Viet Writer
Và Mai Có Nắng
-
Bab 1025
Bab 1025 Bertengkar
“Bermain rumah-rumahan? Kamu mengira aku ingin bermain denganmu?” Jane menahan rasa sakit yang menjalar dari bahu tangannya, berteriak dengan tidak takut mati, “Aku beritahukan padamu, melihatmu sekali lagi, aku saja bisa merasa mataku kotor.”
Raut wajah Sebastian mengeras, urat keningnya muncul, kenapa dia tidak bisa menebak, saat wanita ini berontak sungguh bukan orang biasa dapat menahannya.
Jane berontak sekuat tenaga, menggunakan segala cara melepaskan tangannya: “Sebastian, aku beritahukan lagi kepadamu, walaupun harus mati, aku juga bersedia menghilangkan semua hubungan denganmu.”
Sebastian memegang erat kepalan tangannya, sedikit menambah kuat tenaganya, pandangan matanya juga mulai suram: “Jane, kamu jangan tidak tahu bersyukur.”
Jane pernah berpikir menahann dia, juga pernah berpikir mau menjadi kura-kura yang menyimpan kepalanya, demi melindungi ibu, menuruti semua hal yang diatur Sebastian, tapi sifat dia ini memang tidak sabaran.
Sifat yang tidak sabaran gampang memancing emosi, kalau sudah naik diri sendiri juga tidak dapat mengendalikannya: “Tidak tahu bersyukur? Kalau begitu, menurutmu, dapat menuliskan namaku di buku akta nikahmu, adalah keberuntunganku?”
Sebastian menarik alisnya: “Bukankah begitu?”
“Ah???? Sungguh sangat sombong, kamu mengira kamu memiliki seorang ayah yang kaya, seluruh wanita didunia harus mengelilingi kamu?” Jane tiba-tiba menundukkan kepala, menggigit atas bahunya, saat dia kesakitan dan melepas tangannya, dia bergegas membalikan badan ke atas meja kerja dan merobek buku merah itu menjadi serpihan.
Melihat buku merah yang hancur menjadi serpihan, hati Jane sangat puas, akhirnya telah melampiaskan sebuah emosi: “Aku umumkan, perjanjian pernikahan kita selamanya tidak mungkin berlaku.”
Akta pernikahan sialan apa?
Mereka bilang ada kekuatan hukum maka ada kekuatan hukum kah? Dia sama sekali tidak mengakuinya, lihatlah mereka dapat berbuat apa padanya.
“Kamu mengira hanya buku merah ini yang memiliki kekuatan hukum?” Sebastian tertawa dingin, seperti sedang menertawakan kekanak-kanakan nya, “Walaupun Nyonya Tanjaya merobek akta nikah untuk bermain, aku akan membiarkan mereka membuat ribuan buku, agar kamu dapat merobeknya dengan senang hati.”
Jane: “Kamu????”
Dia sudah kehilangan semua akal, tapi Sebastian si brengsek ini tidak melepaskannya, seperti sedang memaksanya masuk kepada keputusasaan.
Dia mencoba bicara baik-baik dengannya, menggunakan akal: “tuan muda Sebastian, kita adalah orang yang yang berbicara dengan akal, kita bicaralah dengan akal, bagaimana?”
Dia tidak memotong dia, membiarkan dia terus bicara.
Jane menatap matanya, lanjut berkata: “Kamu lihat, keluargamu ada uang ada kekuasaan, kamu tumbuh begitu tampan, kamu menyukai wanita seperti apa, dia pasti menyukai kamu, kenapa kamu bersikeras menganggu dan tidak melepaskan aku?”
“Wanita yang aku sukai pasti akan menyukaiku?” Mendengar sebuah ucapan ini, Sebastian masih mengira Jane sedang menyindir dia.
Beberapa tahun ini, hal yang ingin dia lakukan sudah dilakukan, hanya satu-satunya tidak dapat membuat gadis yang dia sukai menyukai dirinya sendiri, namun melihat dengan mata kepala sendiri dia menjadi pengantin wanita orang lain.
Jane sepertinya membaca sebuah hal pahit dari pandangan matanya, segera bertanya: “Apakah kamu pernah tulus menyukai seorang gadis?”
Melihat dia memata-matai pikirannya, Sebastian langsung melindungi hatinya sendiri: “Aku menyukai seorang gadis atau tidak, apa hubungannya denganmu?”
Jane bergumam menjawab: “Kamu sudah selesai menarikku mengurus akta nikah, aku tanya padamu apakah ada menyukai seorang gadis, tidak termasuk keterlaluan jika dibandingkan dengan hal yang kamu perbuat.”
Sebastian balik bertanya: “Apakah kamu menyukaiku?”
