Viet Writer
Và Mai Có Nắng
-
Bab 1029
Bab 1029 Permintaan Maaf
Setelah memberikan air padanya, pandangan Sebastian kembali melihat ke arah depan, tidak perduli Jane berkata bagaimana, dia seperti tuli, tidak menghiraukannya.
Jane berdehem sekali, berkata diam-diam: “Memutar apa, angina dan air terus berputar, suatu hari kamu pasti akan sial, disaat itu jangan salahkan aku menginjakmu keras-keras dua kali.”
“Aduh????” Masih belum beberapa detik, Jane dicubit dengan keras oleh orang, orang ini sakit mental, mana ada orang yang mencubit orang untuk bermain.
Dia memandanginya dengan kejam, dia justru dengan dingin memandang kearah depan mobil, seperti yang mencubitnya barusan bukan dia. Orang brengsek ini, kursi dibelakang mobil hanya ada mereka berdua, ada siapa lagi selain dia?
Dia sungguh mengira didalam otaknya sudah tumbuh benjolan?
Jane pasti tidak tahu, didalam mata tuan muda Sebastian, kepintarannya bukan karena didalamnya otaknya tumbuh benjolan, tapi dia masih kalah dibandingkan dengan babi yang selesai makan lalu tidur lalu makan.
Tentu saja, karena tidak tahu, karena tidak tahu, didalam hati Jane masih memarahi dia polos dengan sengaja, menyumpahi dia suatu hari akan mati karena bodoh.
????
Waktu setengah jam lebih, mobil sudah sampai di bandara internasional kota Min Luo.
Saat Jane berpikir Sebastian akan langsung menjemputnya naik ke atas pesawat, Sebastian membawanya ke ruang istirahat VIP, didalam ruang istirahat sudah ada orang yang menyediakan pakaian yang “Indah” untuknya.
Jane memakai tanda kutip menggambarkan kata indah, karena pakaiannya sangat indah sekali, hanya saja bukan gaya yang dia sukai.
Warna yang lembut, ini adalah kesukaan gadis kecil umur belasan tahun, bukan kesukaannya. Dia sudah orang dewasa berumur dua puluh tahun, dia menyukai warna yang dewasa dan sederhana.
Kali ini tidak perlu diperintahkan lagi oleh Sebastian, Jane sudah tahu harus berbuat pa, lagipula dia lebih ingin mengganti pakaian basah diatas badannya daripada dia, kalau tidak akan malu bertemu orang.
Selesai mengganti pakaian, Jane membereskan dengan seadanya sebentar, seperti gadis yang terlahir cantik sepertinya, tidak perlu berdandan, keluar rumah dengan ala kadarnya juga dapat memikat sebagian orang.
Jane juga termasuk puas dengan tampangnya sendiri, siapa tahu saat keluar, Sebastian tisak melihatnya dengan baik, lalu dia ditarik naik ke atas pesawat.
Pesawat bukanlah seperti pesawat yang khusus yang elit mewah seperti bayangannya, hanya tempat duduk VIP, sepertinya tuan muda ini masih termasuk merendah.
Jane ditarik Sebastian duduk di tempat duduknya, barusan duduk ada seorang pramugari melayani mereka: “Tuan, namaku Momo, hari ini aku akan melayani kalian di penerbangan ini. Ada permintaan apa silahkan memanggil aku setiap saat.”
Pramugari yang cantik agak membungkukkan pinggangnya, badan yang seksi bergoyang-goyang didepan Sebastian, sambil diam-diam memberikan sebuah kartu kepada Sebastian, diatasnya ada nomor teleponnya.
“Sial!” Jane terkejut sampai mulutnya bisa masuk sebuah telur ayam, pramugari sekarang sudah berani sekali? Berani dengan terbuka didepannya memberikan sebuah notes kepada lelaki yang merupakan “Pasangan” nya.
Walau dia tidak ingin mengakui, tapi juga tidak mengubah kenyataan identitasnya sekarang adalah istri Sebastian. Apakah karena Sebastian tidak menghiraukan dia, begitu seenaknya diganggu kucing dan anjing?
Jane tiba-tiba merasa ada sebuah kebosanan didalam dadanya, tidak bisa dimuntahkan, ditelan juga tidak bisa, sedih sampai ingin membuka jendela mencari angin.
Dia mau melihat, Sebastian ini tidak ada ada batas, tidak ada seni bela diri, lelaki yang bisa mau dengan orang apapun bagaimana menarik pramugari yang barusan tadi.
