Viet Writer
Và Mai Có Nắng
-
Bab 1036
Bab 1036 Kebetulan
“Hai, nona, kebetulan, kita bertemu lagi.” Lelaki brengsek yang menganggu Jane di bus, dia membawa orang, terlihat selalu mengikuti Jane
“Benar, kebetulan!” Jane tertawa, buru-buru menjawab. Dia bukan nya tidak takut, tetapi dalam keadaan seperti ini tidak boleh takut.
“Begini malam, seoang diri tidak pulang sangat berbahaya, biarkan kita mengantar kamu pulang.” Lelaki brengsek itu mendekat, memberikan tanda ke temannya, membuat orang lain menyingkir, mengelilingi Jane.
Jane tertawa, dengan manis menjawab: “Baiklah, kebetulan turun hujan deras saya tidak bisa pulang, menyusahkan kalian.”
Jane menjawab dengan segera, lalu dengan tenang, sedikitpun tidak gusar, malah membuat orang yang mengepungnya sedikit khawatir.
Orang seperti mereka ini, hanya seharian menganggur, melihat wanita cantik, bisa dibohongi ya dibohongi, jika tidak bisa yang diculik, baru dibawa ke tempat yang bisa menghasilkan uang.
Melakukan hal yang memalukan, tetapi hanya bisa sembunyi-sembunyi, tidak punya nyali, malah mereka takut akan bertemu dengan orang yang hebat.
Lelaki brengsek itu bertanya: “Kamu benar sendirian?”
“Benar, saya sendirian, tidak ada orang. Kakak-kakak, kalua tidak kalian antar saya?” Jane sembarangan menunjuk ke satu arah. “Rumah saya ada di sebelah sana, tidak jauh, hanya beberapa langkah, mari kakak-kakak ikut saya pulang.”
“Adik kecil, apa margamu?” beberapa orang di dalamnya merasa pernah melihatnya di mana, tetapi tidak bisa mengingatnya.
Jane dengan tenang menjawab: “Bukannya kalian akan mengantar saya pulang, sampai dirumah akan saya beritahukan marga saya. Oh tidak ???? biar ayah saya yang beritahu saja, dia suka berteman dengan teman baru.”
Baru mendengar jawabannya lelaki itu membisik ke telinga lelaki brengsek itu bertanya: “Kakak Biao, wanita ini bukan orang Aces kan?”
“Mana mungkin?” mendengar dua kata Aces, lelaki brengsek itu langsung takut, walah, jika menganggu orang Aces, maka itu akan menjadi kuburan mereka.
Lelaki itu membalikkan kepala melihat Jane, lalu berbisik ke lelaki brengsek, dengan suara kecil berkata: “Beberapa hari ini kabar pernikahan nona muda Aces sedang gempar, hari itu baru melihat satu foto, tetapi belum disimpan sudah di delete. Jika tidak salah ingat, tampang nona muda Aces seperti ini.”
Lelaki brengsek ini curiga: “Hujan deras begini, nona muda Aces tengah malah seorang diri dijalanan?”
“Mungkin bertengar dengan keluarga. Kakak Biao, arah yang ditunjuknya ??” lelaki itu mengingatkan lelaki brengsek, itu arah, adalah Moonriver, rumah orang-orang kaya di Kota Pasirbumi, ” Kakak Biao, wanita cantik ada dimana-mana, saya rasa jangan cari masalah.
Walaupun wanita cantik ada dimana-mana, tetapi cantik yang enak dilihat, sekali lihat langsung membuat hati berdebar, beberapa tahun ini lelaki brengsek ini baru liat sekali.
Beberapa tahun ini lelaki brengsek ini membohongi orang, jarang-jarang dapat barang bagus, hatinya tahu, pasti dapat harga yang bagus, sangat sayang melepaskan dia.
“Kakak Biao, kamu lihat, mana lebih penting uang atau nyawa?” lelaki itu dengan suara kecil mengingatkan, takut diri sendiri juga akan celaka.
“Adik kecil, margamu apa?” lelaki brengsek itu tidak ingin dengan mudah melepaskannya, mending bertanya, jika dia bilang marga lain, dia tidak akan peduli.
