Viet Writer
Và Mai Có Nắng
-
Bab 73
Bab 73 Lima Juta Dolar Membelimu
Ariella berjalan ke dalam restoran, melihat Elisa duduk melamun dari kejauhan.
Tidak melihatnya selama 3 tahun, penampilan Elisa masih sama seperti yang ada dalam ingatannya, lembut dan lemah, seolah-olah akan terbang jika tertiup angin.
Ariella berjalan menghampirinya, masih ada beberapa langkah lagi, Elisa mendongak ke arahnya, tersenyum: “Ariella, kamu sudah datang.”
“Hmm.” Ariella terdengar acuh menjawabnya, ternyata dirinya bisa begitu tenang ketika menemui Elisa, seolah orang ini bukan pelaku dari kejadian 3 tahun lalu.
Elisa berkata: “Aku sudah memesan sup sirip hiu kepiting favoritmu, tumis mentimun, dan juga…”
“Aku sudah makan siang. Bukankah kamu ingin memberitahuku mengenai masalah Ibu, langsung katakan saja.” Ariella menyelanya tanpa berperasaan, menatap pandangan mata Elisa yang kecewa, dia sama seali tidak menyesal.
Waktu itu, Elisa menggunakan pandangan mata yang seperti ini berlutut di lantai mengaku salah padanya, tapi kemudian?
Masalahnya sudah berlalu, Ariella tidak ingin mengingatnya lagi, tapi dia tidak bisa melupakan hal-hal buruk yang telah dilakukan Elisa padanya.
“Kali ini Ayah memintaku datang mencarimu.” Ariella tidak mau mendengarkan omong kosong, jadi Elisa juga tidak mau banyak omong kosong.
“Haha …” Ariella tertawa dengan dingin.
Ayah?
Dia sudah hampir lupa bahwa dia masih memiliki Ayah.
Elisa berkata: “Ayah harap kamu bisa kembali denganku, dan berhenti berkeliaran di luar sendirian.”
“Apa masih ada lagi?” Tanya Ariella dengan acuh tak acuh.
Dia sudah meninggalkan kota itu selama 3 tahun, tidak ada yang menanyakan tentang dirinya. Sekarang Ivander datang, dan orang yang menyebut dirinya Ayah itu ingin dia pulang, ketika Ariella memikirkannya, dia sudah tahu apa yang sedang terjadi.
“Ariella …” Elisa mengatupkan bibirnya, air mata penuh kelihan dengan segera menumpuk di matanya, “Anakku keguguran, aku sudah tidak bisa melahirkan anak lagi, aku tidak bisa melahirkan keturunan untuk Ivander …”
“Jadi dia menyuruhku untuk pulang? Ingin aku melahirkan keturunan untuk keluarga Ivander?” Ariella mengatakan perkataan ini dengan sangat tenang.
Ariella tampak tenang, tapi hatinya masih sakit, bahkan jika dia tidak mau mengakuinya, tapi orang itu tetap masih merupakan Ayahnya.
Ariella benar-benar ingin Ayahnya bisa mencintai Istri dan putrinya seperti ayah lain di luar sana, satu keluarga hidup bahagia, tidak berjuang untuk ketenaran, bukannya seperti sekarang yang mengabaikan istrinya dan menggunakan putrinya sebagai alat.
Ariella menebak, Elisa bisa memiliki hubungan dengan Ivander, dan bahkan juga memiliki anak, seharusnya Ayahnya tahu mengenai hal ini.
Bagaimanapun mereka adalah putrinya, siapa pun yang menikah dengan Ivander tidak masalah, selama mereka dapat memiliki hubungan dengan keluarga Ivander.
Meskipun dia dan Ivander memiliki janji pernikahan, tetapi karena waktu itu Ariella masih muda, dan juga karena Ariella sangat sibuk, hubungan keduanya tidak memiliki kemajuan yang berarti.
Sang ayah juga mengisyaratkan padanya, agar dia melakukan apa yang harus dilakukan oleh suami dan istri terlebih dahulu dengan Ivander agar dapat mempertahankan hati pria itu.
