Viet Writer
Và Mai Có Nắng
-
Bab 992
Bab 992:
“Nona Oriella, Tuan Muda pergi dan meninggalkan pesan.” Pagi hari, Oriella bergegas ke rumah sakit, sesampainya di rumah sakit dokter memberikannya sepucuk surat.
“Kamu ngomong apa?” Oriella tidak percaya, ia melangkah dengan cepat ke ruang pasien, didalam ruang pasien terdapat ranjang berukuran besar, tetapi tidak ada orang.
“Kak……” Dia panik sambil berteriak, mengintari ruangan pasien, dia terus mencari Sebastian, dia baru memastikan Sebastian yang terbaring setengah bulan lebih menghilang.
Bagaimana seorang pasien yang terluka parah hingga tak sadarkan diri bisa tiba-tiba menghilang?
“Tono, cepat pergi lihat CCTV, lihat siapa yang berani macam-macam dibalik semua ini? Tidak peduli siapapun yang membawanya pergi, aku pasti akan menolongnya.”
Mungkin kabar Sebastian menghilang terlalu mengejutkan, Oriella sampai lupa ditangannya ada sebuah surat yang diberikan oleh dokter, dan malah berpikir bahwa Sebastian diculik orang lain.
“Nona, Tuan Muda bukan diculik orang lain, dia yang memilih untuk pergi.” Tono menunjuk surat yang ada ditangan Oriella, “Itu adalah surat yang ditinggalkan untuk kamu, kamu bisa buka untuk melihatnya.”
“Dia sendiri yang ingin pergi? Kenapa?” Didalam kepanikannya, Oriella pelan-pelan membuka surat yang diberikan dokter kepadanya, ketika membuka surat ia melihat tulisan tangan yang tak asing.
“Riella, ketika kamu lihat surat ini, aku mungkin sudah pergi. Mengenai pergi kemana, aku juga belum tahu. Dunia ini sangat besar, dimanapun bisa dijadikan rumah untuk tinggal, aku pikir seharusnya aku bisa dengan cepat dapat tempat tinggal, aku harap kamu tidak perlu khawatir.”
“Yang terpenting aku bukan mau membicarakan masalah aku akan tinggal dimana, tetapi aku mau kasih tahu kamu, aku berharap selamanya kamu bisa hidup dengan senang, seperti matahari yang terus memberikan kehangatan kepada setiap orang yang berada disamping kamu.”
Melihat ini, tanpa disadari, Oriella meneteskan air mata dengan deras, air matanya pun menghalangi pandangannya.
Abang Hansel hilang, Kakak juga meninggalkannya pergi, mereka berdua menggunakan hal yang sama untuk menghindarinya, sebenarnya dia berbuat salah apa?
Dia berbuat salah apa, hingga menyakiti mereka, mereka bisa kasih tahu dia, dia akan merubahnya, tetapi mereka tidak mengatakan apapun padanya dan diam-diam pergi menghilang dari pandangannya.
Didalam surat Sebastian berkata dia berharap Riella bisa menjadi matahari yang bisa menghangatkan setiap orang yang ada didekatnya, tetapi apakah dia tahu, orang yang ingin ia hangatkan adalah dirinya.
Ia ingin dirinya tahu, dia selamanya adalah bagian dari keluarga ini, Kakak dari Oriella, tetapi dia tidak memberikan ia kesempatan, dan malah menghilang begitu saja.
“Nona, kamu……” Tono melihat Oriella bergetar hebat sambil memegang surat yang ada ditangannya, lalu mencoba untuk mengingatkannya.
“Aku tidak apa-apa.” Oriella mengigit bibirnya, mengangkat tangannya untuk menghapus air matanya dengan kencang, baru ia bisa melihat jelas tulisan yang ada disurat.
Sebastian masih menulis disurat: “Disaat aku berusia sebelas tahun, karena satu kalimat darimu akhirnya aku bisa menetap di Keluarga Tanjaya, membuat diriku yang anak yatim piatu akhirnya mendapatkan sebuah keluarga. Beberapa tahun ini, demi bisa masuk kedalam keluarga ini, aku terus berusaha.”
“Aku tahu, setelah Ayah dan Ibu mengangkatku sebagai anak, mereka selalu menyayangiku seperti anak kandung mereka sendiri, tidak pernah anggap aku seperti orang luar. Tetapi aku juga ingin membuktikan diriku sendiri, aku ngga ingin membuat mereka malu, ngga ingin orang lain bilang anak angkat Keluarga Tanjaya ngga sebaik orang lain, jadi aku yang ngga pintar, hanya bisa lebih rajin dari kebanyakan orang.”