Jane memalingkan kepala bersandar pada kepala kursi diam diam kesal dalam bosan, Sebastian melambaikan tangan, memanggil kapten pramugari: “Kamu adalah penanggung jawab pramugari?”
Kapten pramugari menganggukkan kepala, tersenyum standar memperlihatkan delapan gigi: “Benar, tuan. Apakah ada yang bisa saya bantu?”
Pandangan Sebastian menyuram, berkata dingin: “Biarkan pramugari yang tadi.” Dia menunjuk kartu yang diberikan oleh orang itu, “Biarkan dia kemari sebentar.”
Jane: “????”
Masih belum duduk dengan baik, dia sudah mau membiarkan pramugari datang “Melayani”.
Jane menjulingkan mata, mengerti lelaki ini harusnya tipe orang brengsek yang tidak pernah menolak.
Dia tidak mengerti, dia menemui seorang wanita lalu ingin menidurinya, kenapa masih mau membuat akta nikah dengannya, dan juga membawanya keluar rumah?
Orang yang single bukankah lebih mudah melakukan hal apapun, juga dapat dengan terbuka.
Jane merasa, dia pasti sengaja membuatnya jijik.
Petugas yang bekerja dibagian pelayanan, terutama penumpang seperti mereka, jika bukan pelanggan mengatakan hal yang tidak sesuai mereka akan memuaskan permintaan pelanggan.
Kapten pramugari tertawa dan berkata dengan sopan: “Tuan, silahkan anda tunggu sebentar, aku segera memanggilnya kemari.”
Kapten pramugari memegang alat pemanggil: “Momo, kamu segera kemari.”
Pesawat terbang ini hanya sedikit besar, berpikir lelaki yang diberi kartu olehnya mencarinya, dia ada sedikit tegang.
Namun Sebastian sekali membuka mulut, tawa di atas wajah Momo mulai hilang: “Nona ini, silahkan kamu meminta maaf pada istriku didepan kapten pramugari.”
Jane: “????”
Meminta maaf pada istrinya, maksudnya adalah dia?
Jika benar, emosi kebosanan yang tertahan didada yang dirasakan Jane telah terlepas, ada sebagian orang kecil yang suka menyombongkan diri.
Setelah sombong, dia merasa dirinya tidak berguna.
Ditantang orang lain, awalnya juga harus membiarkan orang minta maaf, dia sombong untuk apa.
Setiap hari pasti bisa menemui sedikit banyak kompalin, kapten pramugari tidak merasa heran, dia bertanya dengan sopan : “Tuan, bolehkan beritahu padamu bagaimana dia menyinggung istri anda?”
Jane menganggukkan kepala dengan sekuat tenaga disamping: “Benar, benar, cepat kamu katakan. Harus mengeluarkan bukti yang kuat, kalau tidak maka akan jadi fitnah.”
Tidak tahu kenapa, Jane tiba-tiba menanti jawaban Sebastian, karenanya menganggukkan kepala, bersandirwara seperti orang lewat yang suka mendengar rumor.
Sebastian tidak menjelaskan, namun memberikan kartu yang diberikan pramugari barusan kepadanya: “Bukti ini apakah tidak cukup kuat?”
Dia sedang berbicara dengan kapten pramugari, namun jelas-jelas sedang memberitahukan pada Jane.
Jane berkata: “Ini termasuk bukti apa? Aku sama sekali tidak ada apakah dia memberikan kartu apa kepadamu.”
Sebastian tiba-tiba tertawa dengan lembut: “Patuh, jangan bicara dengan emosi, masalah ini aku pasti akan memberikan penyelesaian yang memuaskan dari mereka untukmu.”
Jane ingin menjelaskan: “Bukan???? Aku????”
Sebelum selesai berbicara, pinggangnya dicubit lagi oleh seseorang, Jane menutup mulutnya dengan patuh, memandanginya dengan mata yang besar dan kejam. Dia selalu merasa ada yang tidak benar, namun sesaat tidak terpikirkan bagian mana yang tidak benar.
Kapten pramugari adalah orang yang pintar, mendapatkan kartu langsung mengerti ada masalah apa, ini adalah pramugari seperti mereka yang melempar jarring namun bukan hanya tidak mendapatkan ikan, masih membiarkan ikan menggigit robek jaring.
Wajah pramugari yang bernama Momo memerah dan juga memutih, sama sekali tidak menyangka dirinya memberikan kartu tidak hanya tidak mendapatkan pemilik emas, masih membuat orang mengkomplainnya.
