Viet Writer
Và Mai Có Nắng
-
Bab 52
Bab 52 Sindiran Dari Sahabat
Ariella yang sekarang, meski masih semenarik dulu, tapi sudah tidak bisa melihat keberadaannya lagi di matanya.
Memikirkan bahwa di dalam hati Ariella hanya ada si Carlson itu, hati Ivander secara tak sadar memiliki amarah.
Pria seperti itu yang hanya mampu membeli mobil bernilai ratusan juta saja, atas dasar apa dia bisa menikahi Ariella miliknya? Atas dasar apa Ariella begitu setia padanya?
Memikirkan hal ini, semua jenis emosi masuk ke dalam pikiran Ivander, sebagian besar adalah hal yang seharusnya menjadi miliknya malah diambil oleh orang lain.
Ivander yang hidup hingga sebesar ini, tidak pernah tidak mendapatkan sesuatu yang dia inginkan, dia harus mengambil kembali Ariella dari tangan Carlson.
Dia kembali berkata: “Teknologi Inovatif sudah menjadi seperti itu, tapi si Carlson itu masih belum bertindak, sebenarnya apa yang sedang dia mainkan? Apa aku terlalu melebih-lebihkannya, sebenarnya kekuatannya yang sebenarnya hanyalah sebatas itu saja.”
Yadi berkata menyenangkan hatinya: “Tuan Ivander, Group Primedia adalah salah satu yang terbaik di negeri ini, ketika kita mengeluarkan berita itu, banyak perusahaan yang takut untuk bekerja sama dengan Teknologi Inovatif lagi. Dalam keadaan seperti itu, jika dia dapat melawan merupakan sebuah keajaiban.”
Pada awalnya, Ivander masih memiliki beberapa tindakan pencegahan untuk Teknologi Inovatif, tapi beberapa hari ini dia menemukan bahwa Teknologi Inovatif tidak sekuat yang dia kira, sepertinya dia benar-benar terlalu melebih-lebihkan Carlson.
“Ariel, untuk apa kamu terus mengikuti orang yang tidak berguna seperti itu, kembalilah di sisiku, aku bisa memberikan semua yang kamu inginkan, apakah itu tidak baik?” Ivander mengabaikan keberadaan Yadi, berkata pada dirinya sendiri.
Yadi kembali berkata: “Tuan Ivander, apa kamu ingin aku mengingatkan Carlson itu? Aku khawatir dia terlalu lambat, tidak berpikir bahwa maksud sebenarnya dari penekananmu pada Teknologi Inovatif adalah menginginkan Nona Ariella kembali ke sisimu.”
“Kamu pergi untuk membuat janji dengannya.” Ada sorot cahaya licik dari pandangan mata Ivander, kemudian dia berkata, “Aku ingin menemuinya. Membuatnya tahu perbedaan antara orang-orang. Wanita milikku, tidak pantas dimiliki oleh orang sepertinya.”
……
Sudah beberapa hari sejak Carlson demam tinggi, Carlson juga sudah beberapa hari pergi dinas, tapi Ariella bagai masih hidup di hari itu dan masih tidak keluar.
Ariella merasa Carlson sangat aneh hari itu, suaranya sangat seksi ketika berbicara dengannya, pandangan matanya juga sangat lembut, yang belum pernah dia lihat sebelumnya.
Hari itu, dia menemani Carlson berbaring sebentar, tapi pada akhirnya dia yang tertidur lebih lama daripada Carlson.
Ketika terbangun, langsung menatap sepasang mata hitam pekat milik Carlson, pandangan mata Carlson padanya sangat dalam dan rumit.
Ariella membuka mulut ingin berbicara, tapi kepalanya tiba-tiba menunduk, menciumnya dengan keras, menciumnya hingga Ariella sulit bernapas, Carlson mengatakan kalimat seperti ini.
“Ariella, apakah bibirmu ini opium?”