Dia selalu berkata bahwa dia tidak cukup pintar, tetapi orang yang tidak pintar bagaimana tahu harus menjadi seorang yang rajin?
Orang yang tidak pintar bagaimana bisa nilai ujan selalu juara satu disetiap semester?
Orang yang tidak pintar bagaimana mungkin bisa menjalankan sebuah perusahaan dari ayah dengan sangat baik?
Dia, jelas-jelas dia seseorang yang sangat pintar.
“Riella, Keluarga Tanjaya memberikanku terlalu banyak, tapi aku malah nggak bisa balas apapun untuk Keluarga Tanjaya. Saham yang diberikan Ayah padaku, aku akan meminta asistenku untuk mengembalikan padanya……Aku masih banyak hal yang ingin katakan padamu, tetapi sekarang aku malah ngga tahu gimana ngomong sama kamu. Riella, jaga diri baik-baik! Kalau kita berjodoh, suatu saat kita pasti akan bertemu lagi!”
Pergi!
Mereka semua pergi, meninggalkannya sendiri, memintanya untuk menjadi matahari yang terus memberikan kehangatan utnuk orang lain, mereka pikir dia adalah malaikat kecil yang dikirimkan untuk menolong dunia?
Bukan, dia bukan, dia hanya seorang manusia biasa tidak bisa lebih biasa lagi, dia ada orang yang dia suka, dia ingin melahirkan anak untuk orang yang dia suka, hidup seperti orang biasa.
Mereka tidak tahu apa yang hati dia pikirkan, lalu pergi meninggalkan dia begitu saja.
……
Oriella sakit!
Sama seperti sepuluh tahun yang lalu, ketika Abang Hansel hilang, dia kangen hingga jatuh sakit, demam tinggi tak mereda!
Ariella melihatnya dengan perasaan campur aduk dan panik: “Dokter, kenapa demam dia tak kunjung turun?”
Semalam, demamnya sangat tinggi tak kunjung turun, mungkin bisa saja merusak otaknya, kalau bisa, ingin sekali Ariella saja yang merasakan sakitnya.
“Nyonya Ariella, dihati Nona Oriella ada sesuatu yang menjanggal, ada tekanan didalam hatinya yang menyebabkan dia demam tinggi. Gejala seperti ini, obat hanya akan membantunya untuk sementara, kalau ingin membuat kondisinya membaik, dia harus bisa keluar dari tekanan yang ada didalam dirinya.” Kata dokter.
“Aku tahu.” Perkataan dokter ini, Ariella tahu dengan jelas, yang harus mengerti adalah Carlson, kalau tidak anaknya hanya akan terus berada ditengah-tengah antara ayahnya dan orang yang dia cintai.
“Bu, aku tidak apa-apa, jangan khawatir.” Dia sudah demam tinggi seperti ini tetapi Oriella masih memikirkan ibunya untuk tidak khawatir tentang kondisinya.
“Ibu, apakah sudah menemukan Kakak?” Oriella berusaha untuk membuka matanya, tetapi karena tenaganya yang masih terlalu lemah, ia tidak bisa membuka matanya, dia bahkan tidak dapat melihat jelas wujud ibunya.
“Kakakmu meninggalkan pesan agar kita ngga pergi cari dia, dia ingin melewati hari yang ingin dia lewati, lagipula luka dia juga sudah sembuh, makanya Ayah menghargai keputusan dia.” Membicarakan Sebastian, Ariella merasa sangat sedih, hampir saja menetaskan air mata.
Walaupun Sebastian bukan anak kandungnya, tetapi bagaimanapun ia sudah membesarkan anak ini, tiba-tiba pergi begitu saja tentu saja hati dia merasa sakit.
“Yang penting kakak baik-baik saja.” Oriella bergumam pelan, pelan-pelan menutup mata dan tertidur, tidak lama, dia mengerutkan alisnya, seperti menemukan masalah yang menakutkan, “Abang Hansel……Abang Hansel……”
Dia tak berhenti memanggil nama orang yang dia cintai: “Abang Hansel……Abang Hansel kamu nggak mungkin tinggalin aku sendiri kan.”
“Nggak mungkin, dia sudah melepaskan negara A untuk mencari Riella, dia mana mungkin rela meninggalkanmu begitu saja.” Ariella memegang tangan Oriella, tetapi karena Oriella demam tinggi, dia sama sekali tidak mendengar perkataan Ariella.
Demam tinggi kembali membuat Oriella tertidur, ketika tidur, dia bermimpi, bermimpi indah.
Didalam mimpinya, Abang Hansel sedang duduk dipinggir kasur, memegang erat tangannya, menatap lembut dia.