Setelah memberikan air padanya, pandangan Sebastian kembali melihat ke arah depan, tidak perduli Jane berkata bagaimana, dia seperti tuli, tidak menghiraukannya.
Jane berdehem sekali, berkata diam-diam: “Memutar apa, angina dan air terus berputar, suatu hari kamu pasti akan sial, disaat itu jangan salahkan aku menginjakmu keras-keras dua kali.”
“Aduh????” Masih belum beberapa detik, Jane dicubit dengan keras oleh orang, orang ini sakit mental, mana ada orang yang mencubit orang untuk bermain.
Dia memandanginya dengan kejam, dia justru dengan dingin memandang kearah depan mobil, seperti yang mencubitnya barusan bukan dia. Orang brengsek ini, kursi dibelakang mobil hanya ada mereka berdua, ada siapa lagi selain dia?
Dia sungguh mengira didalam otaknya sudah tumbuh benjolan?
Jane pasti tidak tahu, didalam mata tuan muda Sebastian, kepintarannya bukan karena didalamnya otaknya tumbuh benjolan, tapi dia masih kalah dibandingkan dengan babi yang selesai makan lalu tidur lalu makan.
Tentu saja, karena tidak tahu, karena tidak tahu, didalam hati Jane masih memarahi dia polos dengan sengaja, menyumpahi dia suatu hari akan mati karena bodoh.
????
Waktu setengah jam lebih, mobil sudah sampai di bandara internasional kota Min Luo.
Saat Jane berpikir Sebastian akan langsung menjemputnya naik ke atas pesawat, Sebastian membawanya ke ruang istirahat VIP, didalam ruang istirahat sudah ada orang yang menyediakan pakaian yang “Indah” untuknya.
Jane memakai tanda kutip menggambarkan kata indah, karena pakaiannya sangat indah sekali, hanya saja bukan gaya yang dia sukai.
Warna yang lembut, ini adalah kesukaan gadis kecil umur belasan tahun, bukan kesukaannya. Dia sudah orang dewasa berumur dua puluh tahun, dia menyukai warna yang dewasa dan sederhana.
Kali ini tidak perlu diperintahkan lagi oleh Sebastian, Jane sudah tahu harus berbuat pa, lagipula dia lebih ingin mengganti pakaian basah diatas badannya daripada dia, kalau tidak akan malu bertemu orang.
Selesai mengganti pakaian, Jane membereskan dengan seadanya sebentar, seperti gadis yang terlahir cantik sepertinya, tidak perlu berdandan, keluar rumah dengan ala kadarnya juga dapat memikat sebagian orang.
Jane juga termasuk puas dengan tampangnya sendiri, siapa tahu saat keluar, Sebastian tisak melihatnya dengan baik, lalu dia ditarik naik ke atas pesawat.
Pesawat bukanlah seperti pesawat yang khusus yang elit mewah seperti bayangannya, hanya tempat duduk VIP, sepertinya tuan muda ini masih termasuk merendah.
Jane ditarik Sebastian duduk di tempat duduknya, barusan duduk ada seorang pramugari melayani mereka: “Tuan, namaku Momo, hari ini aku akan melayani kalian di penerbangan ini. Ada permintaan apa silahkan memanggil aku setiap saat.”
Pramugari yang cantik agak membungkukkan pinggangnya, badan yang seksi bergoyang-goyang didepan Sebastian, sambil diam-diam memberikan sebuah kartu kepada Sebastian, diatasnya ada nomor teleponnya.
“Sial!” Jane terkejut sampai mulutnya bisa masuk sebuah telur ayam, pramugari sekarang sudah berani sekali? Berani dengan terbuka didepannya memberikan sebuah notes kepada lelaki yang merupakan “Pasangan” nya.
Walau dia tidak ingin mengakui, tapi juga tidak mengubah kenyataan identitasnya sekarang adalah istri Sebastian. Apakah karena Sebastian tidak menghiraukan dia, begitu seenaknya diganggu kucing dan anjing?
Jane tiba-tiba merasa ada sebuah kebosanan didalam dadanya, tidak bisa dimuntahkan, ditelan juga tidak bisa, sedih sampai ingin membuka jendela mencari angin.
Dia mau melihat, Sebastian ini tidak ada ada batas, tidak ada seni bela diri, lelaki yang bisa mau dengan orang apapun bagaimana menarik pramugari yang barusan tadi.
