Viet Writer
Và Mai Có Nắng
-
Bab 1054
Bab 1054 Kamu Tunggulah Sebentar
“Aku tidak sanggup?” Wajah Sebastian berubah, memandangi Jane dengan suram.
“Naiklah kalau kamu sanggup.” Sudah jelas tahu lelaki paling tidak bisa dibilang tidak sanggup oleh orang lain, Jane masih saja mau bilang begitu, karena langsung melakukan lebih baik daripada mendengar dia mempermalukannya disini.
Sebastian juga tidak basa basi lagi, dia mau menggunakan gerakan untuk memberitahu padanya, walaupun semalam sudah melakukan beberapa kali, yang dia masih miliki adalah tenaga yang bisa membuatnya setengah mati.
Namun saat ketika panah sudah akan ditembakkan, Jane tiba-tiba berteriak berhenti: “Itu Sebastian, tunggu sebentar.”
Sebastian berkeringat, memandanginya dengan tidak sabar: “Nyonya Tanjaya, kamu mengira disaat seperti ini aku masih bisa berhenti, kamu sungguh menghargaiku.”
Tuan muda Tanjaya, tentu aku percaya kamu bisa, kamu tunggu sebentar, tunggu sebentar saja.” Jane menjulurkan tangan mengambil kotak barang sekali pakai yang tersimpan di lemari diatas kepala ranjang, syukurlah ada barang yang dia perlukan, dia mengambil satu buah, “Kamu pakailah, pakailah ini kita baru lanjutkan.”
Dia tidak ingin dituangkan obat kontrasepsi olehnya lagi, kalau masih dituangkan dalam beberapa hari ini akan memakan habis jatah satu tahun, nanti saat menikah dengan orang dan menginginkan anak sudah tidak mungkin lagi.
Raut wajah Sebastian menyuram, namun dia akhirnya mendengar ucapannya, di waktu yang genting ini memasang barang yang diberikan olehnya.
Lagipula, umurnya masih kecil, seharusnya masih belum dengan baik mempersiapkan melahirkan anak, dia juga tidak terpikirkan mau memiliki anak, sangat penting untuk mengambil langkah yang diperlukan.
Jane melihat dia memakainya dengan wajah memerah, dalam hati berpikir dia tidak membuatnya mati, sungguh keberuntungan baginya, di kehidupan selanjutnya dia pasti mau menjadi lelaki, membiarkan Sebastian si brengsek ini menjadi perempuan, juga membiarkan dia merasakan kehebatannya.
……
Tidak tahu melakukan berapa lama, saat akhirnya berhenti, Janemerasa separuh nyawanya hampir habis, namun dia sangat jelas mengingat pengalaman pertamanya.
Sebastian lelaki ini kali ini ada menjaga perasaaannya, kadang-kadang ada berkomunikasi dengannya, garang disaat perlu garang, lembut disaat perlu lembut.
Misalkan saat ini dia masih memeluknya didalam pelukan dan menenangkannya, tidak seperti dua kali yang dulu, menaikkan celana dan pergi, seperti dia sungguh dipanggilnya dari luar.
Karena pengalaman menyenangkan, perasaan Jane juga baik saja, menjulurkan tangan menekan-nekan dada Sebastian : “Sangat kuat ya. Kamu sering gym?”
Sebastian juga kelihatan sangat puas, tidak bisa menahan diri merendahkan kepala menciumnya: “Sepertinya kamu masih sangat segar, apakah mau sekali lagi?”
Jane dengan cepat berguling pergi kesamping: “Sudah tiga kali, kalau mau lagi sungguh akan mengambil nyawa orang.”
Sebastian menarik dia kembali kedalam pelukan: “Tidak ingin mati, maka tidurlah dengan patuh.”
