Viet Writer
Và Mai Có Nắng
-
Bab 81
Bab 81 Bertemu Idola
Sebelum pulang ke rumah, Carlson menemani Ariella pergi ke supermarket, membeli bahan masakan daging dan sayuran untuk dimakan pada siang hari.
Ada toko di depan pintu masuk supermarket yang menjual Kastanye panggang, Ariella suka memakannya, setiap kali datang dia akan membelinya.
Penjual kastanye adalah bibi paruh baya yang sangat ramah, memiliki suara yang sangat besar, Ariella sering datang, jadi dia sudah mengenali Ariella.
Ketika bibi itu membungkus kastanye untuk Ariella, dia bertanya: “Gadis kecil, pria di belakangmu itu pacarmu atau suamimu?”
Wanita selalu menyukai gosip, terutama ketika melihat sepasang pria tampan dan wanita cantik maka mereka akan menaruh perhatian lebih, mereka juga tidak bisa menahan untuk tidak bergosip.
Ketika mendengar pertanyaan ini, Ariella tanpa sadar menoleh dan menatap sekilas pada Carlson.
Ketika Ariella membeli sesuatu, Carlson akan menunggunya di samping, membawa semua barang belanjaan, tidak ada jejak ketidaksabaran sama sekali.
Ariella kembali berbalik, memandangi bibi itu dan tersenyum: “Dia adalah suamiku.”
Ketika mengatakan ini, Ariella tiba-tiba merasa bahwa dia seakan memiliki seluruh dunia.
Dia memang ingin seperti ini memberitahu orang lain dengan bangga — dia adalah suamiku.
Bibi itu kembali bertanya: “Gadis kecil, ada banyak pria yang bersedia menemanimu untuk berbelanja, tapi sangat sedikit pria yang akan menemanimu setiap kali. Jika kamu sudah menemukannya maka jaga baik-baik, jangan sampai orang lain merebutnya, jika tidak kamu yang akan memangis kencang. ”
“Hmm, aku tahu.” Ariella mengangguk keras, “Terima kasih, bibi.”
Ya, pria yang begitu baik ini, bagaimana boleh direbut oleh orang lain?
Bibi itu berbicara seperti orangtua yang sedang berkata pada anaknya sendiri, jadi itu membuat Ariella memikirkan Ibunya.
Sebenarnya Ibunya juga sangat mencintainya, ketika dia menyetujui untuk bertunangan dengan Ivander, Ibunya juga mengatakan kalimat seperti itu.
Ibunya menyeka air matanya dan berkata: “Ariella, sebenarnya Ibu tidak ingin kamu menikah dengan orang kaya, Ibu hanya berharap orang itu bisa bersikap baik padamu, bisa menyayangimu dan melindungimu, itu sudah cukup. Tapi Ibu tidak bisa memutuskannya untukmu … ”
Terkadang, Ariella sangat ingin menelepon Ibunya, mengatakan kepadanya bahwa putrinya ini telah menemukan orang untuk menjalani hidup bersama seumur hidup.
Tapi dia masih tidak memiliki keberanian …
Mungkin bukannya dia tidak memiliki keberanian, tapi dia takut jika dia menelepon Ibunya, maka tidak tahu tindakan apa yang akan diterima oleh Ibunya.
“Kamu lihat betapa baiknya suami orang lain, sering menemani istrinya untuk membeli belanjan.”
Setelah Ariella dan Carlson keluar, suara Bibi penjual kastanye itu terdengar dari jauh dan masuk ke telinga mereka.
Ariella mendongak menatap Carlson dan tersenyum: “Ada orang yang sedang memujimu.”
Carlson membawa tas belanjaan dengan satu tangan, tangan yang kosong menggandeng Ariella: “Hmm.”
Ariella memutar bola mata, perlukah bersikap sedingin itu? Cuaca di musim dingin sudah cukup dingin, jika Carlson juga berubah menjadi es besar, apa dia mencoba ingin membekukannya?
