• ĐỔI TÊN MIỀN VIETWRITER.PRO SANG 88.198.7.247 TỪ NGÀY 1/6

New NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR (5 Viewers)

  • Bab 991

Bab 991 Ravindra


Siapa bilang Carlson keras kepala?


Kalau memang dia keras kepala, dia tidak akan mendengarkan perkataan Ariella, dengan begitu dia tidak akan muncul disini untuk bertemu orang yang sangat ia tidak respect.


Didepan dia, berdiri seorang pria bertumbuh tinggi dan besar dengan usia sekitar tiga puluh tahunan, masih muda, berwibawa, jika hanya melihat tampilan depannya memang bisa dibilang seseorang yang bertalenta.


Tetapi Carlson semakin lihat semakin tidak respect, jangan mengira dengan dia tidak mengenakan pakaian jas lengkap dan mengenakan baju santai, maka Carlson akan mengubah pemikiran terhadapnya.


Pria itu sampai lebih dulu dibandingkan Carlson, tetapi dia sama sekali tidak duduk dan terus berdiri, hingga akhirnya dia melihat Carlson datang dan segera memberikan sapaan sopan: “Direktur Carlson!”


Direktur Carlson?


Carlson tidak suka sapaan ini, tetapi raut wajahnya sama sekali tidak memberikan ekspresi bahwa ia tidak menyukainya, ia tetap dengan tatapan cool menatap pria tersebut tanpa berkata apapun.


Memanggilnya dengan sebutan Direktur Carlson, berarti membuktikan bahwa orang ini datang bukan untuk membicarakan hal pribadi dengannya, melainkan untuk membicarakan bisnis, mencarinya untuk membicarakan bisnis tentu saja tidak perlu dia yang turun tangan sendiri.


Carlson tidak berbicara, pasti akan ada orang yang mewakilinya untuk berbicara, Henry orang yang selalu bersamanya yang mewakilinya berbicara: “Tuan Ravindra, kerjasama antara PT Serta Arum dan Group Aces tak hanya satu dua tahun. Jadi kalau kedatangan Anda hari ini untuk membicarakan bisnis, silahkan ikut dengan saya, saya akan memanggil rekan kerja yang mengerti bisnis Serta Arum untuk mendampingi Anda.”


Henry sudah mengikuti Carlson puluhan tahun, dia melakukan sesuatu selalu dengan baik, perkataan ini memang terdengar enak ditelinga, tetapi sebenarnya dia sedang memberitahu Ravindra ini bahwa direktur mereka tidak bertanggung jawab untuk mendampingi pekerjaan ini.


Pria yang disapa dengan Tuan Ravindra mana mungkin tidak mengerti apa maksud perkataan Henry, tetapi ia sedikit pun tidak merasa kesal dan malah berkata: “Aku datang bukan untuk membicarakan bisnis. Aku sengaja datang untuk membicarakan hal pribadi.”


Henry melihat kearah atasannya sekilas, tetapi melihat atasannya yang tidak memberikan respon sedikitpun, ia kembali berkata: “Tuan Ravindra, Direktur Carlson kami sangat sibuk, bahkan lebih sibuk daripada pak presiden negara kalian, dia mungkin tidak memiliki waktu untuk membicarakan hal pribadi dengan orang asing.”


“Paman Carlson, Anda sudah datang, kenapa kita ngga duduk untuk bicara saja. Dulu Anda memberikanku waktu satu tahun untuk melakukan sesuatu dan aku sudah melakukannya.” Meskipun ia tidak ingin menyapa Carlson dengan sebutan “Paman Carlson”, tetapi demi menjaga imagenya ia perlu melakukan itu.


“Tuan Ravindra, Anda pikir Direktur Carlson kami……” Henry masih ingin mengatakan sesuatu tetapi diputuskan oleh Carlson, “Henry.”


“Direktur Carlson, kalau begitu saya turun dulu.” Henry sudah mengikuti Carlson puluhan tahun, setiap gerakan dan tatapan mata Carlson, Henry tahu harus berbuat apa.


Begitu Henry pergi, Carlson dengan tatapan tenang dan dingin melihat kearah pria yang bernama Ravindra itu, menatapnya dan berkata: “Aku beri kamu waktu lima menit.”


Carlson memberikan pria ini waktu lima menit untuk mencari cara agar dapat membuatnya tetap berada disini, kalau dalam waktu lima menit ia berhasil membuat ia luluh, maka Carlson bersedia menyisihkan waktu lebih banyak untuknya.


Kalau dalam waktu lima ini dia tidak berhasil membuat Carlson luluh, maaf, Carlson tidak akan menghabiskan waktunnya di diri dia, jadi lima menit ini sangat penting.


“Paman Carlson, namaku Ravindra. Kedatanganku hari ini untuk meminta izin pada Anda agar mengizinkan aku berpacaran dengan anak Anda.” Ravindra langsung membicarakan langsung tujuan kedatangannya tanpa berbasa basi lagi.


Karena bagaimanapun dia hanya memiliki waktu lima menit, lima menit ini menentukan apakah ia bisa berpacaran dengan Oriella, dia harus menjaga dengan baik kesempatan ini.