“Aku suka seekor anjing, dan juga tidak akan menyukai orang seperti kamu.” Jane juga tidak berpikir akan berkata seperti itu, selesai berkata baru terpikirkan sesuatu, “Maksudmu kamu menyukaiku?”
Candaan internasional apa ini!
Walaupun dia mengaku, dia juga tidak akan bisa percaya, terlebih lagi dia sudah melihat dari dalam pandangan matanya sangat sepele dan tidak menganggap orang.
“Menyukaimu? Kamu punya bagian mana yang pantas disukai lelaki?” Membandingkan lidah yang beracun, Sebastian juga tidak kalah dari Jane, dia diam-diam menyimpan rahasia didalam hatinya, “Patuhlah mendengar, jangan ribut lagi, kalau tidak tanggung sendiri akibatnya.”
Dia tidak ada waktu menemani dia ribut disini, tidak ada waktu menemani dia menggila, pernikahan ini sudah selesai, dia ingin menyesal, kecuali dia mati.
Jane menjawab dengan provokasi: “Tanggung sendiri akibatnya? Kamu cekik mati aku. Jika kamu punya kemampuan maka cekik mati saja aku, kalau tidak jangan menakutiku, kamu kira aku tumbuh besar dengan ditakuti olehmu?”
“Minta dihajar!” Bakat mulut wanita ini sungguh bagus tak terpikirkan, tidak bisa berbicara logika dengannya, Sebastian juga tidak ingin berbicara lagi.
“Aku apa?” Dapat membuat dia marah, didalam hati Jane sangat puas, merasa perasaan ini sangat bagus, berdasarkan apa dia dapat menganggunya? Berdasakan apa dia harus mendengarkan dia terus?
Dia juga manusia, yang menyukai kebebasan, seorang yang menjunjung kebebasan mencintai, berdasarkan apa membiarkan dia ditangkap binatang brengsek ini kedalam rumah dan diganggu.
Dia tidak mau lagi!
Tidak perduli Sebastian berpikir bagaimana, dia akan menemaninya sampai akhir, tidak akan lagi menjadi kura-kura yang menyimpan kepala, jika dia ada kemampuan sekali tebas bunuhlah dia.
Kemudian, saat berikutnya, Jane menjadi takut.
Lelaki ini tidak akan membunuhnya, namun dia sanggup menghukumnya dengan cara yang lebih kejam, dan dia tidak berdaya melawan dan menakuti cara itu.
Hal yang terjadi dua hari yang lalu di ruang belajar masih jelas didepan mata, luka diatas badannya masih belum sembuh, saat ini dia malah dipeluk kedalam pelukannya lagi.
Tenaganya sangat besar, memeluknya dengan kuat didalam pelukan, badannya melekat erat dengan badan dia, sampai dia bisa merasakan dengan jelas setiap otot yang ada diatas tubuhnya.
Bersifat paksaan, sombong, kasar, sama persis dengan saat itu???? Jane seperti sudah menebak selanjutnya akan terjadi hal apa yang menakutkan lagi.
“Kamu???? Kamu ingin berbuat apa?” Karena ada pengalaman menakutkan seperti ini, Jane sangat ketakutan, ketakutan sampai gigi atas dan bawahnya bergemertak saat berbicara.
“Aku ingin berbuat apa, apakah perlu melapor kepadamu?” Dia tahu dia sedang ketakutan, bukan pura-pura takut, namun menakuti dia dari dalam tulangnya, tanpa sadar mengurangi sedikit tenaga yang memerangkapnya.
“Jangan????” Dia menggigit bibirnya, seperti sedang merasakan hal yang paling tertekan diseluruh dunia, “Jangan???? Aku mohon padamu jangan lagi menyakitiku!”
Air mata, mengalir keluar dari ujung matanya dengan tidak sengaja, dia menangis ibarat bunga pear yang membawa hujan???? Wanita cantik berair mata, membuat orang yang melihat juga tidak tega menganggu dia lagi.
Lagipula, Sebastian juga bukan sunggu mau menganggunya, dia hanya ingin membiarkan dia menutup mulutnya, ingin dia patuh menerima kenyataan bahwa mereka sudah menjadi suami istri.
“Simpanlah cakarmu yang tajam, patuhlah sedikit, ikuti perintah????” Sebastian sedang berbicara, wanita yang sedang dia peluk tiba-tiba menaikkan kakinya, menendang bagiannya yang paling seksi dan paling lemah.
Sebastian tidak menerka Jane jelas-jelas begitu ketakutan, justru masih bisa membagi fokus menyerangnya, keberanian wanita ini membuat orang terpaksa memperlakukan dia dengan baik.
Tepat karena tidak terpikirkan, dia melonggakan pertahanan terhadapnya, dan karenanya hampir kehilangan keturunan dibuatnya.
Dia menjulurkan tangannya memegang bawahnya, raut wajahnya suram dan menakutkan karena emosi.