Ketika Ariella merasa sangat tidak puas pada Carlson di dalam hatinya, Ariella mendengarnya berkata: “Karena kamu juga sangat baik.”
Mendengar perkataannya, sudut bibir Ariella terangkat, aslinya terangkat dan tersenyum bahagia.
Karena mereka semua baik, jadi dalam ribuan orang, ketika mereka sebelum ada rasa cinta, mereka sudah memilih satu sama lain.
Ariella menatap punggung tegak Carlson, dengan hati-hati mengulurkan tangan merangkul lengannya, sekali lagi berkata pada dirinya sendiri, mencoba untuk bergerak maju, mungkin akan melihat langit yang berbeda.
“Tuan Carlson, Nyonya Carlson, apa kabar?”
Kemudian suara yang sangat manis terdengar, Julie yang seperti boneka itu berlari-lari dan tersenyum serta menyapa mereka.
“Mana atasanmu?” Carlson tahu jika Julie muncul di sini, maka Ivan pasti ada di dekatnya.
Julie menoleh ke belakang dan menunjuk ke mobil yang berada tidak jauh, berkata dalam bahasa Indonesia yang buruk: “Dia suruh aku, Butterfly love.”
Mobil berhenti di tempat yang tidak jauh dari mereka, jendelanya terbuka.
Ariella melihat ke sana, bisa melihat dengan jelas pria berambut hitam bermata coklat yang duduk di dalam mobil, rambutnya berantakan, seolah-olah dia dirapikan selama beberapa hari. Siluetnya memiliki pesona unik Italia, rongga mata yang dalam, hidung yang mancung.
Tampaknya sadar akan penilaian Ariella, pria itu menoleh, bertatapan dengan pandangan Ariella, kemudian membangkitkan senyum yang tidak dapat dipahami.
Ariella merasa agak tidak nyaman ditatap seperti itu, bergegas menarik kembali tatapannya dan menatap Julie: Harusnya aku yang mengantarkan gaun itu ke sana, dan malah membiarkanmu datang dan mengambilnya, benar-benar merepotkanmu.”
“Tidak masalah.” Julie sangat jarang keluar dari villa, sekarang setelah punya kesempatan untuk keluar, dia sangat senang, mana mungkin merasa repot.
Ivan tidak turun dari mobil, Carlson juga tidak menghampiri untuk menyapanya, keduanya seharusnya teman baik, tapi tidak ada yang saling mempedulikan.
Ariella tidak tahan untuk tidak menoleh kembali melihat sekilas pada Ivan — desainer Italia terkenal, yang merupakan idolanya.
Hanya saja, Ivan ini berbeda dengan yang Ariella bayangkan, foto Ivan di Internet sangat tampan dan ceria, dan Ivan yang dia lihat ini memberikan perasaan yang tidak bisa dijelaskan.
Waktu itu, mimpi terbesar Ariella pergi ke Italia untuk belajar dengan Ivan.
Demi membiarkan dirinya pergi ke luar negeri untuk belajar dari idolanya, Ibunya menjual gelang zamrud yang diturunkan turun temurun padanya dengan sejumlah uang.
Sang Ibu berkata: “Ariella, selama kamu suka, semua yang Ibu lakukan itu layak.”
Tapi uang sang Ibu ditahan oleh Ayahnya, Ayahnya memilihkan jurusan untuknya, tapi Ariella tidak mau, dia bersikeras ingin menjadi perancang gaun pernikahan.
Akhirnya uang hasil menjual gelang sang Ibu itu dipakai Ayahnya untuk Elisa pergi belajar ke Amerika, membuat kesempatan Ariella pergi belajar ke luar negeri hilang sepenuhnya.
Saat ini, idolanya itu berada di depan matanya, ada di kejauhan, seolah mengulurkan tangan sudah bisa mendapatkannya, perasaan ini benar-benar sangat mengasyikkan dan juga rumit.