Saat itu Ariella masih dengan bodoh bertanya apa yang Carlson maksud, tapi ketika melihat senyumnya yang tidak ada niad baik, Ariella tiba-tiba menyadari – opium itu beracun, dan sekali terjebak maka tidak bisa keluar!
Memikirkan apa yang dikatakan Carlson, Ariella tanpa sadar menjilat bibirnya, sepertinya ada perasaan mati rasa di antara bibirnya ketika Carlson dengan pelan menggigitnya.
“Ariella, gadis busuk, apa yang kamu pikirkan? Aku sudah lama datang dan kamu masih mengabaikanku.”
Puspita bagai suara halilintar yang membuatnya kembali tersadar, dia langsung melihat Puspita yang menatapnya dengan pandangan tidak senang.
Ariella buru-buru menuangkan secangkir teh padanya: “Sayang, kamu telah bekerja keras, minumlah teh ini dulu untuk melegakan tenggorokanmu.”
Puspita duduk di seberang Ariella, mengambil secangkir teh itu dan meminumnya, tapi matanya tidak lepas dari Ariella.
Dia melihat Ariella dan menilainya untuk waktu yang lama: “Lihatlah kamu yang tersenyum seperti ini. Hanya kurang menuliskan kata-kata di wajahmu, aku sedang kasmaran! Aku kasmaran!”
Suara Puspita sangat besar, dan tidak mempedulikan apakah ada orang lain di sekitarnya. Lihatlah, ketika kata-kata itu dikeluarkan, orang-orang di meja samping mereka menoleh untuk melihat ke arah mereka.
Ariella melotot padanya sekilas: “Hei, Nona besar Puspita, bisakah ketika kita berbicara masih tetap menjaga citra kita sendiri, jangan biarkan orang lain menjadikan kita lelucon, oke?”
Puspita menanggalkan jaketnya, sambil melotot pada para lelaki yang memandang ke arah mereka: “Ada seorang wanita cantik sepertimu yang duduk di sini, mata-mata mereka daritadi sudah melihat ke sini. Hanya saja kamu sibuk memikirkan pria-mu dan tidak memperhatikannya saja.”
Ketika Puspita masuk ke dalam restoran, hal pertama yang dia cari bukanlah Ariella, tapi pandangan para pria itu, mencari pandangan mereka maka pasti akan menemukan Ariella.
Benar saja seperti dugaan Puspita, menyusuri pandangan mata dua orang pria, dia langsung melihat Ariella yang duduk di sudut.
Ariella tersenyum dengan hangat dan lembut, tenggelam dalam mimpi indahnya sendiri, tidak memperhatikan tatapan di sekitarnya yang melihat ke arahnya.
Dapat dilihat bahwa Ariella sedang dalam kondisi jatuh cinta, itu artinya, Ariella benar-benar sudah keluar dari bayang-bayang perasaan masa lalu. Puspita benar-benar sangat bahagia untuk Ariella.
“Sepertinya jika ingin kamu tidak berbicara, perlu memanggil beberapa piring makanan lagi untuk membungkam mulutmu.” Ariella menyerahkan menu pada Puspita, “Aku sudah memesan hotpot, isinya biar kamu saja yang memesan.”
“Perut, usus bebek, jamur enoki … Ini semua penting ketika memakan hotpot.” Puspita menyeburkan tidak lebih dari 10 jenis sayur dalam satu tarikan napas, tanpa terengah-engah, benar-benar terlihat bahwa dia sangat suka makan.
Semenjak SMA, Ariella dan Puspita sudah mulai menjelajah berbagai restoran bersama-sama, untuk beberapa waktu mereka masih memakan hidangan dan kemudian membuat tulisan untuk diposting, postingan mereka juga dilihat oleh editor makanan, kemudian editor makanan tersebut mencari mereka ingin membuatkan mereka blog mengenai makanan.