“Nona Oriella, Tuan Muda pergi dan meninggalkan pesan.” Pagi hari, Oriella bergegas ke rumah sakit, sesampainya di rumah sakit dokter memberikannya sepucuk surat.
“Kamu ngomong apa?” Oriella tidak percaya, ia melangkah dengan cepat ke ruang pasien, didalam ruang pasien terdapat ranjang berukuran besar, tetapi tidak ada orang.
“Kak……” Dia panik sambil berteriak, mengintari ruangan pasien, dia terus mencari Sebastian, dia baru memastikan Sebastian yang terbaring setengah bulan lebih menghilang.
Bagaimana seorang pasien yang terluka parah hingga tak sadarkan diri bisa tiba-tiba menghilang?
“Tono, cepat pergi lihat CCTV, lihat siapa yang berani macam-macam dibalik semua ini? Tidak peduli siapapun yang membawanya pergi, aku pasti akan menolongnya.”
Mungkin kabar Sebastian menghilang terlalu mengejutkan, Oriella sampai lupa ditangannya ada sebuah surat yang diberikan oleh dokter, dan malah berpikir bahwa Sebastian diculik orang lain.
“Nona, Tuan Muda bukan diculik orang lain, dia yang memilih untuk pergi.” Tono menunjuk surat yang ada ditangan Oriella, “Itu adalah surat yang ditinggalkan untuk kamu, kamu bisa buka untuk melihatnya.”
“Dia sendiri yang ingin pergi? Kenapa?” Didalam kepanikannya, Oriella pelan-pelan membuka surat yang diberikan dokter kepadanya, ketika membuka surat ia melihat tulisan tangan yang tak asing.
“Riella, ketika kamu lihat surat ini, aku mungkin sudah pergi. Mengenai pergi kemana, aku juga belum tahu. Dunia ini sangat besar, dimanapun bisa dijadikan rumah untuk tinggal, aku pikir seharusnya aku bisa dengan cepat dapat tempat tinggal, aku harap kamu tidak perlu khawatir.”
“Yang terpenting aku bukan mau membicarakan masalah aku akan tinggal dimana, tetapi aku mau kasih tahu kamu, aku berharap selamanya kamu bisa hidup dengan senang, seperti matahari yang terus memberikan kehangatan kepada setiap orang yang berada disamping kamu.”
Melihat ini, tanpa disadari, Oriella meneteskan air mata dengan deras, air matanya pun menghalangi pandangannya.
Abang Hansel hilang, Kakak juga meninggalkannya pergi, mereka berdua menggunakan hal yang sama untuk menghindarinya, sebenarnya dia berbuat salah apa?
Dia berbuat salah apa, hingga menyakiti mereka, mereka bisa kasih tahu dia, dia akan merubahnya, tetapi mereka tidak mengatakan apapun padanya dan diam-diam pergi menghilang dari pandangannya.
Didalam surat Sebastian berkata dia berharap Riella bisa menjadi matahari yang bisa menghangatkan setiap orang yang ada didekatnya, tetapi apakah dia tahu, orang yang ingin ia hangatkan adalah dirinya.
Ia ingin dirinya tahu, dia selamanya adalah bagian dari keluarga ini, Kakak dari Oriella, tetapi dia tidak memberikan ia kesempatan, dan malah menghilang begitu saja.
“Nona, kamu……” Tono melihat Oriella bergetar hebat sambil memegang surat yang ada ditangannya, lalu mencoba untuk mengingatkannya.
“Aku tidak apa-apa.” Oriella mengigit bibirnya, mengangkat tangannya untuk menghapus air matanya dengan kencang, baru ia bisa melihat jelas tulisan yang ada disurat.
Sebastian masih menulis disurat: “Disaat aku berusia sebelas tahun, karena satu kalimat darimu akhirnya aku bisa menetap di Keluarga Tanjaya, membuat diriku yang anak yatim piatu akhirnya mendapatkan sebuah keluarga. Beberapa tahun ini, demi bisa masuk kedalam keluarga ini, aku terus berusaha.”
“Aku tahu, setelah Ayah dan Ibu mengangkatku sebagai anak, mereka selalu menyayangiku seperti anak kandung mereka sendiri, tidak pernah anggap aku seperti orang luar. Tetapi aku juga ingin membuktikan diriku sendiri, aku ngga ingin membuat mereka malu, ngga ingin orang lain bilang anak angkat Keluarga Tanjaya ngga sebaik orang lain, jadi aku yang ngga pintar, hanya bisa lebih rajin dari kebanyakan orang.”
