• ĐỔI TÊN MIỀN VIETWRITER.PRO SANG 88.198.7.247 TỪ NGÀY 1/6

New NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR (1 Viewer)

  • Bab 85

Bab 85 Masa Depanku





Carlson mengangkat kepalanya, melihat skeilas pada semua orang yang ada di tempat kejadian, pandangan matanya sedingin cuaca saat ini – dingin menusuk tulang.





Madonna melihat bahwa situasinya tidak benar, ingin menyelinap pergi.





“Nona yang di sana, kamu menyakiti Istriku, apa kamu pikir kamu bisa pergi begitu saja?” Carlson membuka suara, kemudian dengan segera petugas keamanan memblokir jalan Madonna.





“Presdir Carlson, bukan aku yang menyakiti Istrimu, dia …” Madonna masih ingin berdebat, tapi ketika dia betemu dengan mata Carlson yang dingin, dia sangat takut hingga dengan cepat menutup mulutnya.





Carlson kembali berkata: “Henry, aku tidak ingin orang yang relevan masih berada di Teknologi Inovatif. Dan juga orang-orang yang memfitnah Istriku, aku ingin menuntut tanggung jawab hukum pada mereka.”





Menjatuhkan perkataan itu, Carlson mengulurkan tangan dan menggandeng Ariella pergi, ketika Ariella melangkah, tempat di mana kaki kirinya yang terkilir sangat sakit hingga membuatnya berseru kesakitan.





“Kenapa?” Carlson segera bertanya.





“Kakiku terkilir.” Ariella berkata sambil menggosok hidungnya.





Perkataannya baru terucap, di bawah tatapan semua orang, Carlson berlutut di depan Ariella, melepas sepatu heelsnya dan membawanya di tangannya.





Kemudian dia bangkit dan menggendong Ariella, mengabaikan keberadaan semua orang, berbalik dan melangkah pergi.





Ariella mengubur kepalanya di depan dada Carlson, seperti seekor anak kucing.





Tiga tahun lalu, ketika dia menghadapi kejadian itu, tidak ada yang rela berdiri di sisinya, Ariella pergi dalam posisi yang paling memalukan.





Tiga tahun kemudian, ketika menghadapi kejadian yang sama hari ini, ada Carlson di sisinya, dia bersedia menjadi sandarannya yang paling nyata.





Seumur hidup ini, Ariella bisa bertemu dengannya di lautan luas orang, benar-benar merupakan keberuntungannya!





Sampai sosok Ariella dan Carlson menghilang, semua orang di tempat kejadian baru bereaksi, pandangan mata semua orang penuh dengan rasa terkejut.





Apa kata Presdir mereka tadi?





Dia mengatakan bahwa Ariella adalah Istrinya?





Lindsey menatap ke arah di mana Carlson dan Ariella menghilang dengan mata lebar, menyadari sesuatu dan berkata: “Ternyata Istri Presdir Carlson yang diungkit di email internal perusahaan, adalah Ariella dari departemen bisnis kami.”





William juga teringat apa yang Ariella katakan beberapa hari yang lalu, dia mengatakan bahwa dia sudah menikah, ternyata suaminya adalah Presdir mereka.





Setelah terkejut, semua orang memeras keringat dingin untuk diri mereka sendiri, terutama yang berpartisipasi dalam memaki Ariella tadi.





Daiva pergi mengikuti Carlson, Henry tetap tinggal untuk mengurusi masalah yang ada.





Awalnya perusahaan ingin mengadakan pesta untuk para staf, tidak disangka dibuat berantakan seperti ini oleh badut ini.





Henry melihat tempat kejadian itu dan berkata: “Jika kalian sangat suka membuat masalah, kalau begitu tidak perlu makan lagi. Mari kita bicarakan apa yang terjadi hari ini satu per satu.”





Henry menatap Madonna, tersenyum dengan dingin, “Apa Nyonya Carlson adalah orang yang bisa kamu provokasi? Lain kali jika ingin membuat masalah, selidiki dengan benar.”





Saat ini Madonna juga tahu bahwa dia terkena masalah besar, dia panik, bergegas mencari bantuan ke arah Nisha: “Manajer Nisha.”





Nisha itu licik seperti rubah, dia sudah memikirkan jalan belakang untuknya sendiri sebelum dia mencari Madonna.





Jika Madonna gagal, dia pasti akan menariknya, jadi dia harus bersiap terhadap Madonna, jadi dia tidak meninggalkan bukti yang terkati dengan Madonna.





Bahkan jika Madonna menuduhnya, tidak akan ada lagi orang yang percaya padanya.





Jadi, Nisha berkata: “Nona Madonna, apa ada urusan kamu memanggilku?”





Sikap Nisha sangat dingin, dan juga nada bicaranya, Madonna sudah tahu apa sikap Nisha.





Madonna tidak memiliki bukti kerjasamanya dengan Nisha, jika Nisha menyangkalnya, dia juga tidak berdaya.