Ariella memiliki pemikiran sendiri, dan juga dia berpikir jika hubungan antara dua orang harus dijaga dengan hubungan fisik, seberapa jauh perasaan itu bisa dipertahankan, jadi dia selalu melawan hingga Ayahnya tidak bisa berkata-kata.
Elisa kembali ke Indonesia tidak lama kemudian sudah mengandung anak Ivander, ini bagi Ayahnya seharusnya menjadi kabar yang sangat baik.
Begitu Elisa melahirkan keturunan Ivander, maka akan menstabilkan hubungan antara Elisa dan Ivander, jadi orang lain tidka akan meremehkan keluarganya lagi.
Jadi pada akhirnya, mereka mengatakan pada Ariella ingin membatalkan janji pernikahannya dengan Ivander, membiarkan Elisa menikah dengan Ivander, Ayahnya mengatakan kalimat ini – Siapa suruh dirimu begitu tidak berguna, sebagai seorang wanita bahkan tidak bisa melahirkan anak.
Sekarang anak Elisa keguguran, dan juga dia tidak dapat melahirkan lagi, jadi Ayah mereka memindahkan ide ini ke Ariella.
Memikirkannya saja sudah membuatnya sangat jijik.
Ariella kembali berkata: “Tolong kembali dan katakan padanya, agar dia tidak usah memiliki pemikiran itu pada diriku. Aku sudah lama tidak memiliki Ayah.”
Elisa berkata dengan lembut: “Ariella, aku tahu bahwa kamu adalah seorang gadis mandiri yang kuat, kamu tidak akan mendengarkan semua pengaturan Ayah.”
Elisa sangat paham akan kepribadian Ariella, temperamen Ariella sangat kuat, sama sekali tidak akan bisa menerimanya.
Ariella bahkan bisa mengucapkan bahwa dia sudah tidak memiliki Ayah, apalagi Ivander yang sudah mengkhianati perasaannya.
Elisa berani melakukan hal seperti itu waktu itu juga karena dia paham akan temperamen Ariella, sekali Ariella tahu bahwa Ivander mengkhianati perasaannya maka dia tidak akan pernah memaafkan Ivander.
Karena terlalu mengerti temperamen Ariella yang tegas, jadi Elisa sudah tahu bahwa Ariella tidak akan mematuhi pengaturan Ayahnya, tidak akan ikut pulang dengannya, maka dari itu Elisa datang ke Kota Pasirbumi untuk membujuknya.
Mengatakan dia datang ke Kota Pasirbumi untuk membujuk Ariella pulang, lebih baik dikatakan bahwa dia datang untuk mengkonfirmasi pemikiran Ariella.
Sebagai tunangan Ivander, dia tidak bisa melahirkan, dia bisa membiarkan wanita mana pun melahirkan anak untuk Ivander, tetapi wanita itu tidak boleh Ariella.
Jika Ariella pulang bersamamnya, kembali ke sisi Ivander, maka di mata Ivander tidak akan ada lagi posisi Elisa.
Ayahnya selalu melakukan sesuatu berdasarkan pada kemauan keluarga Ivander, jika Ivander berbaikan dengan Ariella, Ayahnya otomatis hanya akan melihat Ariella, sudah tidak ada lagi tempat bagi Elisa di keluarga itu.
Hal-hal yang dialami Ariella 3 tahun lalu, mungkin akan menjadi penggambaran tentang masa depan Elisa, bagaimana mungkin dia akan membiarkannya Ariella pulang?
Ariella tahu bahwa Elisa pasti masih memiliki sesuatu untuk dikatakan, dia juga tidak bertanya, jika Elisa ingin mengatakannya maka dia akan mendengarkan, jika tidak ingin mengatakan Ariella juga tidak tertarik untuk mengetahuinya.
Hanya melihat Elisa mengambil tas yang diletakkan di atas kursi, sengaja memperlihatkan logo tas itu pada Ariella, merek mewah, tas kecil saja sudah bernilai puluhan juta.
