• ĐỔI TÊN MIỀN VIETWRITER.PRO SANG 88.198.7.247 TỪ NGÀY 1/6

New NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR (1 Viewer)

  • Bab 94

Bab 94 Kepedulian Dari Jauh





Mereka semua tahu, Carlson baru saja menelepon Ariella, setelah panggilan telepon itu, tidak tahu apa yang dikatakan Ariella, Presdir mereka dengan egoisnya berkata bahwa dia ingin segera kembali ke Kota Pasirbumi.





Mereka telah mengikuti Carlson selama bertahun-tahun, mereka belum pernah melihat Carlson yang begitu egois seperti ini.





Bisnis yang begitu besar, para pemimpin dari beberapa provinsi barat telah tiba, dan Presdir mereka malah bertindak demikian di momen penting.





Apakah Presdir mereka tidak hanya mengasihani Ariella saja, tapi juga jatuh hati padanya?





……





Setelah mengirim Ibu Ariella ke bangsal khusus, Dokter menghela nafas: “Nona Ariella, jika Ibumu sudah sadar, jangan biarkan dia menerima rangsangan lagi. Dan juga kekerasan dalam rumah tangga tidak dapat ditoleransi, yang terbaik adalah mencari perlindungan hukum untuk melindungi diri sendiri.”





Ariella mengapa tidak pernah berpikir untuk menggunakan perlindungan hukum untuk melindungi Ibunya, tapi pendidikan yang diterima Ibunya sejak kecil adalah harus menurut dengan suami.





Jadi tidak peduli bagaimana pria itu memperlakukannya, dia tidak pernah berpikir untuk melawan, dan dia tidak akan bertindak secara hukum untuk melindungi dirinya sendiri.





Sang Ibu berusia kurang dari 50 tahun, tapi wajahnya ini, tubuhnya ini, malah terlihat sangat tua.





Melihat Ibunya yang terbaring di ranjang rumah sakit, wajahnya yang pucat, alisnya yang berkerut, Ariella tidah bisa menahan diri kemudian mengulurkan tangan dan dengan lembut menyentuh wajah Ibunya yang kurus dan hanya tersisa tulang.





“Bu …” Setelah tiga tahun, sekali lagi memanggil Ibunya, Ariella juga tercekat dan tidak tahu harus berkata apa lagi.





“Ariella …” Suara yang amat sangat kecil keluar dari mulut Ibunya yang sedang tertidur itu, dia melambaikan tangannya, “Ariella, cepat lari, cepat lari …”





“Bu …” Ariella bergegas mendekat, memeluk Ibunya dengan erat, “Ariella tidak apa-apa, Ariella tidak apa-apa. Ibu jangan khawatir.”





Tidak tahu apakah karena mendengar kata-kata Ariella, alis Ibu Ariella sedikit melega, sepertinya sudah tidak begitu sedih.





Tapi, Ibu Ariella tidur dengan tidak tenang, dari waktu ke waktu dia terkejut melambaikan tangan dan terus berteriak: “Ariella, cepat lari …”





Melihat Ibunya yang begitu kesakitan, Ariella sangat ingin berbagi rasa sakit Ibunya, kemudian dia hanya bisa berpikir demikian dan tidak bisa berbuat apa-apa.





Melihat luka di tubuh Ibunya, Ariella tidak berani memikirkan apa yang dialami Ibunya selama tiga tahun terakhir.





Ketika dia dijebak 3 tahun lalu, dia memang langsung pergi, meninggalkan Ibunya di tempat yang seperti neraka itu, menjalani hari yang gelap.





Awalnya dia tidak bisa memahami rasa sakit dan keluhan di hati ibunya ketika mengatakan perkataan itu padanya, jika dia dapat melihat betapa terpaksa Ibunya melakukan hal itu, dia pasti akan membawa Ibunya pergi bersamanya.





Tapi tidak begitu mudah untuk membawa Ibunya pergi, jika dia ingin membawa Ibunya pergi, sang Ibu belum tentu mau ikut pergi bersamanya, Ibunya takut pada pria itu, bahkan lebih tidak bisa meninggalkan pria itu.





“Nyonya Carlson, halo!” Seorang Dokter mengetuk pintu masuk, mengangguk dengan sopan pada Ariella, “Presdir Carlson mengatur agar kami datang dan memberitahumu mengenai kondisi Ibumu, apa kamu bisa?”





Ariella mengangguk: “Tolong jangan ada yang disembunyikan, beritahu aku semuanya.”





