama ketika Carlson melihat jejak di leher, tulang selangka, dan di depan dada Ariella yang piyamanya yang sedikit terbuka, Carlson lebih tidak bisa mengucapkannya.
Kulit Ariella yang putih dan lembut, jejak-jejak yang dibuat Carlson tampak amat sangat jelas, seolah sedang memberitahunya dalam diam akan perbuatannya yang kasar.
“Ariella …” Carlson kembali memanggil namanya dengan pelan.
Ariella bergerak, menyingkirkan tangan Carlson ke samping, membuka jarak dengannya, dan berkata dengan tenang: “Sudah larut, tidurlah.”
Ariella yang tenang dan asing, membuat hati Carlson sakit, ada semacam rasa yang belum pernah dia alami sebelumnya.
Carlson tidak berbicara lagi, hanya mengawasi punggungnya dalam diam, tidak tertidur dalam waktu yang lama.
Mereka tidak menyebutkan apa pun yang terjadi pada malam itu, seakan hal itu tidak ternah terjadi sebelumnya, berpura-pura menjalani hari dengan tenang seperti biasanya.
Tapi mereka tidak tahu bahwa ada beberapa hal yang harus dikatakan dengan jujur, itu adalah cara yang terbaik untuk menghadapinya, menghindari hanya akan menjadi salah satu penyebab permasalahan di kemudian hari.
Keesokan harinya, Ariella tertidur hingga siang baru bangun.
Akhir pekan, tidak perlu pergi bekerja, dan juga tidak ada hal lain yang harus dilakukan, tidur bermalasan adalah kenikmatan terbaik.
Ariella membuka matanya dan secara alami menatap ke arah jendela, dia masih melihat seseorang dan seekor anjing.
Tapi hari ini tidak ada koran di tangan Carlson, dia berdiri di tepi jendela dan melihat keluar jendela, diam dan tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan.
Mian mian berada di samping kakinya, berguling-guling di lantai dari waktu ke waktu, mungkin karena terlalu bosan jadi berpikir menggunakan metode ini untuk menarik perhatian Carlson.
Carlson menoleh, berkata dengan pelan: “Sudah bangun.”
Suara seksi dan menyenangkan Carlson terdengar di telinga Ariella, dia mengangguk dan tidak berbicara.
Mian mian bergegas menhampirinya, Ariella memeluknya dalam pelukannya dan mengelus kepalanya: “Sayang, Ibu hari ini libur jadi bisa menemanimu.”
“Guk guk guk …” Mian mian menggongogn beberapa kali, mendusel di pelukan Ariella beberapa kali, sangat bahagia.
“Kamu mandilah, aku akan menunggumu untuk makan siang bersama.” Setelah terpaku sesaat, Carlson menambahkan, “Bagaimana kalau kita pergi jalan-jalan bersama di sore hari?”
Mereka telah menikah begitu lama, Carlson tidak pernah ada waktu tiap akhir pekan, selain terakhir kali mereka pergi ke Blue Sea Villa, biasanya mereka melewati akhir pekan di rumah.
Baru saja Carlson merokok beberapa batang rokok di koridor, berharap bisa memahami masalah dengan jernih.
Dia menyalakan rokok, menghisap beberapa kali, setiap hisapannya itu sangat berat, sebatang rokok dengan cepat berubah menjadi abu, kemudian menyalakan yang lain.
Mungkin ketika Ariella tidak mau memberikan penjelasan kepadanya, dia menjadi marah.
Dia adalah suaminya, selama dia membuka mulut dan menjelaskan, tidak peduli apa yang Ariella katakan, dia akan percaya padanya, tapi Ariella bahkan tidak memberikan jawaban padanya.
Di mana baiknya Ivander itu? Mengapa Ariella masih bersikap tidak jelas setelah Ivander begitu menyakitinya?
Dalam pandangan Carlson, Ivander benar-benar orang yang tidak tahu diri, benar-benar sangat arogan.
Dan juga Carlson tidak pernah mempedulikan Ivander, tapi dia benar-benar tidak menyangka, bagi Ariella, Carlson tidak sebanding dengan Ivander.
