Viet Writer
Và Mai Có Nắng
-
Bab 72
Bab 72 Menggunakan Kesempatan Sebaik Mungkin
Sejak kecil hingga besar, dia tidak pernah dimaki oleh Ayahnya seperti ini, tidak bisa menelan amarah ini, dia langsung menyalahkannya pada Ariella dan Carlson.
Jika bukan karena Carlson yang berbuat sesuatu di belakang, bagaimana mungkin Group Gerina tiba-tiba bisa bekerja sama dengan Teknologi Inovatif, dan Ivander tidak akan berbuat hal yang begitu memalukan pada saat jamuan amal Group Aces.
Ivander mengepalkan tangannya dengan erat, menganggap koran di tangannya sebagai Carlson, tidak sabar untuk mematahkan leher Carlson.
“Ivander, apa yang terjadi?” Sebenarnya Elisa sudah mendengar masalah yang terjadi di sini dengan sangat jelas, tapi dia berpura-pura tidak tahu.
Bukankah semua pria menyukai wanita bodoh.
Jadi berada di sisi Ivander, Elisa sebisa mungkin menjadikan dirinya sebagai wanita bodoh yang patuh dan mengerti situasi.
Ivander awalnya ingin mengeluarkan amarahnya, tapi ketika melihat wajah Elisa, dia seakan melihat sedikit harapan, jadi dia dengan paksa tersenyum dan bertanya: “Kapan kamu membuat janji dengan Ariella?”
“Hmm, aku sudah membuat janji. Aku akan pergi makan dengannya siang hari ini.” Elisa tersenyum lembut, seakan dia tidak peduli ada wanita lain yang dipikirakan oleh Ivander di hatinya.
“Kamu terlalu bisa diandalkan, memang merupakan bantuan terbaikku.” Ivander mengulurkan tangan dan memeluk Elisa kemudian berkata, “Ayo pergi. Kita ke sana sekarang.”
Elisa menahannya: “Ivander, ada beberapa kata antara aku dan dia, Ariella mungkin akan mendengarkan, tapi jika kamu pergi …”
Elisa sudah menyuap orang-orang di sekitar Ivander, setiap langkah Ivander selama ini berada di bawah kendalinya.
Elisa tahu dengan sangat jelas bahwa Ivander masih belum bisa mengejar Ariella, dan juga sikap Ariella sangat dingin terhadapnya seakan orang asing.
Dan dia membuat janji dengan Ariella, tujuan sebenarnya hanya dirinya sendiri yang tahu, dan bagaimana mungkin dia akan membiarkan Ivander menghancurkan urusannya ini.
Elisa tiba lebih awal di tempat yang telah disepakati sebelumnya, memesan beberapa hidangan yang disukai oleh Ariella.
Dalam proses menunggu, Elisa memikirkan banyak hal masa lalu.
Tahun itu, dia berusia 8 tahun, Ariella berusia 6 tahun, mereka ikut bersama dengan Ayah mereka pindah ke rumah baru dan bertemu dengan Ivander yang baru berusia 10 tahun.
Sang Ayah berulang kali memperingati mereka berdua, mereka harus menyenangkan tuan muda Ivander, harus mengikuti semua kemauannya, jangan sampai membuatnya tidak senang.
Elisa menyimpan kata-kata Ayahnya di dalam hatinya, setelah itu selama ada Ivander, dia akan sebaik mungkin memperlakukannya dengan berhati-hati.
Tetapi Ariella yang masih kecil tidak memikirkan begitu banyak, karena tidak mengerti, dia tidak pernah memikirkan kata-kata Ayahnya di dalam hatinya, bahkan dia menggigit Ivander hingga terluka.
Tidak ada yang menyangka, setelah menggigit Ivander hingga terluka, hubungan di antara mereka berdua malah perlahan-lahan menjadi membaik.