Melihat tas yang dipakai oleh Ariella, merek yang tidak begitu dikenal di dalam negeri, dapat dibeli dengan harga ratusan ribu, sangat pasaran.
Elisa memamerkannya diam-diam untuk beberapa saat, mengeluarkan sebuah kartu bank dari dalam tas dan meletakkannya di atas meja, mendorongnya ke Ariella.
Dia tersenyum dan berkata: “Ariella, ada uang sebanyak 1 M di dalam. Uang itu cukup bagi satu orang untuk menemukan kota kecil, membeli rumah, dan jika memakainya dengan irit, maka kamu bisa hidup seumur hidup tanpa harus bekerja.”
Ternyata tujuan sebenarnya Elisa mencarinya adalah ingin agar dirinya meninggalkan Kota Pasirbumi dengan memberi Ariella uang.
Ariella merasa sangat lucu, tersenyum dengan lembut dan berkata: “Elisa, apa dengan uang 1 M saja sudah dapat mengusirku?”
Elisa tertegun, mengerjapkan matanya, berpura-pura polos dan tak berdaya menatap ke arah Ariella.
Ariella kemudian berkata: “Jika aku pulang dan melahirkan seorang anak untuk Ivander, maka bagaimana mungkin Ivander akan memperlakukanku dengan buruk. Mungkin saja orangtua Ivander akan dengan senang hati memberikan saham pada cucunya, saat itu, aku sebagai Ibunya tentu saja akan menjadi kaya, apa aku masih memerlukan uangmu yang tidak seberapa ini?”
Jika ingin bersikap menjijikkan, tentu saja Ariella juga bisa melakukan hal semacam ini, ketika dia bersikap seperti ini juga tidak lebih buruk dari Elisa.
“Ariella, bagaimana bisa…” Ekspresi senyum di wajah Elisa sudah tidak bisa dipertahankan lagi, menggigit bibirnya, kembali merupakan raut wajah menyedihkan yang hampir menangis.
Ariella berjalan ke dalam restoran, melihat Elisa duduk melamun dari kejauhan.
Tidak melihatnya selama 3 tahun, penampilan Elisa masih sama seperti yang ada dalam ingatannya, lembut dan lemah, seolah-olah akan terbang jika tertiup angin.
Ariella berjalan menghampirinya, masih ada beberapa langkah lagi, Elisa mendongak ke arahnya, tersenyum: “Ariella, kamu sudah datang.”
“Hmm.” Ariella terdengar acuh menjawabnya, ternyata dirinya bisa begitu tenang ketika menemui Elisa, seolah orang ini bukan pelaku dari kejadian 3 tahun lalu.
Elisa berkata: “Aku sudah memesan sup sirip hiu kepiting favoritmu, tumis mentimun, dan juga…”
“Aku sudah makan siang. Bukankah kamu ingin memberitahuku mengenai masalah Ibu, langsung katakan saja.” Ariella menyelanya tanpa berperasaan, menatap pandangan mata Elisa yang kecewa, dia sama seali tidak menyesal.
Waktu itu, Elisa menggunakan pandangan mata yang seperti ini berlutut di lantai mengaku salah padanya, tapi kemudian?
Masalahnya sudah berlalu, Ariella tidak ingin mengingatnya lagi, tapi dia tidak bisa melupakan hal-hal buruk yang telah dilakukan Elisa padanya.
“Kali ini Ayah memintaku datang mencarimu.” Ariella tidak mau mendengarkan omong kosong, jadi Elisa juga tidak mau banyak omong kosong.
“Haha …” Ariella tertawa dengan dingin.
Ayah?
Dia sudah hampir lupa bahwa dia masih memiliki Ayah.
Elisa berkata: “Ayah harap kamu bisa kembali denganku, dan berhenti berkeliaran di luar sendirian.”
“Apa masih ada lagi?” Tanya Ariella dengan acuh tak acuh.