Jane bergelut didalam pelukannya tidak berani bergerak lagi, dan juga tidak tahu bagaimana, jelas-jelas sangat lelah namun tidak bisa tidur, dia melihat-lihat didalam pelukannya, lalu melihat bekas itu dibawah jantungnya, menjulurkan tangan menekan-nekan: “Saat itu pasti sangat sakit ya.”
Hal ini, Sebastian tidak ingin diungkit oleh siapapun, terutama oleh Jane, dia memeluk erat tangannya: “Pejamkan mata, tidur.”
Jane memajukan bibirnya: “Ya sudah kalau tidak mau bilang. Aku juga tidak ingin tahu.” Lagipula dia sudah tahu, dia bilang atau tidak juga tidak ada masalah.
……
Terbangun dari tidur, langit sudah sangat terang. Jane bergerak dengan ringan masih belum bergerak, sebuah lengan yang bertenaga bergerak lebih cepat darinya, memeluknya erat, membuatnya tidak bisa bergerak lagi.
“Jangan ribut lagi. Langit sudah terang.” Melewati komunikasi yang ramah semalam, sedikit banyak Jane masih ada sedikit rasa malu seorang gadis kecil.
Tidak mendengar jawabannya, dia menaikkan kepala dengan ringan melihatnya, melihat dia memejamkan mata seperti masih belum bangun, barusan dipeluknya, hanya sebuah reaksi saja.
Walaupun diantara mereka berdua tidak ada cinta, namun setelah melewati sebuah olahraga yang menyegarkan masih bisa dipeluk seperti ini oleh orang, membuat dia merasa dirinya ada sedikit dihargai.
Walaupun hanya ada sedikit, juga bisa membuat hatinya sedikit banyak melembut.
Dia menempel ke dalam pelukannya, berpura-pura orang yang memeluk dirinya adalah lelaki yang dia sukai, berpura-pura diantara mereka bukan hanya ada kebutuhan fisik.
Melihat dia seperti seekor kucing yang jinak bergelut didalam pelukannya, bibir Sebastian yang seksi sedikit teracung, didalam matanya juga ada sedikit rasa ingin tertawa.
Dia mengira dia masih belum terbangun, maka dia berpura-pura belum bangun, memegang badannya yang lembut, berbaring bersama, walau tidak melakukan apa-apa, perasaan ini lumayan nyaman.
……
Matahari perlahan meninggi, sudah hampir siang didepan mata, dua orang yang tidak rela bangun akhirnya menyadari begini terus bukanlah solusi.Janebergerak dulu: “Itu…… Lepaskan aku kalau kamu sudah bangun, aku ingin mandi. Badan sangat lengket, rasanya tidak enak.”
Sebastian mengeluarkan sebuah ucapan: “Mandi bersama.”
Jane melihat dia dengan pandangan melihat hidung belang: “Sebastian bajingan, bisakah kendalikan dirimu? Kalau begini terus, ginjalmu tidak akan bisa ditolong walaupun kamu meminum obat penguat ginjal.”
Sebastian pura-pura bodoh: “Ada hubungan apa antara mandi dengan menjaga ginjal.”
Jane menjulingkan matanya: “Kamu jangan sampai menyangkal, sekali melihat pandanganmu, aku tahu hatimu bermaksud tidak baik.”
Mandi bersama?
Dia masih bisa memikirkannya keluar.
Tulangnya sekarang masih sakit seperti baru selesai berkelahi, kalau mandi bersama lagi, mungkin tulangnya perlu disusun ulang lagi. Maka, lelaki bukanlah barang yang baik, adalah binatang yang berpikir dengan menggunakan separuh badan kebawah, tidak ada beberapa orang yang mengerti menahan diri.
“Baik, kamu mandi dulu. Ingin makan apa, aku membiarkan orang mengantarkannya kemari.” Sebastian juga tahu mandi bersama sepertinya akan diluar kendali, maka hari ini jangan berpikir pulang ke Pasirbumi lagi.