Ivander bahkan mengeluarkan kalimat jika ada yang berani menindas Ariella maka dia tidak akan melepaskannya, kemudian dia berlaku dengan sangat baik pada Ariella.
Saat itu, Elisa tidak mengerti mengapa Ivander harus bersikap begitu baik pada Ariella, dia berdiri di depannya, mengapa Ivander tidak pernah melihatnya?
Sang Ayah juga berniat untuk membuatnya mendekati Ivander, berharap dia dapat merebut hati Ivander, dan kemudian akan menjadi Nyonya muda di keluarga Ivander.
Namun di mata Ivander dia hanya melihat keberadaan Ariella, tidak peduli ke mana pun dia akan membawa Ariella. Tidak pernah ada posisi untuk Elisa.
Tahun demi tahun berlalu, mereka telah tumbuh dewasa.
Ayahnya demi melatihnya untuk menjadi lebih baik, tidak, bukan demi melatihnya untuk menjadi lebih baik, tapi untuk membuatnya bisa membantu Ivander di masa depan.
Karena itu, sang Ayah mengatur agar dia belajar di Amerika, mempelajari ekonomi, sehingga dia dapat mempersiapkan dirinya dengan baik ketika memasuki rumah keluarga Ivander.
Namun tepat di tahun kedua dia pergi ke Amerika, ada berita yang didengarnya dari dalam negeri, Ivander dan Ariella sudah bertunangan.
Itu adalah pria yang selalu dia dambakan, dan juga Ayahnya selalu mengatakan padanya bahwa dia akan menjadi pendamping wanita Ivander di masa depan, kenapa Ivander bertunangan dengan Ariella?
Dia sedang menunggu dirinya pulang setelah wisuda dan kembali untuk menjadi pengantin Ivander.
Tapi dia yang berada jauh dari rumah malah menerima kabar sedih seperti itu.
Saat itu, dia merasa bahwa langitnya runtuh, seolah-olah dunia kiamat, rasa sakit di hatinya lebih tinggi daripada gelombang.
Rasa sakit di hatinya tidak membaik sampai bertemu dengan pria lain yang muncul.
Dia belum pernah melihat seorang pria yang begitu berkharisma, begitu berpendidikan, dan juga sangat tampan, hanya dengan sekilas saja, dia sudah sangat tertarik dengan pria itu.
Setelah menanyakan banyak orang, dia mengetahui bahwa pria itu memiliki gelar Ph.D di bidang ekonomi Universitas Harvard bernama Abraham. Mengenai yang lainnya, dia sama sekali tidak tahu apa-apa.
Kemudian dia bertemu dengan pria itu di pidato debat sekolah, dia menciptakan kesempatan bagi dirinya sendiri untuk membuat pria itu memperhatikan keberadaannya.
Akhirnya, dia memiliki kesempatan untuk berbicara dengan pria itu, dia mengambil inisiatif untuk mengejarnya, mengirim email kepadanya, dan bahkan menjadi pacarnya.
Jika dibicarakan itu juga sangat konyol, pria itu selalu sangat sibuk, bahkan sering tidak terlihat karena terlalu sibuknya, setelah menjadi pacar pria itu, dia hanya menemuinya dua kali.
Satu kali di acara sekolah, dan satu kali lagi dia yang berinisiatif meminta untuk bertemu dengannya, tetapi secangkir kopi belum selesai diminum, pria itu ada urusan kemudian pergi.
Mereka memutuskan berpacaran sudah sekitar dua bulan, tapi pria itu bahkan tidak pernah menggandeng tangannya.
Mungkin di dalam hatinya, pria itu bahkan tidak ingat keberadaan dirinya ini.
Karena pria itu sama sekali tidak peduli padanya, kalau begitu mengapa dia ingin memutuskan untuk berpacaran dengannya saat itu?
Atau mungkin, setelah berpacaran, hanya dirinya saja yang berpikir demikian, sebenarnya pria itu sama sekali tidak memiliki pemikiran ini.