Memikirkan teman masa kecil yang dikatakan Ivander, perasaan seperti itu memang merupakan perasaan yang paling murni, tetapi bukankah itu semua adalah masa lalu?
Dia jelas tahu bahwa Ariella sekarang adalah istri Carlson, orang yang akan menghabiskan seumur hidup dengan Carlson.
Tidak tahu mengapa Carlson bisa mengeluarkan keinginan untuk memiliki yang begitu kuat, keinginan semacam ini adalah sesuatu yang belum pernah dia miliki sebelumnya, sangat kuat hingga dirinya sendiri bahkan merasa itu sangat luar biasa.
Saat itu, hanya ada satu pikiran di benak Carlson, dia benar-benar ingin mendapatkan wanita ini, dengan kejam memilikinya, membuatnya menjadi wanitanya yang seutuhnya, jadi dia tidak akan bisa melarikan diri.
Pemikiran yang kekanak-kanakan dan konyol, tetapi itu benar-benar muncul dalam pikiran Carlson, begitu cepat hingga dia tidak memiliki waktu untuk memikirkannya.
Carlson pada usia 22 tahun sudah secara resmi mengambil alih Group Aces yang merupakan kerajaan bisnis besar dari tangan Ayahnya, selama bertahun-tahun ini, tidak peduli apa pun yang dialaminya, dia tidak pernah kehilangan akal sehatnya.
Mengapa bisa tiba-tiba melahirkan sikap memiliki yang kuat pada Ariella, Carlson sendiri juga tidak tahu sebenarnya itu kenapa?
Apa karena Ariella adalah Istrinya? Atau karena ada alasan lain lagi?
Di dunia bisnis, dia yang biasanya begitu tegas, untuk pertama kalinya bahkan dirinya sendiri tidak tahu apa yang dia pikirkan.
Di dalam mobil benar-benar sangat hening.
Carlson menutup matanya, Ariella menatap ke luar jendela, keduanya berada di dunia mereka sendiri.
Saat mereka berdua bersama, kebanyakan Ariella yang mengambil inisiatif untuk mencari topik pembicaraan, karena dia tahu Carlson itu dingin, dan juga jarang berbicara. Menunggu Carlson mengambil inisiatif untuk mengobrol, peluangnya benar-benar sangat kecil.
Ariella benar-benar tidak keberatan setiap kali dia yang mengambil inisiatif, dua orang hidup bersama, akan selalu ada satu orang yang mengambil inisiatif dan satu orang yang bersikap pasif, saling melengkapi, maka hidup ke depannya akan dapat berlangsung lama.
Tapi hari ini, Ariella benar-benar tidak ingin mencari topik pembicaraan, tidak tahu harus berkata apa, bahkan tidak ingin melihatnya.
Keduanya terdiam sepanjang jalan, bahkan sampai di rumah pun tidak ada yang mengatakan sepatah kata pun.
Setelah kembali ke rumah, Carlson pergi ke ruang kerja seperti biasa.
Ariella mengganti gaunnya, mencari jarum dan benang, kemudian dengan serius memperbaiki bagian gaun yang rusak.
Karena memiliki pengalaman dalam mendesain pakaian, ketika menjahitnya kembali, Ariella menambahkan sedikit pemikirannya dalam gaun tersebut.
Mungkin ini tidak menghormati desainer asli, tapi ketika memikirkannya, Ariella yang biasanya mengerti kondisi itu tidak dapat mengendalikan tindakannya.
Beberapa tahun ini, dia secara khusus mengubah pekerjaan yang benar-benar tidak berhubungan dengan desain pakaian, berusaha untuk tidak memikirkan desain pakaian, tapi kecintaan pada desain pakaian yang masuk hingga tulang itu tidak dapat dihapus.
Ariella tidak tahu apakah gaun ini dibeli atau disewa, pokoknya dia akan memperbaikinya terlebih dulu kemudian mencucinya besok baru dibicarakan lagi.
Setelah Ariella selesai mandi, sudah hampir jam 1 pagi, tapi Carlson masih berada di ruang kerja.
Ariella pergi tidur terlebih dulu seperti biasa.
Tidak tahu tertidur berapa lama, ketika Ariella tertidur samar-samar dia merasakan sisi lain dari ranjang besarnya itu mencelos, kemudian Carlson sudah berbaring di sampingnya.