Jane melompat turun dari ranjang, berjalan ke kamar mandi dengan cepat: “Aku mau makan kaki babi dan daging babi rebus ditambah paha ayam, pokoknya daging makin banyak makin bagus.”
Sebastian : “……”
Masih ingin makan daging, semalam masih tidak cukup makan kah, dia tidak bosan. Dia mengangkat telepon, menelepon, membiarkan orang mengatur sarapan. Ah tidak, jam sekarang sudah lewat memesan sarapan lagi, sudah seharusnya makan siang.
Kedua orang mandi, mengganti pakaian, makan siang juga tepat diantarkan.
Jane melihat kotak-kotak yang wangi, berpikir didalamnya ada ayam panggang kaki babi rebus dan lainnya yang dia suka makan, dia tidak sabar memancarkan cahaya dari kedua matanya.
Namun ketika dia membuka kotak satu per satu, semuanya makanan yang tidak berlemak, saat tidak melihat ada setetespun lemak daging, dia memanggil dengan kecewa.
Dia memelototi lelaki didepannya dengan kesal: “Sebastian, mana punyaku? Sayur yang kamu pesan mana?”
Lelaki rendahan ini, jangan bertanya padanya kalau tidak memesan untuknya, sudah bertanya masih tidak memesan untuknya, sungguh ingin membuat dia kesal, ini adalah trik baru yang terpikirkan olehnya untuk membuatnya mati kah?
Sebastian menyendok semangkuk bubur, mendorongnya ke perutnya: “Selesai olahraga tidak bagus makan makanan yang terlalu berlemak, makan sedikit yang tidak berlemak.”
“Aku beritahukan padamu, aku sudah hidup dua puluh tahun, tidak pernah mendengar saat selesai olahraga tidak boleh makan daging. Kamu memang pelit, masih mau mencari alasan yang begitu jelek. Sudahlah, anggap saja aku sudah mengenal kamu tuan muda Sebastian kamu, intinya seorang yang sangat pelit sekali.” Membuatnya makan bubur putih dan sayuran itu, lebih kejam dari membunuhnya dengan pisau.
“Aku tidak sanggup?” Wajah Sebastian berubah, memandangi Jane dengan suram.
“Naiklah kalau kamu sanggup.” Sudah jelas tahu lelaki paling tidak bisa dibilang tidak sanggup oleh orang lain, Jane masih saja mau bilang begitu, karena langsung melakukan lebih baik daripada mendengar dia mempermalukannya disini.
Sebastian juga tidak basa basi lagi, dia mau menggunakan gerakan untuk memberitahu padanya, walaupun semalam sudah melakukan beberapa kali, yang dia masih miliki adalah tenaga yang bisa membuatnya setengah mati.
Namun saat ketika panah sudah akan ditembakkan, Jane tiba-tiba berteriak berhenti: “Itu Sebastian, tunggu sebentar.”
Sebastian berkeringat, memandanginya dengan tidak sabar: “Nyonya Tanjaya, kamu mengira disaat seperti ini aku masih bisa berhenti, kamu sungguh menghargaiku.”
Tuan muda Tanjaya, tentu aku percaya kamu bisa, kamu tunggu sebentar, tunggu sebentar saja.” Jane menjulurkan tangan mengambil kotak barang sekali pakai yang tersimpan di lemari diatas kepala ranjang, syukurlah ada barang yang dia perlukan, dia mengambil satu buah, “Kamu pakailah, pakailah ini kita baru lanjutkan.”
Dia tidak ingin dituangkan obat kontrasepsi olehnya lagi, kalau masih dituangkan dalam beberapa hari ini akan memakan habis jatah satu tahun, nanti saat menikah dengan orang dan menginginkan anak sudah tidak mungkin lagi.
Raut wajah Sebastian menyuram, namun dia akhirnya mendengar ucapannya, di waktu yang genting ini memasang barang yang diberikan olehnya.