Sampai dia kembali ke Indonesia, dia sudah tidak pernah melihat pria itu lagi.
Tapi dibandingkan dengan pria yang sangat baik dalam semua aspek penampilan dan karakter, dia lebih tertarik pada kekuasaan, Ivander adalah orang yang ingin dia kejar, selalu menjadi orang yang ingin dinikahinya.
Ketika kembali ke Indonesia, karena Ariella begitu sibuk dengan pekerjaan desainnya, dia meminta Ivander untuk menjemputnya, dia mengetahuinya dari mulut Ivander.
Ariella seharian selain sibuk belajar, sibuk bekerja, masih tetap sibuk belajar dan sibuk bekerja, hanya ada sangat sedikit waktu untuk menemani Ivander, tidak perlu mengungkit perkembangan hubungan mereka lebih lanjut.
Ivander hanya mengeluh padanya, tetapi Elisa tahu bahwa kesempatannya datang, selama Ivander berpisah dengan Ariella, maka dia bisa masuk ke dalamnya.
Jadi, saat itu dia langsung memikirkan solusinya.
Di musim panas, sangat mudah terkena heatstroke, dia menggunakan alasan ini untuk berpura-pura pingsan di pelukan Ivander.
Tubuh pria dan wanita dewasa yang bersentuhan, secara alami akan memicu percikan api, hari itu mereka pergi ke hotel sebelum pulang.
Ketika Ivander menggaulinya lagi dan lagi, bibirnya meneriakkan nama Ariella, tapi Elisa tidak keberatan, yang benar-benar berbaring di bawah tubuh Ivander adalah dirinya.
Ariella sibuk belajar, sibuk bekerja, biarkan Ariella sibuk, dia sebagai kakaknya akan menggantikan adiknya untuk melakukan hal-hal yang tidak ingin adiknya lakukan.
Ada beberapa hal, begitu mencobanya satu kali, maka apa yang terjadi selanjutnya sudah tidak dapat diperbaiki lagi.
Sejak kecil hingga besar, dia tidak pernah dimaki oleh Ayahnya seperti ini, tidak bisa menelan amarah ini, dia langsung menyalahkannya pada Ariella dan Carlson.
Jika bukan karena Carlson yang berbuat sesuatu di belakang, bagaimana mungkin Group Gerina tiba-tiba bisa bekerja sama dengan Teknologi Inovatif, dan Ivander tidak akan berbuat hal yang begitu memalukan pada saat jamuan amal Group Aces.
Ivander mengepalkan tangannya dengan erat, menganggap koran di tangannya sebagai Carlson, tidak sabar untuk mematahkan leher Carlson.
“Ivander, apa yang terjadi?” Sebenarnya Elisa sudah mendengar masalah yang terjadi di sini dengan sangat jelas, tapi dia berpura-pura tidak tahu.
Bukankah semua pria menyukai wanita bodoh.
Jadi berada di sisi Ivander, Elisa sebisa mungkin menjadikan dirinya sebagai wanita bodoh yang patuh dan mengerti situasi.
Ivander awalnya ingin mengeluarkan amarahnya, tapi ketika melihat wajah Elisa, dia seakan melihat sedikit harapan, jadi dia dengan paksa tersenyum dan bertanya: “Kapan kamu membuat janji dengan Ariella?”
“Hmm, aku sudah membuat janji. Aku akan pergi makan dengannya siang hari ini.” Elisa tersenyum lembut, seakan dia tidak peduli ada wanita lain yang dipikirakan oleh Ivander di hatinya.
“Kamu terlalu bisa diandalkan, memang merupakan bantuan terbaikku.” Ivander mengulurkan tangan dan memeluk Elisa kemudian berkata, “Ayo pergi. Kita ke sana sekarang.”