Jika waktu itu dia salah menangkap orang, orang keluarga Tanjaya mencari, tidak bisa menyalahkan dia, dia juga tidak bilang dia orang keluarga Tanjaya.
“Kakak-kakak, kenapa sangat penasaran dengan marga saya?” otak Jane sangat cerdik, tadi melihat mereka berbisik-bisik, dia sedang menebak apa yang mereka diskusikan, mendengar mereka bertanya dia marga apa terus, dia menebak mereka pasti ingin memastikan identitas dia.
Beberapa orang ini, kemungkinan besar orang disini adalah orang suruhan Sebastian orang sialan itu. Orang sialan itu tidak cukup mengerjainya, sekarang mau menyuruh orang lain untuk mencelakainya.
Dia piker, jika bilang dia marga Ji, akan langsung ditangkap orang itu, maka pasti tidak boleh bilang marga sesungguhnya.
Lelaki brengsek itu lanjut Tanya: “Adik kecil, coba kamu jawab, selesai jawab kami akan mengantarmu pulang. Janji akan pulang sampai rumah dengan aman.”
Jane tersenyum, mengedipkan mata: “Karena kalian begitu penasaran, baiklah saya kasih tahu kalian, marga saya ????”
“dia bermarga Tanjaya!” tiba-tiba, terdengar suara dingin dari sekelompok orang itu, sekejap lelaki yang tinggi besar muncul di hadapan mereka.
Semua brandal yang berada di sana, paling bisa mengenal orang, hanya melihat orang ini, mereka tahu tidak bisa berbuat apa-apa, apalagi mendengar kata “Tanjaya”, beberapa orang lalu segera bubar.
Sebastian berjalan menuju ke samping Jane, dengan dingin melihatnya.
Dia lebih tinggi darinya, dan juga membawa aura yang sangat kuat, berdiri didepannya membuat dia merasa tertekan, tetapi dia tidak mau menjadi tidak berguna, dengan senyum berkata: “Tuan muda Tanjaya, wah kamu ya! Kebetulan sekali, tidak terpikir akan bertemu denganmu di sini.”
Melihat sendiri begitu berantakan, hampir diculik brandalan, Jane meluap emosi, tetapi setelah meredakan emosinya, baru berbicara demikian ke dia.
“Ya benar, kebetulan sekali, nona Ji, tidak terpikir akan bertemumu di sini.” Wanita ini, benar-benar cari mati, tidak hanya memberikan nomornya ke orang lain, juga masih menyuruh wanita lain mencari dia, apakah dia tidak sabar untuk memberikannya kepada orang lain?
Kalau dia tidak datang tepat waktu, pasti dia sudah ditangkap berandalan itu. Dia tahu, wanita liar ini bisa melakukan hal seperti itu.
Jane mengedipkan matanya, dengan senyum malaikat bertanya: “malam begini, Tuan muda Tanjaya tidur sambal memeluk wanita cantik, apa yang dilakukan disini?”
Sebastian dengan senyum marah menjawab: “Cuaca begini bagus, keluar jalan-jalan.”
“Benar sekali, cuaca bagus begini, seharusnya keluar jalan-jalan. ” Jane sangat marah sampai ingin meludahinya, tetapi hanya bisa melakukannya dalam hati.
Benar juga, cuaca hujan deras dan angin besar seperti ini, siapa tahu bisa menangkap wanita cantik pulang, ini baru merupakan cuaca bagus.
“Nona Ji, bagaimana denganmu? Malam begini, juga keluar jalan-jalan?” dia juga tertawa, tetapi arti tertawanya sangat mendalam, seperti menghardik orang.
“Coba kamu tebak?” masih berani bertanya kenapa dia di luar, jika kalau bukan karena dia, bagaimana dia bisa menyedihkan seperti ini?
“Saya tebak?” Sebastian tertawa dingin, dalam hatinya ada api yang membara, mengepalkan tangannya, dia baru bisa mengontrol emosi untuk tidak mencekik leher wanita liar ini.
“Kamu jangan bilang tidak tahu.”Jane juga tertawa, tetapi mengertakan giginya, jika tidak dapat melawannya, dia pasti akan memukulnya, sampai ayahnya juga tidak mengenalnya.
Dua orang ini, terlihat api dalam udara di mana mereka berada, siapa pun tidak mau mengalah.