Lagipula, umurnya masih kecil, seharusnya masih belum dengan baik mempersiapkan melahirkan anak, dia juga tidak terpikirkan mau memiliki anak, sangat penting untuk mengambil langkah yang diperlukan.
Jane melihat dia memakainya dengan wajah memerah, dalam hati berpikir dia tidak membuatnya mati, sungguh keberuntungan baginya, di kehidupan selanjutnya dia pasti mau menjadi lelaki, membiarkan Sebastian si brengsek ini menjadi perempuan, juga membiarkan dia merasakan kehebatannya.
……
Tidak tahu melakukan berapa lama, saat akhirnya berhenti, Janemerasa separuh nyawanya hampir habis, namun dia sangat jelas mengingat pengalaman pertamanya.
Sebastian lelaki ini kali ini ada menjaga perasaaannya, kadang-kadang ada berkomunikasi dengannya, garang disaat perlu garang, lembut disaat perlu lembut.
Misalkan saat ini dia masih memeluknya didalam pelukan dan menenangkannya, tidak seperti dua kali yang dulu, menaikkan celana dan pergi, seperti dia sungguh dipanggilnya dari luar.
Karena pengalaman menyenangkan, perasaan Jane juga baik saja, menjulurkan tangan menekan-nekan dada Sebastian : “Sangat kuat ya. Kamu sering gym?”
Sebastian juga kelihatan sangat puas, tidak bisa menahan diri merendahkan kepala menciumnya: “Sepertinya kamu masih sangat segar, apakah mau sekali lagi?”
Jane dengan cepat berguling pergi kesamping: “Sudah tiga kali, kalau mau lagi sungguh akan mengambil nyawa orang.”
Sebastian menarik dia kembali kedalam pelukan: “Tidak ingin mati, maka tidurlah dengan patuh.”
Jane bergelut didalam pelukannya tidak berani bergerak lagi, dan juga tidak tahu bagaimana, jelas-jelas sangat lelah namun tidak bisa tidur, dia melihat-lihat didalam pelukannya, lalu melihat bekas itu dibawah jantungnya, menjulurkan tangan menekan-nekan: “Saat itu pasti sangat sakit ya.”
Hal ini, Sebastian tidak ingin diungkit oleh siapapun, terutama oleh Jane, dia memeluk erat tangannya: “Pejamkan mata, tidur.”
Jane memajukan bibirnya: “Ya sudah kalau tidak mau bilang. Aku juga tidak ingin tahu.” Lagipula dia sudah tahu, dia bilang atau tidak juga tidak ada masalah.
……
Terbangun dari tidur, langit sudah sangat terang. Jane bergerak dengan ringan masih belum bergerak, sebuah lengan yang bertenaga bergerak lebih cepat darinya, memeluknya erat, membuatnya tidak bisa bergerak lagi.
“Jangan ribut lagi. Langit sudah terang.” Melewati komunikasi yang ramah semalam, sedikit banyak Jane masih ada sedikit rasa malu seorang gadis kecil.
Tidak mendengar jawabannya, dia menaikkan kepala dengan ringan melihatnya, melihat dia memejamkan mata seperti masih belum bangun, barusan dipeluknya, hanya sebuah reaksi saja.
Walaupun diantara mereka berdua tidak ada cinta, namun setelah melewati sebuah olahraga yang menyegarkan masih bisa dipeluk seperti ini oleh orang, membuat dia merasa dirinya ada sedikit dihargai.
Walaupun hanya ada sedikit, juga bisa membuat hatinya sedikit banyak melembut.
Dia menempel ke dalam pelukannya, berpura-pura orang yang memeluk dirinya adalah lelaki yang dia sukai, berpura-pura diantara mereka bukan hanya ada kebutuhan fisik.
Melihat dia seperti seekor kucing yang jinak bergelut didalam pelukannya, bibir Sebastian yang seksi sedikit teracung, didalam matanya juga ada sedikit rasa ingin tertawa.