Elisa menahannya: “Ivander, ada beberapa kata antara aku dan dia, Ariella mungkin akan mendengarkan, tapi jika kamu pergi …”
Elisa sudah menyuap orang-orang di sekitar Ivander, setiap langkah Ivander selama ini berada di bawah kendalinya.
Elisa tahu dengan sangat jelas bahwa Ivander masih belum bisa mengejar Ariella, dan juga sikap Ariella sangat dingin terhadapnya seakan orang asing.
Dan dia membuat janji dengan Ariella, tujuan sebenarnya hanya dirinya sendiri yang tahu, dan bagaimana mungkin dia akan membiarkan Ivander menghancurkan urusannya ini.
Elisa tiba lebih awal di tempat yang telah disepakati sebelumnya, memesan beberapa hidangan yang disukai oleh Ariella.
Dalam proses menunggu, Elisa memikirkan banyak hal masa lalu.
Tahun itu, dia berusia 8 tahun, Ariella berusia 6 tahun, mereka ikut bersama dengan Ayah mereka pindah ke rumah baru dan bertemu dengan Ivander yang baru berusia 10 tahun.
Sang Ayah berulang kali memperingati mereka berdua, mereka harus menyenangkan tuan muda Ivander, harus mengikuti semua kemauannya, jangan sampai membuatnya tidak senang.
Elisa menyimpan kata-kata Ayahnya di dalam hatinya, setelah itu selama ada Ivander, dia akan sebaik mungkin memperlakukannya dengan berhati-hati.
Tetapi Ariella yang masih kecil tidak memikirkan begitu banyak, karena tidak mengerti, dia tidak pernah memikirkan kata-kata Ayahnya di dalam hatinya, bahkan dia menggigit Ivander hingga terluka.
Tidak ada yang menyangka, setelah menggigit Ivander hingga terluka, hubungan di antara mereka berdua malah perlahan-lahan menjadi membaik.
Ivander bahkan mengeluarkan kalimat jika ada yang berani menindas Ariella maka dia tidak akan melepaskannya, kemudian dia berlaku dengan sangat baik pada Ariella.
Saat itu, Elisa tidak mengerti mengapa Ivander harus bersikap begitu baik pada Ariella, dia berdiri di depannya, mengapa Ivander tidak pernah melihatnya?
Sang Ayah juga berniat untuk membuatnya mendekati Ivander, berharap dia dapat merebut hati Ivander, dan kemudian akan menjadi Nyonya muda di keluarga Ivander.
Namun di mata Ivander dia hanya melihat keberadaan Ariella, tidak peduli ke mana pun dia akan membawa Ariella. Tidak pernah ada posisi untuk Elisa.
Tahun demi tahun berlalu, mereka telah tumbuh dewasa.
Ayahnya demi melatihnya untuk menjadi lebih baik, tidak, bukan demi melatihnya untuk menjadi lebih baik, tapi untuk membuatnya bisa membantu Ivander di masa depan.
Karena itu, sang Ayah mengatur agar dia belajar di Amerika, mempelajari ekonomi, sehingga dia dapat mempersiapkan dirinya dengan baik ketika memasuki rumah keluarga Ivander.
Namun tepat di tahun kedua dia pergi ke Amerika, ada berita yang didengarnya dari dalam negeri, Ivander dan Ariella sudah bertunangan.
Itu adalah pria yang selalu dia dambakan, dan juga Ayahnya selalu mengatakan padanya bahwa dia akan menjadi pendamping wanita Ivander di masa depan, kenapa Ivander bertunangan dengan Ariella?
Dia sedang menunggu dirinya pulang setelah wisuda dan kembali untuk menjadi pengantin Ivander.
Tapi dia yang berada jauh dari rumah malah menerima kabar sedih seperti itu.
Saat itu, dia merasa bahwa langitnya runtuh, seolah-olah dunia kiamat, rasa sakit di hatinya lebih tinggi daripada gelombang.
Rasa sakit di hatinya tidak membaik sampai bertemu dengan pria lain yang muncul.