Dia hanya berkata satu kalimat ini dan tidak meneruskan kalimat selanjutnya, menunggu Carlson berkata sesuatu, dan ternyata Carlson pun akhirnya buka suara: “Ravindra? Nama kamu Ravindra?”


“Betul, nama aku Ravindra.” Ravindra menganggukan kepalanya, bersikap sopan seperti layaknya ke orang yang lebih tua.


Carlson menatapnya, sekali lagi melihat dia dari atas ke bawah lalu bertanya: “Apa yang akan kamu lakukan agar aku bisa menyetujui hubungan kamu dan putri ku?”


Memikirkan ada orang yang ingin merebut Oriella darinya, Carlson sangat tidak senang, tetapi demi kesenangan anaknya, ia harus bisa menahannya.


Kalau ia tidak sekuat tenaga menahannya, mungkin ketika anak ini mulai berbicara, Carlson sudah melayangkan sebuah tonjokkan kepadanya sama seperti dulu.


“Aku akan menyayanginya seperti Anda menyayanginya.” Ini adalah kalimat kedua yang dilontarkan Ravindra saat berbicara dengan Carlson, setiap katanya sangat jelas dan pasti.


“Kamu bisa menyayanginya seperti aku menyayanginya?” Carlson tertawa pelan, bola matanya yang dingin pelan-pelan memancarkan kemarahan, “Nggak ada orang yang ngga bisa mengatakan perkataan yang bagus.”


“Iya.” Ravindra menganggukan kepala, perkataan bagus siapapun bisa mengatakannya, tetapi apa bisa dilakukan itu beda kata lagi, jadi ia tidak bisa mengatakan perkataan yang terlalu bagus.


Sebenarnya tidak perlu Ravindra banyak berbicara hal yang manis atau apapun itu, semua perbuataannya adalah bukti yang jelas untuk membuktikan perasaannya pada Oriella.


“Kamu bilang iya?” Carlson mengerutkan alisnya, wajahnya penuh dengan perasaan tidak puas pada Ravindra, membuatnya ingin memukul dia.


Ini adalah sikap seorang menantu kepada mertua kah? Pantas saja terlalu malas orang untuk meladeni dia, ternyata orang yang tidak tahu cara berbicara yang baik.


“Aku menyetujui sudut pandang Anda, perkataan bagus siapapun bisa ngomong, tetapi belum tentu bisa dilakukan.” Agar calon mertuanya tidak salah paham, Ravindra pun memberikan penjelasan.


“Kamu adalah BOSS PT Serta Arum sesungguhnya?” Carlson tak lagi menyebutkan masalah Oriella, lalu tiba-tiba menanyakan pertanyaan ini.


“Iya.” Ravindra menganggukan kepala, tidak sombong ataupun rendah hati.


Carlson lalu berkata: “Aku memberimu waktu dua tahun lagi, tunggu kamu bisa membuat prestasi Serta Arum menjadi dua kali lipat dari sekarang, kamu datang kembali untuk membicarakan hubungan kamu dan anakku.”


Ravindra akhirnya panik: “Paman Carlson, Anda……”


Melihat Ravindra yang panik, Direktur Carlson merasa sedikit puas lalu kembali berkata: “Tetapi dua tahun ini, aku ngga akan larang kalian berpacaran.”


Carlson selama ini bukan seseorang yang akan berkompromi dengan seseorang, tetapi demi putrinya, pertama kalinya ia mengurungkan egonya.


Tentu saja, Carlson bisa menyingkirkan prasangkanya pada dia, memulai untuk mengenal kembali pria yang ingin merebut putrinya, semata-mata tak hanya karena putrinya menyukai dia.


Lebih karena Carlson melihat Ravindra seperti bayangan dirinya dulu, dari diri Ravindra melihat rasa cinta yang kuat kepada Oriella.


Seorang pria melepaskan jabatannya sebagai seorang pimpinan negara hanya demi seorang wanita, mengganti marga dan menggunakan identitas sebagai orang biasa untuk terus berada dia samping wanita itu, selain cinta, Carlson tidak tahu alasan apa lagi yang dapat membuat seseorang melakukan hal itu.


Selain merestui hubungan Ravindra dan Oriella, disaat yang bersamaan, Carlson kembali menentukan target lain, dia bukan berharap Ravindra memiliki banyak harta baru pantas menikahi putrinya, tetapi dia ingin menguji kemampuan berbisnis Ravindra.


Meningkatkan prestasi Serta Arum menjadi dua kali lipat dari sekarang dalam kurun waktu dua tahun, hal ini tidak mungkin terjadi, jarang sekali ada orang yang berhasil mencapainya.


Untuk mencapai target ini, Carlson yakin ia dapat mencapainya, tetapi orang lain, saat ini ia belum menemukannya.


Dia tidak akan pernah dengan mudahnya melepaskan begitu saja putrinya yang sudah dia besarkan dengan tangannya sendiri, Ravindra ingin menikahi putirnya, berarti ia harus terus menunggunya.


Dua tahun kemudian, aku akan melihatnya!
 
Advertisement

Bình luận facebook

Users who are viewing this thread

Back
Top Bottom