Dia tidak bisa mendapatkan bantuan dari Nisha, mata Madonna mencari Betty di antara kerumunan orang banyak, tetapi ketika menatapnya, Betty kemudian memalingkan muka, dia bahkan lebih mustahil untuk membantunya.





Henry juga tidak memberinya kesempatan untuk melawan, langsung menyuruh orang untuk melapor ke polisi.





Menyerahkan orang-orang yang terkait dengan masalah ini pada polisi untuk diselidiki, dan mereka hanya akan berurusan dengan hasilnya saja.





Tentu saja, orang yang menyinggung Nyonya Carlson, diperkirakan mereka yang berada di belakang dapat masuk penjara selama kurang lebih setengah tahun.





……





Restoran Lily berada di sebelah Teknologi Inovatif, hanya perlu beberapa menit dengan berkendara mobil untuk pulang.





Setelah sopirnya, Gunawan, mengantar mereka, Carlson masih membawa sepatu heels Ariella dan merangkul pinggangnnya membawanya pulang ke rumah.





Ketika menunggu lift, bertemu dengan pasangan tua yang tinggal di seberang rumah mereka.





Putra dan putri pasangan tua itu berada di luar negeri, kedua orang tua itu tinggal di sini sendirian, karena itu mereka sangat antusias ketika melihat anak-anak muda.





Tinggal di sini selama hampir tiga bulan, Ariella naik turun di sini setiap hari, dan terkadang akan menyapa mereka ketika bertemu.





Saat ini, kedua orang tua itu menatap lurus ke arah Ariella, dan Ariella merasa malu ditatap seperti itu, kepalanya masih terkubur dalam pelukan Carlson, tidak mau mengangkatnya.





Wanita tua itu tersenyum dan berkata: “Gadis kecil, kamu begitu malu, memang kenapa jika berpelukan dengan suami sendiri. Kami waktu masih muda, Pamanmu ini malah menggendongku sambil berjalan di jalanan.”





Wanita tua itu berkata dengan bersemangat, Paman yang berdiri di sebelahnya terbatuk ringan, raut wajahnya tidak begitu enak dilihat.





Ariella menyadari, kedua orang tua ini, sang Bibi yang lebih banyak berbicara, sang Paman jarang berbicara, sudah berumur segini saja sang Bibi masih sering membuat marah sang Paman hingga wajahnya memerah.





Ariella diam-diam mendongak menatap Carlson, tapi dia hanya bisa melihat dagunya saja dengan jelas, tidak bisa melihat ekspresinya, dan lebih tidak tahu apa yang sedang Carlson pikirkan.





Karena sepanjang jalan pulang, Carlson tidak mengatakan sepatah kata pun, Ariella hanya bisa merasakan betapa eratnya Carlson memeluknya.





Setelah mendengarkan perkataan Bibi, Ariella merasa itu masuk akal, memang kenapa jika dipeluk oleh suami sendiri?





Jadi dia mendongak dari pelukan Carlson, tersenyum pada bibi itu: “Terima kasih Bibi, aku mengerti.”





Setelah selesai mengucapkan perkataan itu, Ariella mengulurkan kedua tangannya dan memeluk pinggang kurus Carlson dengan erat, kepalanya kembali mendusel di dada Carlson.





Setelah pikiran Ariella terbuka dia menjadi lebih nyaman, tapi dia tidak melihat wajah Carlson yang sedikit memerah.





Kembali ke rumah, Carlson dengan lembut menempaatkan Ariella di atas sofa, berbalik dan pergi untuk mengambil obat untuk kaki yang terkilir.





Dia berlutut di depan tubuh Ariella, kemudian melepas kaus kaki Ariella.





Kaki Ariella sangat bagus, putih dan lembut, sedikit gemuk, terlihat sangat lucu.





Tangannya yang hangat menggenggam pergelangan kakinya, menggosoknya dengan sedikit keras, kemudian mengoleskan obat di kaki Ariella.





Melihat Carlson yang serius, Ariella mengatupkan bibirnya, menatapnya dengan tatapan lembut: “Carlson, apakah kamu tidak peduli dengan masa laluku?”





Carlson mendongak menatapnya, sekali lagi menekankan: “Ariella, aku sudah berkata padamu dari awal, masa lalu-mu tidak ada hubungannya denganku, yang kupedulikan adalah masa depanmu, masa depan kita.”





Bagaimana ini?





Ariella ingin menangis lagi.





Jelas-jelas dia adalah orang yang tidak suka menangis, tapi di depan Carlson dia malah menjadi sangat suka meneteskan air mata, seolah-olah menangis dapat menunjukkan semua keluhannya pada Carlson.





Tapi pada akhirnya Ariella masih menahan air matanya, dia tidak boleh menangis, dia harus tersenyum di depan Carlson.





Ariella menatapnya dan tertawa: “Masa depan kita.”





Carlson berkata: “Masa depan, kita akan melewatinya bersama.”





Ariella mengangguk dengan dalam: “Ya.”





Di masa depan, ada kamu dan juga ada aku.
 
Advertisement

Bình luận facebook

Users who are viewing this thread

Back
Top Bottom