Keduanya berkenalan dari dulu hingga sekarang sudah hampir 10 tahun, bagi Ariella, Puspita adalah orang yang sangat penting dalam hidupnya. Jauh jauh lebih penting dibandingkan dengan teman sekelas dan teman biasa.
Setelah Puspita selesai memesan, dia mengeluarkan kotak hadiah dari dalam tas: “Nih, gadis busuk, ini kupilih khusus untukmu, kuharap kamu menyukainya.”
Ariella melihat kotak kado yang dibungkus dengan sangat indah, menggerakkan tangan ingin membukanya: “Aku ingin melihat apa yang kamu bawa untukku?”
“Ariel, ini adalah kejutan dariku untukmu, bukalah saat pulang.” Puspita bergegas untuk menghentikannya, jika Ariella membuka kotak itu sekarang, diperkirakan orang-orang di restoran semuanya akan menatap ke arah mereka.
Ariella sama sekali tidak curiga, meletakkan kotak itu, menuangkan teh lagi untuk Puspita: “Bukankah Gustin mengatakan bahwa dia akan kembali bersamamu, mengapa kamu kembali sendirian?”
“Perusahaan Aces terlalu besar, tidak mudah untuk mengajukan permohonan transfer kembali ke sini, proses persetujuannya saja sudah melelahkan.” Berbicara soal ini, Puspita sangat marah, apa-apaan perusahaan itu.
Jika bukan karena yang ditawarkan Aces benar-benar sangat baik, dan juga sangat amat sulit untuk masuk dan bekerja di Aces, Puspita pasti akan menyuruh pacarnya untuk mengganti pekerjaan.
Ariella tersenyum: “Jika tidak aku akan meminjamkan Mianmian padamu, untuk menemanimu selama beberapa hari.”
“Apa kamu ingin Mianmian menemaniku, atau kamu merasa bahwa Mianmian mengganggu kalian di rumah?” Berbicara tentang hal ini, Puspita kembali menilai Ariella dengan teliti, “Gadis busuk, aku menyadari raut wajahmu jauh lebih baik, sepertinya pria-mu bisa memuaskanmu.”
Ariella yang sekarang, meski masih semenarik dulu, tapi sudah tidak bisa melihat keberadaannya lagi di matanya.
Memikirkan bahwa di dalam hati Ariella hanya ada si Carlson itu, hati Ivander secara tak sadar memiliki amarah.
Pria seperti itu yang hanya mampu membeli mobil bernilai ratusan juta saja, atas dasar apa dia bisa menikahi Ariella miliknya? Atas dasar apa Ariella begitu setia padanya?
Memikirkan hal ini, semua jenis emosi masuk ke dalam pikiran Ivander, sebagian besar adalah hal yang seharusnya menjadi miliknya malah diambil oleh orang lain.
Ivander yang hidup hingga sebesar ini, tidak pernah tidak mendapatkan sesuatu yang dia inginkan, dia harus mengambil kembali Ariella dari tangan Carlson.
Dia kembali berkata: “Teknologi Inovatif sudah menjadi seperti itu, tapi si Carlson itu masih belum bertindak, sebenarnya apa yang sedang dia mainkan? Apa aku terlalu melebih-lebihkannya, sebenarnya kekuatannya yang sebenarnya hanyalah sebatas itu saja.”
Yadi berkata menyenangkan hatinya: “Tuan Ivander, Group Primedia adalah salah satu yang terbaik di negeri ini, ketika kita mengeluarkan berita itu, banyak perusahaan yang takut untuk bekerja sama dengan Teknologi Inovatif lagi. Dalam keadaan seperti itu, jika dia dapat melawan merupakan sebuah keajaiban.”
Pada awalnya, Ivander masih memiliki beberapa tindakan pencegahan untuk Teknologi Inovatif, tapi beberapa hari ini dia menemukan bahwa Teknologi Inovatif tidak sekuat yang dia kira, sepertinya dia benar-benar terlalu melebih-lebihkan Carlson.