Jane memalingkan kepala bersandar pada kepala kursi diam diam kesal dalam bosan, Sebastian melambaikan tangan, memanggil kapten pramugari: “Kamu adalah penanggung jawab pramugari?”
Kapten pramugari menganggukkan kepala, tersenyum standar memperlihatkan delapan gigi: “Benar, tuan. Apakah ada yang bisa saya bantu?”
Pandangan Sebastian menyuram, berkata dingin: “Biarkan pramugari yang tadi.” Dia menunjuk kartu yang diberikan oleh orang itu, “Biarkan dia kemari sebentar.”
Jane: “????”
Masih belum duduk dengan baik, dia sudah mau membiarkan pramugari datang “Melayani”.
Jane menjulingkan mata, mengerti lelaki ini harusnya tipe orang brengsek yang tidak pernah menolak.
Dia tidak mengerti, dia menemui seorang wanita lalu ingin menidurinya, kenapa masih mau membuat akta nikah dengannya, dan juga membawanya keluar rumah?
Orang yang single bukankah lebih mudah melakukan hal apapun, juga dapat dengan terbuka.
Jane merasa, dia pasti sengaja membuatnya jijik.
Petugas yang bekerja dibagian pelayanan, terutama penumpang seperti mereka, jika bukan pelanggan mengatakan hal yang tidak sesuai mereka akan memuaskan permintaan pelanggan.
Kapten pramugari tertawa dan berkata dengan sopan: “Tuan, silahkan anda tunggu sebentar, aku segera memanggilnya kemari.”
Kapten pramugari memegang alat pemanggil: “Momo, kamu segera kemari.”
Pesawat terbang ini hanya sedikit besar, berpikir lelaki yang diberi kartu olehnya mencarinya, dia ada sedikit tegang.
Namun Sebastian sekali membuka mulut, tawa di atas wajah Momo mulai hilang: “Nona ini, silahkan kamu meminta maaf pada istriku didepan kapten pramugari.”
Jane: “????”
Meminta maaf pada istrinya, maksudnya adalah dia?
Jika benar, emosi kebosanan yang tertahan didada yang dirasakan Jane telah terlepas, ada sebagian orang kecil yang suka menyombongkan diri.
Setelah sombong, dia merasa dirinya tidak berguna.
Ditantang orang lain, awalnya juga harus membiarkan orang minta maaf, dia sombong untuk apa.
Setiap hari pasti bisa menemui sedikit banyak kompalin, kapten pramugari tidak merasa heran, dia bertanya dengan sopan : “Tuan, bolehkan beritahu padamu bagaimana dia menyinggung istri anda?”
Jane menganggukkan kepala dengan sekuat tenaga disamping: “Benar, benar, cepat kamu katakan. Harus mengeluarkan bukti yang kuat, kalau tidak maka akan jadi fitnah.”
Tidak tahu kenapa, Jane tiba-tiba menanti jawaban Sebastian, karenanya menganggukkan kepala, bersandirwara seperti orang lewat yang suka mendengar rumor.
Sebastian tidak menjelaskan, namun memberikan kartu yang diberikan pramugari barusan kepadanya: “Bukti ini apakah tidak cukup kuat?”
Dia sedang berbicara dengan kapten pramugari, namun jelas-jelas sedang memberitahukan pada Jane.
Jane berkata: “Ini termasuk bukti apa? Aku sama sekali tidak ada apakah dia memberikan kartu apa kepadamu.”
Sebastian tiba-tiba tertawa dengan lembut: “Patuh, jangan bicara dengan emosi, masalah ini aku pasti akan memberikan penyelesaian yang memuaskan dari mereka untukmu.”
Jane ingin menjelaskan: “Bukan???? Aku????”
Sebelum selesai berbicara, pinggangnya dicubit lagi oleh seseorang, Jane menutup mulutnya dengan patuh, memandanginya dengan mata yang besar dan kejam. Dia selalu merasa ada yang tidak benar, namun sesaat tidak terpikirkan bagian mana yang tidak benar.
Kapten pramugari adalah orang yang pintar, mendapatkan kartu langsung mengerti ada masalah apa, ini adalah pramugari seperti mereka yang melempar jarring namun bukan hanya tidak mendapatkan ikan, masih membiarkan ikan menggigit robek jaring.
Wajah pramugari yang bernama Momo memerah dan juga memutih, sama sekali tidak menyangka dirinya memberikan kartu tidak hanya tidak mendapatkan pemilik emas, masih membuat orang mengkomplainnya.
Bình luận facebook