Dia benar-benar ingin berlari ke sana dan bertanya pada Ivan, bertanya apakah dia masih menerima murid atau tidak, selama dia menerima Ariella, dia bisa bekerja membantunya tanpa harus menerima bayaran.
Ariella benar-benar ingin melakukan hal ini di dalam hatinya, , tapi dia menekan dorongan itu.
Sekarang, dia sudah tidak sendirian, jadi sebelum memutuskan apa yang akan dia lakukan, dia juga harus mempertimbangkan perasaan Carlson, tidak dapat membuat keputusan secara egois.
Pulang untuk mengambil gaun itu, Ariella kemudian membawanya untuk Julie yang berada di lantai bawah.
Karena ada yang terjadi malam itu, gaun itu telah dijahit ulang oleh Ariella, jadi dia merasa bahwa dia harus meminta maaf kepada desainer aslinya.
Ariella baru tiba di samping mobil, pria di dalam mobil itu berbicara: “Nyonya Carlson, pria-mu itu sama sekali tidak lucu. Aku duduk di sini, tapi dia tidak menganggapku sama sekali?”
Ariella tidak berpikir bahwa orang berdarah campuran ini bisa berbicara bahasa Indonesia dengan begitu lancar, setelah terkejut kemudian berkata, “Carlson memang seperti itu, biasanya tidak suka berbicara, jadi tolong jangan perhitungan padanya.”
“Perhitungan padanya? Aku terlalu malas untuk perhitangan padanya.” Ivan tersenyum dan berkata, “Melihat karena Nyonya Carlson yang begitu cantik, anggap saja aku meminjamkan gaun ini sehari padanya, aku tidak akan meminta uang sewa.”
Ariella tersenyum: “Terima kasih!”
Ivan kembali berbicara: “Memang Nyonya Carlson yang lebih sopan, lihatlah suamimu itu, kamu sudah begitu akrab, tapi dia masih memasang wajah seperti itu, untuk siapa dia memperlihatkan wajah dingin seperti itu?”
Sebelum pulang ke rumah, Carlson menemani Ariella pergi ke supermarket, membeli bahan masakan daging dan sayuran untuk dimakan pada siang hari.
Ada toko di depan pintu masuk supermarket yang menjual Kastanye panggang, Ariella suka memakannya, setiap kali datang dia akan membelinya.
Penjual kastanye adalah bibi paruh baya yang sangat ramah, memiliki suara yang sangat besar, Ariella sering datang, jadi dia sudah mengenali Ariella.
Ketika bibi itu membungkus kastanye untuk Ariella, dia bertanya: “Gadis kecil, pria di belakangmu itu pacarmu atau suamimu?”
Wanita selalu menyukai gosip, terutama ketika melihat sepasang pria tampan dan wanita cantik maka mereka akan menaruh perhatian lebih, mereka juga tidak bisa menahan untuk tidak bergosip.
Ketika mendengar pertanyaan ini, Ariella tanpa sadar menoleh dan menatap sekilas pada Carlson.
Ketika Ariella membeli sesuatu, Carlson akan menunggunya di samping, membawa semua barang belanjaan, tidak ada jejak ketidaksabaran sama sekali.
Ariella kembali berbalik, memandangi bibi itu dan tersenyum: “Dia adalah suamiku.”
Ketika mengatakan ini, Ariella tiba-tiba merasa bahwa dia seakan memiliki seluruh dunia.
Dia memang ingin seperti ini memberitahu orang lain dengan bangga — dia adalah suamiku.
Bibi itu kembali bertanya: “Gadis kecil, ada banyak pria yang bersedia menemanimu untuk berbelanja, tapi sangat sedikit pria yang akan menemanimu setiap kali. Jika kamu sudah menemukannya maka jaga baik-baik, jangan sampai orang lain merebutnya, jika tidak kamu yang akan memangis kencang. ”
“Hmm, aku tahu.” Ariella mengangguk keras, “Terima kasih, bibi.”