“Ariel, untuk apa kamu terus mengikuti orang yang tidak berguna seperti itu, kembalilah di sisiku, aku bisa memberikan semua yang kamu inginkan, apakah itu tidak baik?” Ivander mengabaikan keberadaan Yadi, berkata pada dirinya sendiri.
Yadi kembali berkata: “Tuan Ivander, apa kamu ingin aku mengingatkan Carlson itu? Aku khawatir dia terlalu lambat, tidak berpikir bahwa maksud sebenarnya dari penekananmu pada Teknologi Inovatif adalah menginginkan Nona Ariella kembali ke sisimu.”
“Kamu pergi untuk membuat janji dengannya.” Ada sorot cahaya licik dari pandangan mata Ivander, kemudian dia berkata, “Aku ingin menemuinya. Membuatnya tahu perbedaan antara orang-orang. Wanita milikku, tidak pantas dimiliki oleh orang sepertinya.”
……
Sudah beberapa hari sejak Carlson demam tinggi, Carlson juga sudah beberapa hari pergi dinas, tapi Ariella bagai masih hidup di hari itu dan masih tidak keluar.
Ariella merasa Carlson sangat aneh hari itu, suaranya sangat seksi ketika berbicara dengannya, pandangan matanya juga sangat lembut, yang belum pernah dia lihat sebelumnya.
Hari itu, dia menemani Carlson berbaring sebentar, tapi pada akhirnya dia yang tertidur lebih lama daripada Carlson.
Ketika terbangun, langsung menatap sepasang mata hitam pekat milik Carlson, pandangan mata Carlson padanya sangat dalam dan rumit.
Ariella membuka mulut ingin berbicara, tapi kepalanya tiba-tiba menunduk, menciumnya dengan keras, menciumnya hingga Ariella sulit bernapas, Carlson mengatakan kalimat seperti ini.
“Ariella, apakah bibirmu ini opium?”
Saat itu Ariella masih dengan bodoh bertanya apa yang Carlson maksud, tapi ketika melihat senyumnya yang tidak ada niad baik, Ariella tiba-tiba menyadari – opium itu beracun, dan sekali terjebak maka tidak bisa keluar!
Memikirkan apa yang dikatakan Carlson, Ariella tanpa sadar menjilat bibirnya, sepertinya ada perasaan mati rasa di antara bibirnya ketika Carlson dengan pelan menggigitnya.
“Ariella, gadis busuk, apa yang kamu pikirkan? Aku sudah lama datang dan kamu masih mengabaikanku.”
Puspita bagai suara halilintar yang membuatnya kembali tersadar, dia langsung melihat Puspita yang menatapnya dengan pandangan tidak senang.
Ariella buru-buru menuangkan secangkir teh padanya: “Sayang, kamu telah bekerja keras, minumlah teh ini dulu untuk melegakan tenggorokanmu.”
Puspita duduk di seberang Ariella, mengambil secangkir teh itu dan meminumnya, tapi matanya tidak lepas dari Ariella.
Dia melihat Ariella dan menilainya untuk waktu yang lama: “Lihatlah kamu yang tersenyum seperti ini. Hanya kurang menuliskan kata-kata di wajahmu, aku sedang kasmaran! Aku kasmaran!”
Suara Puspita sangat besar, dan tidak mempedulikan apakah ada orang lain di sekitarnya. Lihatlah, ketika kata-kata itu dikeluarkan, orang-orang di meja samping mereka menoleh untuk melihat ke arah mereka.
Ariella melotot padanya sekilas: “Hei, Nona besar Puspita, bisakah ketika kita berbicara masih tetap menjaga citra kita sendiri, jangan biarkan orang lain menjadikan kita lelucon, oke?”
Puspita menanggalkan jaketnya, sambil melotot pada para lelaki yang memandang ke arah mereka: “Ada seorang wanita cantik sepertimu yang duduk di sini, mata-mata mereka daritadi sudah melihat ke sini. Hanya saja kamu sibuk memikirkan pria-mu dan tidak memperhatikannya saja.”