Carlson mendekatinya, mengulurkan tangan dan menarik Ariella masuk ke dalam pelukannya, dan memanggil namanya dengan suara berat: “Ariella…”
Sebenarnya Ariella tidur tidak terlalu pulas, ketika Carlson berbaring, dia sudah terbangun, hanya saja dia tidak mengeluarkan suara.
Tapi ketika Carlson mengulurkan tangan dan memeluknya, tubuh Ariella membeku tanpa sadar, hal yang terjadi malam ini kembali muncul di benak Ariella.
Carlson dengan begitu gila dan seenaknya menjamahnya, saat itu, membuat Ariella seakan melihat setan yang mungkin akan menelannya.
“Ariella…” Carlson ingin membicarakan apa yang terjadi malam ini, dia sangat menyesal, tapi dia merasa bahwa permintaan maaf adalah hal yang paling tidak membantu di dunia.
Siapa pun bisa mengatakan perkataan yang baik, tapi belum tentu dapat melakukannya, jadi Carlson tidak bisa mengatakannya.
Terutama ketika Carlson melihat jejak di leher, tulang selangka, dan di depan dada Ariella yang piyamanya yang sedikit terbuka, Carlson lebih tidak bisa mengucapkannya.
Kulit Ariella yang putih dan lembut, jejak-jejak yang dibuat Carlson tampak amat sangat jelas, seolah sedang memberitahunya dalam diam akan perbuatannya yang kasar.
“Ariella …” Carlson kembali memanggil namanya dengan pelan.
Ariella bergerak, menyingkirkan tangan Carlson ke samping, membuka jarak dengannya, dan berkata dengan tenang: “Sudah larut, tidurlah.”
Ariella yang tenang dan asing, membuat hati Carlson sakit, ada semacam rasa yang belum pernah dia alami sebelumnya.
Carlson tidak berbicara lagi, hanya mengawasi punggungnya dalam diam, tidak tertidur dalam waktu yang lama.
Mereka tidak menyebutkan apa pun yang terjadi pada malam itu, seakan hal itu tidak ternah terjadi sebelumnya, berpura-pura menjalani hari dengan tenang seperti biasanya.
Tapi mereka tidak tahu bahwa ada beberapa hal yang harus dikatakan dengan jujur, itu adalah cara yang terbaik untuk menghadapinya, menghindari hanya akan menjadi salah satu penyebab permasalahan di kemudian hari.
Keesokan harinya, Ariella tertidur hingga siang baru bangun.
Akhir pekan, tidak perlu pergi bekerja, dan juga tidak ada hal lain yang harus dilakukan, tidur bermalasan adalah kenikmatan terbaik.
Ariella membuka matanya dan secara alami menatap ke arah jendela, dia masih melihat seseorang dan seekor anjing.
Tapi hari ini tidak ada koran di tangan Carlson, dia berdiri di tepi jendela dan melihat keluar jendela, diam dan tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan.
Mian mian berada di samping kakinya, berguling-guling di lantai dari waktu ke waktu, mungkin karena terlalu bosan jadi berpikir menggunakan metode ini untuk menarik perhatian Carlson.
Carlson menoleh, berkata dengan pelan: “Sudah bangun.”
Suara seksi dan menyenangkan Carlson terdengar di telinga Ariella, dia mengangguk dan tidak berbicara.
Mian mian bergegas menhampirinya, Ariella memeluknya dalam pelukannya dan mengelus kepalanya: “Sayang, Ibu hari ini libur jadi bisa menemanimu.”
“Guk guk guk …” Mian mian menggongogn beberapa kali, mendusel di pelukan Ariella beberapa kali, sangat bahagia.
“Kamu mandilah, aku akan menunggumu untuk makan siang bersama.” Setelah terpaku sesaat, Carlson menambahkan, “Bagaimana kalau kita pergi jalan-jalan bersama di sore hari?”
Mereka telah menikah begitu lama, Carlson tidak pernah ada waktu tiap akhir pekan, selain terakhir kali mereka pergi ke Blue Sea Villa, biasanya mereka melewati akhir pekan di rumah.