Dokter melirik sekilas pada ibu Ariella yang ada di atas ranjang rumah sakit dan berkata: “Kami baru saja menganalisis kondisi Ibumu, tubuhnya menerima luka luar, luka semacam ini bisa dipulihkan. Tapi yang akan kita bicarakan sekarang adalah kondisi psikologisnya, jika ingin disembuhkan, pasti akan membutuhkan banyak waktu dan usaha. ”





Ariella menatap Ibunya, berpikir Ibunya sedari tadi menyuruhnya untuk cepat pergi, Ariella telah pergi selama 3 tahun, Ibunya pasti melewati penyiksaan batin yang menyakitkan.





Memikirkan apa yang dikatakan Ivander beberapa hari yang lalu, ketika Ariella pergi, Ibunya sakit dan tidak mampu bangkit, sepertinya Ivander tidak menipunya mengenai hal ini.





Dokter kembali menambahkan: “Nyonya Carlson, kamu tidak perlu khawatir tentang hal-hal ini. Presdir Carlson telah mengatur agar psikiater terbaik datang, pada saat itu kami akan membantu Ibumu untuk pulih.”





Carlson hanya meneleponnya dan bertanya kepadanya di rumah sakit mana, kemudian setelah satu atau dua jam, dia sudah mengatur semuanya dengan sangat baik untuknya.





Saat ini, meskipun Carlson tidak menemaninya, tapi Ariella masih bisa merasakan keberadaan dan juga perhatiannya.





Beberapa dokter itu baru saja pergi, dan Ibunya yang setengah sadar di ranjang rumah sakit berkata sambil menangis: “Ariella, Ibu bersalah padamu, Ibu bersalah padau …”





Ibunya terus mengulangi kalimat ini, tahu betapa dia menyesal tidak membantu putrinya 3 tahun yang lalu.





Mengetahui Ibunya masih tidak sadar, Ariella meletakkan tangan Ibunya masuk ke dalam selimut, mencoba tersenyum dan berbicara pada Ibunya: “Bu, Ariella yang salah paham padamu, bukan kamu yang bersalah padaku.”





Tangan Ibu Ariella kembali dilambaikan: “Ariella, jangan kembali, jangan kembali ke rumah itu.”





“Bu …” Saat ini, batu yang tertekan kuat di hati Ariella benar-benar telah terlepas.





Dia tahu dirina telah salah paham pada Ibunya, kali ini Ibunya datang bukan untuk membujuknya pulang, tapi datang untuk melindunginya.





“Ariella … Apakah kamu bersedia memaafkan Ibu?” Ibu Ariella tiba-tiba membuka matanya, menatap Ariella yang ada di depan matanya, bertanya dengan hati-hati.





Jika Ariella tidak ingin memaafkannya, maka dia tidak tahu apakah dia memiliki keberanian untuk bertahan hidup.





Ariella mengangguk dengan berlinangan air mata: “Aku yang salah paham pada Ibu, selama Ibu tidak menyalahkanku itu sudah cukup.”





Ibu Ariella mengulurkan tangan dan menyentuh wajah Ariella, tersenyum dan berkata: “Ariella-ku sepertinya semakin cantik.”





“Karena Ibu cantik, jadi bisa melahirkan anak yang begitu cantik.” Ariella menyeka air matanya, tapi berkata sambil tersenyum.





Ibunya memiliki dua anak, wajah Ariella lebih mirip dengan Ibunya, dan Elisa lebih mirip dengan Ayahnya, memang tetap cantik, tapi dibandingkan dengan Ariella yang mirip dengan Ibunya memang berbeda jauh.





Ketika kecil, Ariella sering mendengarkan beberapa orang berkata, putri yang mirip dengan Ayah akan lebih diberkati, tidak tahu apakah karena alasan itu jadi sejak kecil harapan Ayahnya terhadap Elisa jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Ariella.





Dan Ariella juga bisa merasakannya, meskipun dia dan Elisa sama-sama dilahirkan oleh Ibunya, tapi hati Ibunya lebih sayang padanya.





“Ariella … Ibu lihat kamu baik-baik saja, Ibu sudah merasa lega …” Ibu Ariella tersenyum, mata yang cekung itu ersinar terang, kemudian bergumam, “Ariella tidak apa-apa, Ibu jangan khawatir.”





“Bu, Ariella tidak akan kenapa-kenapa.” Ariella memandang ibunya, hatinya masam terutama ketika dia melihat wajah Ibunya dengan tulang wajah yang menonjol itu.





“Ariella …” Ibunya memanggil nama Ariella, tersenyum lemah, tersenyum dan menutup matanya.





Ariella memegang tangan Ibunya dengan erat: “Bu, kamu tidurlah dengan tenang, Ariella akan selalu ada di sini menemanimu, kamu bisa melihat Ariella ketika membuka mata.”





Ketika perkataan itu diucapkan, kemudian dia mendengar seseorang mengetuk pintu, Ariella baru ingin berkata silahkan masuk, Carlson sudah mendorong pintu dan masuk.
 
Advertisement

Bình luận facebook

Users who are viewing this thread

Back
Top Bottom