Ketika Puspita masuk ke dalam restoran, hal pertama yang dia cari bukanlah Ariella, tapi pandangan para pria itu, mencari pandangan mereka maka pasti akan menemukan Ariella.
Benar saja seperti dugaan Puspita, menyusuri pandangan mata dua orang pria, dia langsung melihat Ariella yang duduk di sudut.
Ariella tersenyum dengan hangat dan lembut, tenggelam dalam mimpi indahnya sendiri, tidak memperhatikan tatapan di sekitarnya yang melihat ke arahnya.
Dapat dilihat bahwa Ariella sedang dalam kondisi jatuh cinta, itu artinya, Ariella benar-benar sudah keluar dari bayang-bayang perasaan masa lalu. Puspita benar-benar sangat bahagia untuk Ariella.
“Sepertinya jika ingin kamu tidak berbicara, perlu memanggil beberapa piring makanan lagi untuk membungkam mulutmu.” Ariella menyerahkan menu pada Puspita, “Aku sudah memesan hotpot, isinya biar kamu saja yang memesan.”
“Perut, usus bebek, jamur enoki … Ini semua penting ketika memakan hotpot.” Puspita menyeburkan tidak lebih dari 10 jenis sayur dalam satu tarikan napas, tanpa terengah-engah, benar-benar terlihat bahwa dia sangat suka makan.
Semenjak SMA, Ariella dan Puspita sudah mulai menjelajah berbagai restoran bersama-sama, untuk beberapa waktu mereka masih memakan hidangan dan kemudian membuat tulisan untuk diposting, postingan mereka juga dilihat oleh editor makanan, kemudian editor makanan tersebut mencari mereka ingin membuatkan mereka blog mengenai makanan.
Keduanya berkenalan dari dulu hingga sekarang sudah hampir 10 tahun, bagi Ariella, Puspita adalah orang yang sangat penting dalam hidupnya. Jauh jauh lebih penting dibandingkan dengan teman sekelas dan teman biasa.
Setelah Puspita selesai memesan, dia mengeluarkan kotak hadiah dari dalam tas: “Nih, gadis busuk, ini kupilih khusus untukmu, kuharap kamu menyukainya.”
Ariella melihat kotak kado yang dibungkus dengan sangat indah, menggerakkan tangan ingin membukanya: “Aku ingin melihat apa yang kamu bawa untukku?”
“Ariel, ini adalah kejutan dariku untukmu, bukalah saat pulang.” Puspita bergegas untuk menghentikannya, jika Ariella membuka kotak itu sekarang, diperkirakan orang-orang di restoran semuanya akan menatap ke arah mereka.
Ariella sama sekali tidak curiga, meletakkan kotak itu, menuangkan teh lagi untuk Puspita: “Bukankah Gustin mengatakan bahwa dia akan kembali bersamamu, mengapa kamu kembali sendirian?”
“Perusahaan Aces terlalu besar, tidak mudah untuk mengajukan permohonan transfer kembali ke sini, proses persetujuannya saja sudah melelahkan.” Berbicara soal ini, Puspita sangat marah, apa-apaan perusahaan itu.
Jika bukan karena yang ditawarkan Aces benar-benar sangat baik, dan juga sangat amat sulit untuk masuk dan bekerja di Aces, Puspita pasti akan menyuruh pacarnya untuk mengganti pekerjaan.
Ariella tersenyum: “Jika tidak aku akan meminjamkan Mianmian padamu, untuk menemanimu selama beberapa hari.”
“Apa kamu ingin Mianmian menemaniku, atau kamu merasa bahwa Mianmian mengganggu kalian di rumah?” Berbicara tentang hal ini, Puspita kembali menilai Ariella dengan teliti, “Gadis busuk, aku menyadari raut wajahmu jauh lebih baik, sepertinya pria-mu bisa memuaskanmu.”