Ya, pria yang begitu baik ini, bagaimana boleh direbut oleh orang lain?
Bibi itu berbicara seperti orangtua yang sedang berkata pada anaknya sendiri, jadi itu membuat Ariella memikirkan Ibunya.
Sebenarnya Ibunya juga sangat mencintainya, ketika dia menyetujui untuk bertunangan dengan Ivander, Ibunya juga mengatakan kalimat seperti itu.
Ibunya menyeka air matanya dan berkata: “Ariella, sebenarnya Ibu tidak ingin kamu menikah dengan orang kaya, Ibu hanya berharap orang itu bisa bersikap baik padamu, bisa menyayangimu dan melindungimu, itu sudah cukup. Tapi Ibu tidak bisa memutuskannya untukmu … ”
Terkadang, Ariella sangat ingin menelepon Ibunya, mengatakan kepadanya bahwa putrinya ini telah menemukan orang untuk menjalani hidup bersama seumur hidup.
Tapi dia masih tidak memiliki keberanian …
Mungkin bukannya dia tidak memiliki keberanian, tapi dia takut jika dia menelepon Ibunya, maka tidak tahu tindakan apa yang akan diterima oleh Ibunya.
“Kamu lihat betapa baiknya suami orang lain, sering menemani istrinya untuk membeli belanjan.”
Setelah Ariella dan Carlson keluar, suara Bibi penjual kastanye itu terdengar dari jauh dan masuk ke telinga mereka.
Ariella mendongak menatap Carlson dan tersenyum: “Ada orang yang sedang memujimu.”
Carlson membawa tas belanjaan dengan satu tangan, tangan yang kosong menggandeng Ariella: “Hmm.”
Ariella memutar bola mata, perlukah bersikap sedingin itu? Cuaca di musim dingin sudah cukup dingin, jika Carlson juga berubah menjadi es besar, apa dia mencoba ingin membekukannya?
Ketika Ariella merasa sangat tidak puas pada Carlson di dalam hatinya, Ariella mendengarnya berkata: “Karena kamu juga sangat baik.”
Mendengar perkataannya, sudut bibir Ariella terangkat, aslinya terangkat dan tersenyum bahagia.
Karena mereka semua baik, jadi dalam ribuan orang, ketika mereka sebelum ada rasa cinta, mereka sudah memilih satu sama lain.
Ariella menatap punggung tegak Carlson, dengan hati-hati mengulurkan tangan merangkul lengannya, sekali lagi berkata pada dirinya sendiri, mencoba untuk bergerak maju, mungkin akan melihat langit yang berbeda.
“Tuan Carlson, Nyonya Carlson, apa kabar?”
Kemudian suara yang sangat manis terdengar, Julie yang seperti boneka itu berlari-lari dan tersenyum serta menyapa mereka.
“Mana atasanmu?” Carlson tahu jika Julie muncul di sini, maka Ivan pasti ada di dekatnya.
Julie menoleh ke belakang dan menunjuk ke mobil yang berada tidak jauh, berkata dalam bahasa Indonesia yang buruk: “Dia suruh aku, Butterfly love.”
Mobil berhenti di tempat yang tidak jauh dari mereka, jendelanya terbuka.
Ariella melihat ke sana, bisa melihat dengan jelas pria berambut hitam bermata coklat yang duduk di dalam mobil, rambutnya berantakan, seolah-olah dia dirapikan selama beberapa hari. Siluetnya memiliki pesona unik Italia, rongga mata yang dalam, hidung yang mancung.
Tampaknya sadar akan penilaian Ariella, pria itu menoleh, bertatapan dengan pandangan Ariella, kemudian membangkitkan senyum yang tidak dapat dipahami.
Ariella merasa agak tidak nyaman ditatap seperti itu, bergegas menarik kembali tatapannya dan menatap Julie: Harusnya aku yang mengantarkan gaun itu ke sana, dan malah membiarkanmu datang dan mengambilnya, benar-benar merepotkanmu.”