“Bermain rumah-rumahan? Kamu mengira aku ingin bermain denganmu?” Jane menahan rasa sakit yang menjalar dari bahu tangannya, berteriak dengan tidak takut mati, “Aku beritahukan padamu, melihatmu sekali lagi, aku saja bisa merasa mataku kotor.”
Raut wajah Sebastian mengeras, urat keningnya muncul, kenapa dia tidak bisa menebak, saat wanita ini berontak sungguh bukan orang biasa dapat menahannya.
Jane berontak sekuat tenaga, menggunakan segala cara melepaskan tangannya: “Sebastian, aku beritahukan lagi kepadamu, walaupun harus mati, aku juga bersedia menghilangkan semua hubungan denganmu.”
Sebastian memegang erat kepalan tangannya, sedikit menambah kuat tenaganya, pandangan matanya juga mulai suram: “Jane, kamu jangan tidak tahu bersyukur.”
Jane pernah berpikir menahann dia, juga pernah berpikir mau menjadi kura-kura yang menyimpan kepalanya, demi melindungi ibu, menuruti semua hal yang diatur Sebastian, tapi sifat dia ini memang tidak sabaran.
Sifat yang tidak sabaran gampang memancing emosi, kalau sudah naik diri sendiri juga tidak dapat mengendalikannya: “Tidak tahu bersyukur? Kalau begitu, menurutmu, dapat menuliskan namaku di buku akta nikahmu, adalah keberuntunganku?”
Sebastian menarik alisnya: “Bukankah begitu?”
“Ah???? Sungguh sangat sombong, kamu mengira kamu memiliki seorang ayah yang kaya, seluruh wanita didunia harus mengelilingi kamu?” Jane tiba-tiba menundukkan kepala, menggigit atas bahunya, saat dia kesakitan dan melepas tangannya, dia bergegas membalikan badan ke atas meja kerja dan merobek buku merah itu menjadi serpihan.
Melihat buku merah yang hancur menjadi serpihan, hati Jane sangat puas, akhirnya telah melampiaskan sebuah emosi: “Aku umumkan, perjanjian pernikahan kita selamanya tidak mungkin berlaku.”
Akta pernikahan sialan apa?
Mereka bilang ada kekuatan hukum maka ada kekuatan hukum kah? Dia sama sekali tidak mengakuinya, lihatlah mereka dapat berbuat apa padanya.
“Kamu mengira hanya buku merah ini yang memiliki kekuatan hukum?” Sebastian tertawa dingin, seperti sedang menertawakan kekanak-kanakan nya, “Walaupun Nyonya Tanjaya merobek akta nikah untuk bermain, aku akan membiarkan mereka membuat ribuan buku, agar kamu dapat merobeknya dengan senang hati.”
Jane: “Kamu????”
Dia sudah kehilangan semua akal, tapi Sebastian si brengsek ini tidak melepaskannya, seperti sedang memaksanya masuk kepada keputusasaan.
Dia mencoba bicara baik-baik dengannya, menggunakan akal: “tuan muda Sebastian, kita adalah orang yang yang berbicara dengan akal, kita bicaralah dengan akal, bagaimana?”
Dia tidak memotong dia, membiarkan dia terus bicara.
Jane menatap matanya, lanjut berkata: “Kamu lihat, keluargamu ada uang ada kekuasaan, kamu tumbuh begitu tampan, kamu menyukai wanita seperti apa, dia pasti menyukai kamu, kenapa kamu bersikeras menganggu dan tidak melepaskan aku?”
“Wanita yang aku sukai pasti akan menyukaiku?” Mendengar sebuah ucapan ini, Sebastian masih mengira Jane sedang menyindir dia.
Beberapa tahun ini, hal yang ingin dia lakukan sudah dilakukan, hanya satu-satunya tidak dapat membuat gadis yang dia sukai menyukai dirinya sendiri, namun melihat dengan mata kepala sendiri dia menjadi pengantin wanita orang lain.
Jane sepertinya membaca sebuah hal pahit dari pandangan matanya, segera bertanya: “Apakah kamu pernah tulus menyukai seorang gadis?”
Melihat dia memata-matai pikirannya, Sebastian langsung melindungi hatinya sendiri: “Aku menyukai seorang gadis atau tidak, apa hubungannya denganmu?”
Jane bergumam menjawab: “Kamu sudah selesai menarikku mengurus akta nikah, aku tanya padamu apakah ada menyukai seorang gadis, tidak termasuk keterlaluan jika dibandingkan dengan hal yang kamu perbuat.”
Sebastian balik bertanya: “Apakah kamu menyukaiku?”
“Aku suka seekor anjing, dan juga tidak akan menyukai orang seperti kamu.” Jane juga tidak berpikir akan berkata seperti itu, selesai berkata baru terpikirkan sesuatu, “Maksudmu kamu menyukaiku?”