Dia mengira dia masih belum terbangun, maka dia berpura-pura belum bangun, memegang badannya yang lembut, berbaring bersama, walau tidak melakukan apa-apa, perasaan ini lumayan nyaman.
……
Matahari perlahan meninggi, sudah hampir siang didepan mata, dua orang yang tidak rela bangun akhirnya menyadari begini terus bukanlah solusi.Janebergerak dulu: “Itu…… Lepaskan aku kalau kamu sudah bangun, aku ingin mandi. Badan sangat lengket, rasanya tidak enak.”
Sebastian mengeluarkan sebuah ucapan: “Mandi bersama.”
Jane melihat dia dengan pandangan melihat hidung belang: “Sebastian bajingan, bisakah kendalikan dirimu? Kalau begini terus, ginjalmu tidak akan bisa ditolong walaupun kamu meminum obat penguat ginjal.”
Sebastian pura-pura bodoh: “Ada hubungan apa antara mandi dengan menjaga ginjal.”
Jane menjulingkan matanya: “Kamu jangan sampai menyangkal, sekali melihat pandanganmu, aku tahu hatimu bermaksud tidak baik.”
Mandi bersama?
Dia masih bisa memikirkannya keluar.
Tulangnya sekarang masih sakit seperti baru selesai berkelahi, kalau mandi bersama lagi, mungkin tulangnya perlu disusun ulang lagi. Maka, lelaki bukanlah barang yang baik, adalah binatang yang berpikir dengan menggunakan separuh badan kebawah, tidak ada beberapa orang yang mengerti menahan diri.
“Baik, kamu mandi dulu. Ingin makan apa, aku membiarkan orang mengantarkannya kemari.” Sebastian juga tahu mandi bersama sepertinya akan diluar kendali, maka hari ini jangan berpikir pulang ke Pasirbumi lagi.
Jane melompat turun dari ranjang, berjalan ke kamar mandi dengan cepat: “Aku mau makan kaki babi dan daging babi rebus ditambah paha ayam, pokoknya daging makin banyak makin bagus.”
Sebastian : “……”
Masih ingin makan daging, semalam masih tidak cukup makan kah, dia tidak bosan. Dia mengangkat telepon, menelepon, membiarkan orang mengatur sarapan. Ah tidak, jam sekarang sudah lewat memesan sarapan lagi, sudah seharusnya makan siang.
Kedua orang mandi, mengganti pakaian, makan siang juga tepat diantarkan.
Jane melihat kotak-kotak yang wangi, berpikir didalamnya ada ayam panggang kaki babi rebus dan lainnya yang dia suka makan, dia tidak sabar memancarkan cahaya dari kedua matanya.
Namun ketika dia membuka kotak satu per satu, semuanya makanan yang tidak berlemak, saat tidak melihat ada setetespun lemak daging, dia memanggil dengan kecewa.
Dia memelototi lelaki didepannya dengan kesal: “Sebastian, mana punyaku? Sayur yang kamu pesan mana?”
Lelaki rendahan ini, jangan bertanya padanya kalau tidak memesan untuknya, sudah bertanya masih tidak memesan untuknya, sungguh ingin membuat dia kesal, ini adalah trik baru yang terpikirkan olehnya untuk membuatnya mati kah?
Sebastian menyendok semangkuk bubur, mendorongnya ke perutnya: “Selesai olahraga tidak bagus makan makanan yang terlalu berlemak, makan sedikit yang tidak berlemak.”
“Aku beritahukan padamu, aku sudah hidup dua puluh tahun, tidak pernah mendengar saat selesai olahraga tidak boleh makan daging. Kamu memang pelit, masih mau mencari alasan yang begitu jelek. Sudahlah, anggap saja aku sudah mengenal kamu tuan muda Sebastian kamu, intinya seorang yang sangat pelit sekali.” Membuatnya makan bubur putih dan sayuran itu, lebih kejam dari membunuhnya dengan pisau.