Dia belum pernah melihat seorang pria yang begitu berkharisma, begitu berpendidikan, dan juga sangat tampan, hanya dengan sekilas saja, dia sudah sangat tertarik dengan pria itu.
Setelah menanyakan banyak orang, dia mengetahui bahwa pria itu memiliki gelar Ph.D di bidang ekonomi Universitas Harvard bernama Abraham. Mengenai yang lainnya, dia sama sekali tidak tahu apa-apa.
Kemudian dia bertemu dengan pria itu di pidato debat sekolah, dia menciptakan kesempatan bagi dirinya sendiri untuk membuat pria itu memperhatikan keberadaannya.
Akhirnya, dia memiliki kesempatan untuk berbicara dengan pria itu, dia mengambil inisiatif untuk mengejarnya, mengirim email kepadanya, dan bahkan menjadi pacarnya.
Jika dibicarakan itu juga sangat konyol, pria itu selalu sangat sibuk, bahkan sering tidak terlihat karena terlalu sibuknya, setelah menjadi pacar pria itu, dia hanya menemuinya dua kali.
Satu kali di acara sekolah, dan satu kali lagi dia yang berinisiatif meminta untuk bertemu dengannya, tetapi secangkir kopi belum selesai diminum, pria itu ada urusan kemudian pergi.
Mereka memutuskan berpacaran sudah sekitar dua bulan, tapi pria itu bahkan tidak pernah menggandeng tangannya.
Mungkin di dalam hatinya, pria itu bahkan tidak ingat keberadaan dirinya ini.
Karena pria itu sama sekali tidak peduli padanya, kalau begitu mengapa dia ingin memutuskan untuk berpacaran dengannya saat itu?
Atau mungkin, setelah berpacaran, hanya dirinya saja yang berpikir demikian, sebenarnya pria itu sama sekali tidak memiliki pemikiran ini.
Sampai dia kembali ke Indonesia, dia sudah tidak pernah melihat pria itu lagi.
Tapi dibandingkan dengan pria yang sangat baik dalam semua aspek penampilan dan karakter, dia lebih tertarik pada kekuasaan, Ivander adalah orang yang ingin dia kejar, selalu menjadi orang yang ingin dinikahinya.
Ketika kembali ke Indonesia, karena Ariella begitu sibuk dengan pekerjaan desainnya, dia meminta Ivander untuk menjemputnya, dia mengetahuinya dari mulut Ivander.
Ariella seharian selain sibuk belajar, sibuk bekerja, masih tetap sibuk belajar dan sibuk bekerja, hanya ada sangat sedikit waktu untuk menemani Ivander, tidak perlu mengungkit perkembangan hubungan mereka lebih lanjut.
Ivander hanya mengeluh padanya, tetapi Elisa tahu bahwa kesempatannya datang, selama Ivander berpisah dengan Ariella, maka dia bisa masuk ke dalamnya.
Jadi, saat itu dia langsung memikirkan solusinya.
Di musim panas, sangat mudah terkena heatstroke, dia menggunakan alasan ini untuk berpura-pura pingsan di pelukan Ivander.
Tubuh pria dan wanita dewasa yang bersentuhan, secara alami akan memicu percikan api, hari itu mereka pergi ke hotel sebelum pulang.
Ketika Ivander menggaulinya lagi dan lagi, bibirnya meneriakkan nama Ariella, tapi Elisa tidak keberatan, yang benar-benar berbaring di bawah tubuh Ivander adalah dirinya.
Ariella sibuk belajar, sibuk bekerja, biarkan Ariella sibuk, dia sebagai kakaknya akan menggantikan adiknya untuk melakukan hal-hal yang tidak ingin adiknya lakukan.
Ada beberapa hal, begitu mencobanya satu kali, maka apa yang terjadi selanjutnya sudah tidak dapat diperbaiki lagi.