Dia selalu berkata bahwa dia tidak cukup pintar, tetapi orang yang tidak pintar bagaimana tahu harus menjadi seorang yang rajin?
Orang yang tidak pintar bagaimana bisa nilai ujan selalu juara satu disetiap semester?
Orang yang tidak pintar bagaimana mungkin bisa menjalankan sebuah perusahaan dari ayah dengan sangat baik?
Dia, jelas-jelas dia seseorang yang sangat pintar.
“Riella, Keluarga Tanjaya memberikanku terlalu banyak, tapi aku malah nggak bisa balas apapun untuk Keluarga Tanjaya. Saham yang diberikan Ayah padaku, aku akan meminta asistenku untuk mengembalikan padanya……Aku masih banyak hal yang ingin katakan padamu, tetapi sekarang aku malah ngga tahu gimana ngomong sama kamu. Riella, jaga diri baik-baik! Kalau kita berjodoh, suatu saat kita pasti akan bertemu lagi!”
Pergi!
Mereka semua pergi, meninggalkannya sendiri, memintanya untuk menjadi matahari yang terus memberikan kehangatan utnuk orang lain, mereka pikir dia adalah malaikat kecil yang dikirimkan untuk menolong dunia?
Bukan, dia bukan, dia hanya seorang manusia biasa tidak bisa lebih biasa lagi, dia ada orang yang dia suka, dia ingin melahirkan anak untuk orang yang dia suka, hidup seperti orang biasa.
Mereka tidak tahu apa yang hati dia pikirkan, lalu pergi meninggalkan dia begitu saja.
……
Oriella sakit!
Sama seperti sepuluh tahun yang lalu, ketika Abang Hansel hilang, dia kangen hingga jatuh sakit, demam tinggi tak mereda!
Ariella melihatnya dengan perasaan campur aduk dan panik: “Dokter, kenapa demam dia tak kunjung turun?”
Semalam, demamnya sangat tinggi tak kunjung turun, mungkin bisa saja merusak otaknya, kalau bisa, ingin sekali Ariella saja yang merasakan sakitnya.
“Nyonya Ariella, dihati Nona Oriella ada sesuatu yang menjanggal, ada tekanan didalam hatinya yang menyebabkan dia demam tinggi. Gejala seperti ini, obat hanya akan membantunya untuk sementara, kalau ingin membuat kondisinya membaik, dia harus bisa keluar dari tekanan yang ada didalam dirinya.” Kata dokter.
“Aku tahu.” Perkataan dokter ini, Ariella tahu dengan jelas, yang harus mengerti adalah Carlson, kalau tidak anaknya hanya akan terus berada ditengah-tengah antara ayahnya dan orang yang dia cintai.
“Bu, aku tidak apa-apa, jangan khawatir.” Dia sudah demam tinggi seperti ini tetapi Oriella masih memikirkan ibunya untuk tidak khawatir tentang kondisinya.
“Ibu, apakah sudah menemukan Kakak?” Oriella berusaha untuk membuka matanya, tetapi karena tenaganya yang masih terlalu lemah, ia tidak bisa membuka matanya, dia bahkan tidak dapat melihat jelas wujud ibunya.
“Kakakmu meninggalkan pesan agar kita ngga pergi cari dia, dia ingin melewati hari yang ingin dia lewati, lagipula luka dia juga sudah sembuh, makanya Ayah menghargai keputusan dia.” Membicarakan Sebastian, Ariella merasa sangat sedih, hampir saja menetaskan air mata.
Walaupun Sebastian bukan anak kandungnya, tetapi bagaimanapun ia sudah membesarkan anak ini, tiba-tiba pergi begitu saja tentu saja hati dia merasa sakit.
“Yang penting kakak baik-baik saja.” Oriella bergumam pelan, pelan-pelan menutup mata dan tertidur, tidak lama, dia mengerutkan alisnya, seperti menemukan masalah yang menakutkan, “Abang Hansel……Abang Hansel……”
Dia tak berhenti memanggil nama orang yang dia cintai: “Abang Hansel……Abang Hansel kamu nggak mungkin tinggalin aku sendiri kan.”
“Nggak mungkin, dia sudah melepaskan negara A untuk mencari Riella, dia mana mungkin rela meninggalkanmu begitu saja.” Ariella memegang tangan Oriella, tetapi karena Oriella demam tinggi, dia sama sekali tidak mendengar perkataan Ariella.
Demam tinggi kembali membuat Oriella tertidur, ketika tidur, dia bermimpi, bermimpi indah.
Didalam mimpinya, Abang Hansel sedang duduk dipinggir kasur, memegang erat tangannya, menatap lembut dia.