“Hai, nona, kebetulan, kita bertemu lagi.” Lelaki brengsek yang menganggu Jane di bus, dia membawa orang, terlihat selalu mengikuti Jane
“Benar, kebetulan!” Jane tertawa, buru-buru menjawab. Dia bukan nya tidak takut, tetapi dalam keadaan seperti ini tidak boleh takut.
“Begini malam, seoang diri tidak pulang sangat berbahaya, biarkan kita mengantar kamu pulang.” Lelaki brengsek itu mendekat, memberikan tanda ke temannya, membuat orang lain menyingkir, mengelilingi Jane.
Jane tertawa, dengan manis menjawab: “Baiklah, kebetulan turun hujan deras saya tidak bisa pulang, menyusahkan kalian.”
Jane menjawab dengan segera, lalu dengan tenang, sedikitpun tidak gusar, malah membuat orang yang mengepungnya sedikit khawatir.
Orang seperti mereka ini, hanya seharian menganggur, melihat wanita cantik, bisa dibohongi ya dibohongi, jika tidak bisa yang diculik, baru dibawa ke tempat yang bisa menghasilkan uang.
Melakukan hal yang memalukan, tetapi hanya bisa sembunyi-sembunyi, tidak punya nyali, malah mereka takut akan bertemu dengan orang yang hebat.
Lelaki brengsek itu bertanya: “Kamu benar sendirian?”
“Benar, saya sendirian, tidak ada orang. Kakak-kakak, kalua tidak kalian antar saya?” Jane sembarangan menunjuk ke satu arah. “Rumah saya ada di sebelah sana, tidak jauh, hanya beberapa langkah, mari kakak-kakak ikut saya pulang.”
“Adik kecil, apa margamu?” beberapa orang di dalamnya merasa pernah melihatnya di mana, tetapi tidak bisa mengingatnya.
Jane dengan tenang menjawab: “Bukannya kalian akan mengantar saya pulang, sampai dirumah akan saya beritahukan marga saya. Oh tidak ???? biar ayah saya yang beritahu saja, dia suka berteman dengan teman baru.”
Baru mendengar jawabannya lelaki itu membisik ke telinga lelaki brengsek itu bertanya: “Kakak Biao, wanita ini bukan orang Aces kan?”
“Mana mungkin?” mendengar dua kata Aces, lelaki brengsek itu langsung takut, walah, jika menganggu orang Aces, maka itu akan menjadi kuburan mereka.
Lelaki itu membalikkan kepala melihat Jane, lalu berbisik ke lelaki brengsek, dengan suara kecil berkata: “Beberapa hari ini kabar pernikahan nona muda Aces sedang gempar, hari itu baru melihat satu foto, tetapi belum disimpan sudah di delete. Jika tidak salah ingat, tampang nona muda Aces seperti ini.”
Lelaki brengsek ini curiga: “Hujan deras begini, nona muda Aces tengah malah seorang diri dijalanan?”
“Mungkin bertengar dengan keluarga. Kakak Biao, arah yang ditunjuknya ??” lelaki itu mengingatkan lelaki brengsek, itu arah, adalah Moonriver, rumah orang-orang kaya di Kota Pasirbumi, ” Kakak Biao, wanita cantik ada dimana-mana, saya rasa jangan cari masalah.
Walaupun wanita cantik ada dimana-mana, tetapi cantik yang enak dilihat, sekali lihat langsung membuat hati berdebar, beberapa tahun ini lelaki brengsek ini baru liat sekali.
Beberapa tahun ini lelaki brengsek ini membohongi orang, jarang-jarang dapat barang bagus, hatinya tahu, pasti dapat harga yang bagus, sangat sayang melepaskan dia.
“Kakak Biao, kamu lihat, mana lebih penting uang atau nyawa?” lelaki itu dengan suara kecil mengingatkan, takut diri sendiri juga akan celaka.
“Adik kecil, margamu apa?” lelaki brengsek itu tidak ingin dengan mudah melepaskannya, mending bertanya, jika dia bilang marga lain, dia tidak akan peduli.
Jika waktu itu dia salah menangkap orang, orang keluarga Tanjaya mencari, tidak bisa menyalahkan dia, dia juga tidak bilang dia orang keluarga Tanjaya.