Dia sudah meninggalkan kota itu selama 3 tahun, tidak ada yang menanyakan tentang dirinya. Sekarang Ivander datang, dan orang yang menyebut dirinya Ayah itu ingin dia pulang, ketika Ariella memikirkannya, dia sudah tahu apa yang sedang terjadi.
“Ariella …” Elisa mengatupkan bibirnya, air mata penuh kelihan dengan segera menumpuk di matanya, “Anakku keguguran, aku sudah tidak bisa melahirkan anak lagi, aku tidak bisa melahirkan keturunan untuk Ivander …”
“Jadi dia menyuruhku untuk pulang? Ingin aku melahirkan keturunan untuk keluarga Ivander?” Ariella mengatakan perkataan ini dengan sangat tenang.
Ariella tampak tenang, tapi hatinya masih sakit, bahkan jika dia tidak mau mengakuinya, tapi orang itu tetap masih merupakan Ayahnya.
Ariella benar-benar ingin Ayahnya bisa mencintai Istri dan putrinya seperti ayah lain di luar sana, satu keluarga hidup bahagia, tidak berjuang untuk ketenaran, bukannya seperti sekarang yang mengabaikan istrinya dan menggunakan putrinya sebagai alat.
Ariella menebak, Elisa bisa memiliki hubungan dengan Ivander, dan bahkan juga memiliki anak, seharusnya Ayahnya tahu mengenai hal ini.
Bagaimanapun mereka adalah putrinya, siapa pun yang menikah dengan Ivander tidak masalah, selama mereka dapat memiliki hubungan dengan keluarga Ivander.
Meskipun dia dan Ivander memiliki janji pernikahan, tetapi karena waktu itu Ariella masih muda, dan juga karena Ariella sangat sibuk, hubungan keduanya tidak memiliki kemajuan yang berarti.
Sang ayah juga mengisyaratkan padanya, agar dia melakukan apa yang harus dilakukan oleh suami dan istri terlebih dahulu dengan Ivander agar dapat mempertahankan hati pria itu.
Ariella memiliki pemikiran sendiri, dan juga dia berpikir jika hubungan antara dua orang harus dijaga dengan hubungan fisik, seberapa jauh perasaan itu bisa dipertahankan, jadi dia selalu melawan hingga Ayahnya tidak bisa berkata-kata.
Elisa kembali ke Indonesia tidak lama kemudian sudah mengandung anak Ivander, ini bagi Ayahnya seharusnya menjadi kabar yang sangat baik.
Begitu Elisa melahirkan keturunan Ivander, maka akan menstabilkan hubungan antara Elisa dan Ivander, jadi orang lain tidka akan meremehkan keluarganya lagi.
Jadi pada akhirnya, mereka mengatakan pada Ariella ingin membatalkan janji pernikahannya dengan Ivander, membiarkan Elisa menikah dengan Ivander, Ayahnya mengatakan kalimat ini – Siapa suruh dirimu begitu tidak berguna, sebagai seorang wanita bahkan tidak bisa melahirkan anak.
Sekarang anak Elisa keguguran, dan juga dia tidak dapat melahirkan lagi, jadi Ayah mereka memindahkan ide ini ke Ariella.
Memikirkannya saja sudah membuatnya sangat jijik.
Ariella kembali berkata: “Tolong kembali dan katakan padanya, agar dia tidak usah memiliki pemikiran itu pada diriku. Aku sudah lama tidak memiliki Ayah.”
Elisa berkata dengan lembut: “Ariella, aku tahu bahwa kamu adalah seorang gadis mandiri yang kuat, kamu tidak akan mendengarkan semua pengaturan Ayah.”
Elisa sangat paham akan kepribadian Ariella, temperamen Ariella sangat kuat, sama sekali tidak akan bisa menerimanya.
Ariella bahkan bisa mengucapkan bahwa dia sudah tidak memiliki Ayah, apalagi Ivander yang sudah mengkhianati perasaannya.