Candaan internasional apa ini!
Walaupun dia mengaku, dia juga tidak akan bisa percaya, terlebih lagi dia sudah melihat dari dalam pandangan matanya sangat sepele dan tidak menganggap orang.
“Menyukaimu? Kamu punya bagian mana yang pantas disukai lelaki?” Membandingkan lidah yang beracun, Sebastian juga tidak kalah dari Jane, dia diam-diam menyimpan rahasia didalam hatinya, “Patuhlah mendengar, jangan ribut lagi, kalau tidak tanggung sendiri akibatnya.”
Dia tidak ada waktu menemani dia ribut disini, tidak ada waktu menemani dia menggila, pernikahan ini sudah selesai, dia ingin menyesal, kecuali dia mati.
Jane menjawab dengan provokasi: “Tanggung sendiri akibatnya? Kamu cekik mati aku. Jika kamu punya kemampuan maka cekik mati saja aku, kalau tidak jangan menakutiku, kamu kira aku tumbuh besar dengan ditakuti olehmu?”
“Minta dihajar!” Bakat mulut wanita ini sungguh bagus tak terpikirkan, tidak bisa berbicara logika dengannya, Sebastian juga tidak ingin berbicara lagi.
“Aku apa?” Dapat membuat dia marah, didalam hati Jane sangat puas, merasa perasaan ini sangat bagus, berdasarkan apa dia dapat menganggunya? Berdasakan apa dia harus mendengarkan dia terus?
Dia juga manusia, yang menyukai kebebasan, seorang yang menjunjung kebebasan mencintai, berdasarkan apa membiarkan dia ditangkap binatang brengsek ini kedalam rumah dan diganggu.
Dia tidak mau lagi!
Tidak perduli Sebastian berpikir bagaimana, dia akan menemaninya sampai akhir, tidak akan lagi menjadi kura-kura yang menyimpan kepala, jika dia ada kemampuan sekali tebas bunuhlah dia.
Kemudian, saat berikutnya, Jane menjadi takut.
Lelaki ini tidak akan membunuhnya, namun dia sanggup menghukumnya dengan cara yang lebih kejam, dan dia tidak berdaya melawan dan menakuti cara itu.
Hal yang terjadi dua hari yang lalu di ruang belajar masih jelas didepan mata, luka diatas badannya masih belum sembuh, saat ini dia malah dipeluk kedalam pelukannya lagi.
Tenaganya sangat besar, memeluknya dengan kuat didalam pelukan, badannya melekat erat dengan badan dia, sampai dia bisa merasakan dengan jelas setiap otot yang ada diatas tubuhnya.
Bersifat paksaan, sombong, kasar, sama persis dengan saat itu???? Jane seperti sudah menebak selanjutnya akan terjadi hal apa yang menakutkan lagi.
“Kamu???? Kamu ingin berbuat apa?” Karena ada pengalaman menakutkan seperti ini, Jane sangat ketakutan, ketakutan sampai gigi atas dan bawahnya bergemertak saat berbicara.
“Aku ingin berbuat apa, apakah perlu melapor kepadamu?” Dia tahu dia sedang ketakutan, bukan pura-pura takut, namun menakuti dia dari dalam tulangnya, tanpa sadar mengurangi sedikit tenaga yang memerangkapnya.
“Jangan????” Dia menggigit bibirnya, seperti sedang merasakan hal yang paling tertekan diseluruh dunia, “Jangan???? Aku mohon padamu jangan lagi menyakitiku!”
Air mata, mengalir keluar dari ujung matanya dengan tidak sengaja, dia menangis ibarat bunga pear yang membawa hujan???? Wanita cantik berair mata, membuat orang yang melihat juga tidak tega menganggu dia lagi.
Lagipula, Sebastian juga bukan sunggu mau menganggunya, dia hanya ingin membiarkan dia menutup mulutnya, ingin dia patuh menerima kenyataan bahwa mereka sudah menjadi suami istri.
“Simpanlah cakarmu yang tajam, patuhlah sedikit, ikuti perintah????” Sebastian sedang berbicara, wanita yang sedang dia peluk tiba-tiba menaikkan kakinya, menendang bagiannya yang paling seksi dan paling lemah.
Sebastian tidak menerka Jane jelas-jelas begitu ketakutan, justru masih bisa membagi fokus menyerangnya, keberanian wanita ini membuat orang terpaksa memperlakukan dia dengan baik.
Tepat karena tidak terpikirkan, dia melonggakan pertahanan terhadapnya, dan karenanya hampir kehilangan keturunan dibuatnya.
Dia menjulurkan tangannya memegang bawahnya, raut wajahnya suram dan menakutkan karena emosi.
Bình luận facebook