“Tidak masalah.” Julie sangat jarang keluar dari villa, sekarang setelah punya kesempatan untuk keluar, dia sangat senang, mana mungkin merasa repot.
Ivan tidak turun dari mobil, Carlson juga tidak menghampiri untuk menyapanya, keduanya seharusnya teman baik, tapi tidak ada yang saling mempedulikan.
Ariella tidak tahan untuk tidak menoleh kembali melihat sekilas pada Ivan — desainer Italia terkenal, yang merupakan idolanya.
Hanya saja, Ivan ini berbeda dengan yang Ariella bayangkan, foto Ivan di Internet sangat tampan dan ceria, dan Ivan yang dia lihat ini memberikan perasaan yang tidak bisa dijelaskan.
Waktu itu, mimpi terbesar Ariella pergi ke Italia untuk belajar dengan Ivan.
Demi membiarkan dirinya pergi ke luar negeri untuk belajar dari idolanya, Ibunya menjual gelang zamrud yang diturunkan turun temurun padanya dengan sejumlah uang.
Sang Ibu berkata: “Ariella, selama kamu suka, semua yang Ibu lakukan itu layak.”
Tapi uang sang Ibu ditahan oleh Ayahnya, Ayahnya memilihkan jurusan untuknya, tapi Ariella tidak mau, dia bersikeras ingin menjadi perancang gaun pernikahan.
Akhirnya uang hasil menjual gelang sang Ibu itu dipakai Ayahnya untuk Elisa pergi belajar ke Amerika, membuat kesempatan Ariella pergi belajar ke luar negeri hilang sepenuhnya.
Saat ini, idolanya itu berada di depan matanya, ada di kejauhan, seolah mengulurkan tangan sudah bisa mendapatkannya, perasaan ini benar-benar sangat mengasyikkan dan juga rumit.
Dia benar-benar ingin berlari ke sana dan bertanya pada Ivan, bertanya apakah dia masih menerima murid atau tidak, selama dia menerima Ariella, dia bisa bekerja membantunya tanpa harus menerima bayaran.
Ariella benar-benar ingin melakukan hal ini di dalam hatinya, , tapi dia menekan dorongan itu.
Sekarang, dia sudah tidak sendirian, jadi sebelum memutuskan apa yang akan dia lakukan, dia juga harus mempertimbangkan perasaan Carlson, tidak dapat membuat keputusan secara egois.
Pulang untuk mengambil gaun itu, Ariella kemudian membawanya untuk Julie yang berada di lantai bawah.
Karena ada yang terjadi malam itu, gaun itu telah dijahit ulang oleh Ariella, jadi dia merasa bahwa dia harus meminta maaf kepada desainer aslinya.
Ariella baru tiba di samping mobil, pria di dalam mobil itu berbicara: “Nyonya Carlson, pria-mu itu sama sekali tidak lucu. Aku duduk di sini, tapi dia tidak menganggapku sama sekali?”
Ariella tidak berpikir bahwa orang berdarah campuran ini bisa berbicara bahasa Indonesia dengan begitu lancar, setelah terkejut kemudian berkata, “Carlson memang seperti itu, biasanya tidak suka berbicara, jadi tolong jangan perhitungan padanya.”
“Perhitungan padanya? Aku terlalu malas untuk perhitangan padanya.” Ivan tersenyum dan berkata, “Melihat karena Nyonya Carlson yang begitu cantik, anggap saja aku meminjamkan gaun ini sehari padanya, aku tidak akan meminta uang sewa.”
Ariella tersenyum: “Terima kasih!”
Ivan kembali berbicara: “Memang Nyonya Carlson yang lebih sopan, lihatlah suamimu itu, kamu sudah begitu akrab, tapi dia masih memasang wajah seperti itu, untuk siapa dia memperlihatkan wajah dingin seperti itu?”
Bình luận facebook