Elisa berani melakukan hal seperti itu waktu itu juga karena dia paham akan temperamen Ariella, sekali Ariella tahu bahwa Ivander mengkhianati perasaannya maka dia tidak akan pernah memaafkan Ivander.
Karena terlalu mengerti temperamen Ariella yang tegas, jadi Elisa sudah tahu bahwa Ariella tidak akan mematuhi pengaturan Ayahnya, tidak akan ikut pulang dengannya, maka dari itu Elisa datang ke Kota Pasirbumi untuk membujuknya.
Mengatakan dia datang ke Kota Pasirbumi untuk membujuk Ariella pulang, lebih baik dikatakan bahwa dia datang untuk mengkonfirmasi pemikiran Ariella.
Sebagai tunangan Ivander, dia tidak bisa melahirkan, dia bisa membiarkan wanita mana pun melahirkan anak untuk Ivander, tetapi wanita itu tidak boleh Ariella.
Jika Ariella pulang bersamamnya, kembali ke sisi Ivander, maka di mata Ivander tidak akan ada lagi posisi Elisa.
Ayahnya selalu melakukan sesuatu berdasarkan pada kemauan keluarga Ivander, jika Ivander berbaikan dengan Ariella, Ayahnya otomatis hanya akan melihat Ariella, sudah tidak ada lagi tempat bagi Elisa di keluarga itu.
Hal-hal yang dialami Ariella 3 tahun lalu, mungkin akan menjadi penggambaran tentang masa depan Elisa, bagaimana mungkin dia akan membiarkannya Ariella pulang?
Ariella tahu bahwa Elisa pasti masih memiliki sesuatu untuk dikatakan, dia juga tidak bertanya, jika Elisa ingin mengatakannya maka dia akan mendengarkan, jika tidak ingin mengatakan Ariella juga tidak tertarik untuk mengetahuinya.
Hanya melihat Elisa mengambil tas yang diletakkan di atas kursi, sengaja memperlihatkan logo tas itu pada Ariella, merek mewah, tas kecil saja sudah bernilai puluhan juta.
Melihat tas yang dipakai oleh Ariella, merek yang tidak begitu dikenal di dalam negeri, dapat dibeli dengan harga ratusan ribu, sangat pasaran.
Elisa memamerkannya diam-diam untuk beberapa saat, mengeluarkan sebuah kartu bank dari dalam tas dan meletakkannya di atas meja, mendorongnya ke Ariella.
Dia tersenyum dan berkata: “Ariella, ada uang sebanyak 1 M di dalam. Uang itu cukup bagi satu orang untuk menemukan kota kecil, membeli rumah, dan jika memakainya dengan irit, maka kamu bisa hidup seumur hidup tanpa harus bekerja.”
Ternyata tujuan sebenarnya Elisa mencarinya adalah ingin agar dirinya meninggalkan Kota Pasirbumi dengan memberi Ariella uang.
Ariella merasa sangat lucu, tersenyum dengan lembut dan berkata: “Elisa, apa dengan uang 1 M saja sudah dapat mengusirku?”
Elisa tertegun, mengerjapkan matanya, berpura-pura polos dan tak berdaya menatap ke arah Ariella.
Ariella kemudian berkata: “Jika aku pulang dan melahirkan seorang anak untuk Ivander, maka bagaimana mungkin Ivander akan memperlakukanku dengan buruk. Mungkin saja orangtua Ivander akan dengan senang hati memberikan saham pada cucunya, saat itu, aku sebagai Ibunya tentu saja akan menjadi kaya, apa aku masih memerlukan uangmu yang tidak seberapa ini?”
Jika ingin bersikap menjijikkan, tentu saja Ariella juga bisa melakukan hal semacam ini, ketika dia bersikap seperti ini juga tidak lebih buruk dari Elisa.
“Ariella, bagaimana bisa…” Ekspresi senyum di wajah Elisa sudah tidak bisa dipertahankan lagi, menggigit bibirnya, kembali merupakan raut wajah menyedihkan yang hampir menangis.