“Kakak-kakak, kenapa sangat penasaran dengan marga saya?” otak Jane sangat cerdik, tadi melihat mereka berbisik-bisik, dia sedang menebak apa yang mereka diskusikan, mendengar mereka bertanya dia marga apa terus, dia menebak mereka pasti ingin memastikan identitas dia.
Beberapa orang ini, kemungkinan besar orang disini adalah orang suruhan Sebastian orang sialan itu. Orang sialan itu tidak cukup mengerjainya, sekarang mau menyuruh orang lain untuk mencelakainya.
Dia piker, jika bilang dia marga Ji, akan langsung ditangkap orang itu, maka pasti tidak boleh bilang marga sesungguhnya.
Lelaki brengsek itu lanjut Tanya: “Adik kecil, coba kamu jawab, selesai jawab kami akan mengantarmu pulang. Janji akan pulang sampai rumah dengan aman.”
Jane tersenyum, mengedipkan mata: “Karena kalian begitu penasaran, baiklah saya kasih tahu kalian, marga saya ????”
“dia bermarga Tanjaya!” tiba-tiba, terdengar suara dingin dari sekelompok orang itu, sekejap lelaki yang tinggi besar muncul di hadapan mereka.
Semua brandal yang berada di sana, paling bisa mengenal orang, hanya melihat orang ini, mereka tahu tidak bisa berbuat apa-apa, apalagi mendengar kata “Tanjaya”, beberapa orang lalu segera bubar.
Sebastian berjalan menuju ke samping Jane, dengan dingin melihatnya.
Dia lebih tinggi darinya, dan juga membawa aura yang sangat kuat, berdiri didepannya membuat dia merasa tertekan, tetapi dia tidak mau menjadi tidak berguna, dengan senyum berkata: “Tuan muda Tanjaya, wah kamu ya! Kebetulan sekali, tidak terpikir akan bertemu denganmu di sini.”
Melihat sendiri begitu berantakan, hampir diculik brandalan, Jane meluap emosi, tetapi setelah meredakan emosinya, baru berbicara demikian ke dia.
“Ya benar, kebetulan sekali, nona Ji, tidak terpikir akan bertemumu di sini.” Wanita ini, benar-benar cari mati, tidak hanya memberikan nomornya ke orang lain, juga masih menyuruh wanita lain mencari dia, apakah dia tidak sabar untuk memberikannya kepada orang lain?
Kalau dia tidak datang tepat waktu, pasti dia sudah ditangkap berandalan itu. Dia tahu, wanita liar ini bisa melakukan hal seperti itu.
Jane mengedipkan matanya, dengan senyum malaikat bertanya: “malam begini, Tuan muda Tanjaya tidur sambal memeluk wanita cantik, apa yang dilakukan disini?”
Sebastian dengan senyum marah menjawab: “Cuaca begini bagus, keluar jalan-jalan.”
“Benar sekali, cuaca bagus begini, seharusnya keluar jalan-jalan. ” Jane sangat marah sampai ingin meludahinya, tetapi hanya bisa melakukannya dalam hati.
Benar juga, cuaca hujan deras dan angin besar seperti ini, siapa tahu bisa menangkap wanita cantik pulang, ini baru merupakan cuaca bagus.
“Nona Ji, bagaimana denganmu? Malam begini, juga keluar jalan-jalan?” dia juga tertawa, tetapi arti tertawanya sangat mendalam, seperti menghardik orang.
“Coba kamu tebak?” masih berani bertanya kenapa dia di luar, jika kalau bukan karena dia, bagaimana dia bisa menyedihkan seperti ini?
“Saya tebak?” Sebastian tertawa dingin, dalam hatinya ada api yang membara, mengepalkan tangannya, dia baru bisa mengontrol emosi untuk tidak mencekik leher wanita liar ini.
“Kamu jangan bilang tidak tahu.”Jane juga tertawa, tetapi mengertakan giginya, jika tidak dapat melawannya, dia pasti akan memukulnya, sampai ayahnya juga tidak mengenalnya.
Dua orang ini, terlihat api dalam udara di mana mereka berada, siapa pun tidak mau mengalah.
Bình luận facebook