Viet Writer
Và Mai Có Nắng
-
Bab 1028
Bab 1028 Batang Mati
Dia adalah orang yang disukaina, adalah orang yang diperdulikannya, dari kecil dia yang menemaninya tumbuh besar bersama, pandanga dia terhadapnya, dia sangat perduli.
Dia tertawa mencium keningnya: “Baiklah gadis bodoh, aku sudah ingat, aku bukan orang lain bagimu, aku adalah orangmu.”
Dia bergelut didalam pelukannya, perlahan-lahan menaikkan kepalanya, ingin menciumnya, matanya melihatnya menundukkan kepala, bibirnya akan menciumnya, tapi????
Deng deng????
Terdengar suara mengetuk pintu yang memusingkan orang, membuat Jane terbangun dari dalam mimpinya, dan juga menariknya keluar dari mimpi yang indah kembali kedalam kenyataan yang dingin dan menyedihkan.
Disini bukan pintu besar sekolah, lebih lagi tidak mungkin ada abang Feng disini, sekarang dia masih berada didalam sarang serigala, setiap saat ada kemungkinan dimakan serigala.
Tiba-tiba, Jane merasa tenaga diseluruh badannya telah habis, hati juga terasa hampa, dengan dingin: “Abang Feng, kamu pasti tidak ada masalah. Kamu pasti akan hidup dengan baik.”
Walaupun mereka tidak akan bersama lagi, dia juga berharap dia dapat hidup dengan baik.
Deng deng????
Terdengar lagi suara mengetuk pintu yang memusingkan orang, kalau dia tidak membuka pintu, orang yang mengetuk pintu juga tidak akan pergi, kenapa bisa ada orang yang begitu membuat kesal.
Jane ini awalnya ada niat bangun dari ranjang, kali ini mimpi indah dia dan abang Feng dipotong lagi oleh orang, api didalam hatinya terbakar hebat.
Dia bergegas turun ranjang, berlari ke samping pintu dan membuka pintu, awalnya ingin mengomel, namun ketika melihat lelaki yang dikelilingi es batu berdiri didepan pintu, api nya langsung padam.
Sial!
Dia pasti bertentangan dengan lelaki rendahan, dia adalah bintang kesialan yang dinasibkan di hidupnya, iblis yang diatur Tuhan untuk menghukumnya.
Saat dia emosi, dia adalah es batu, dapat memadamkan api, sungguh sangat menyakitkan.
Dalam ketidakberdayaan, Jane hanya bisa bergantung dengan lemas diatas pintu: “tuan muda Sebastian, kamu terlalu senggang habis makan tidak ada kerjaan pagi-pagi berlari datang mengetuk pintuku? Masih ada hal penting apa yang harus dibicarakan sekarang?”
“Pagi-pagi?” Sebastian mengangkat tangannya melihat waktu sebentar, menaikkan alisnya berkata, “Sekarang sudah jam Sembilan pagi.”
Lagipula, jika bukan bibi Qiao mengetuk dan tidak membangunkan dia, dia mengira dia akan bersedia datang mengetuk pintunya?
Urusannya banyak sekali, sungguh bukan seperti yang didengarnya selesai makan terlalu senggang tidak melakukan apa-apa.
Jane menarik otaknya, menguap beberapa kali: “tuan muda Sebastian, tujuanmu begitu pagi datang membangunkanku karena ingin memberitahukan padaku sekarang sudah jam sembilan pagi?”
Orang ini menggila apa ya.
Dia juga tidak bodoh, jam berapa masih perlu diberitahu dia?
Hanya ingin memberi dua kata kepadanya???? Enyahlah jauh-jauh!
Tidak, sepertinya bukan dua kata, tapi empat kata???? Enyahlah lagi jauh-jauh sedikit!
Otak Jane tenggelam dalam, hanya berpikir ingin mengantarkan dia pergi, dia kembali ke atas ranjang lagi untuk tidur: “Aku sudah tahu, sekarang sudah jam sembilan pagi, kamu sibuklah dengan urusanmu, tidak usah menjagaku.”
Wanita ini!
Ekspresi wajah Sebastian kembali mendalam, berkata dingin: “Beri kamu waktu setengah jam beres-beres, setelah setengah jam kemudian berangkat ke bandara.”
“Oh, aku sudah tahu.” Dia menghempaskan pintu, berjalan ke ranjangnya dengan kebingungan, “tuan muda Sebastian, bye bye ya.”
Kembali ke kamar, Jane masuk kedalam selimut, hanya perlu beberapa detik untuk berhasil masuk kelelapan tidur.
Masih ada hal yang apa yang lebih penting dari pada kebahagiaan dirinya bermimpi indah diatas ranjang yang empuk?
Tidak ada, tidak ada, pasti tidak ada!
Lalu, kali ini, mimpi indahnya masih belum selesai, dipotong lagi oleh orang, mau bertanya kenapa memotongnya kah?
Jane dapat menggunakan empat kata untuk menggambarkannya???? Sangat-sangat sengsara sekali!
Dia tidur dengan baik-baik, tiba-tiba seluruh tubuhnya dibasahi air, menurutmu sengsara kah?
“Kamu???? Kamu????” Jane dibuat emosi oleh orang didepan matanya sampai tidak bisa mengatakan sebuah kalimat yang lengkap, dengan cepat membusungkan dadanya, membuktikan dirinya sangat marah.
Disamping ada bibi Qiao yang bergemetar ingin menjelaskan, namun disuruh pergi keluar oleh Sebastian.
Sebenarnya tidak usah dijelaskan bibi Qiao, Jane juga tahu bibi Qiao tidak ada keberanian yang sebesar itu menuang air padanya, hal ini juga dapat terpikirkan dengan menggunakan kepala kaki babi, pasti adalah perintah dari Sebastian.
Lelaki yang pantas mati!
“Sebastian???? Kamu???? Kamu mau berbuat apa lagi?” Diatas badannya memakai pakaian tidur yang basah kuyup, lelaki ini membopongnya kemana?
Hanya ingin membopongnya keluar, ingin membuatnya malu didepan orang-orang kah?
“Sebastian, lepaskan aku! Aku beritahu padamu, kalau kamu memalukan aku, aku akan menarikmu bersama, cobalah kalau tidak percaya.” Jane menendang dan memperingati, namun tidak berguna terhadap Sebastian yang tegap seperti gunung Tai.
Tidak bisa mengancam, Jane kembali melembut: “tuan muda Sebastian, aku tahu aku salah, ampunilah aku kali ini, lain kali aku tidak berani lagi.”
Walau dia tidak tahu dia salah dimana, namun sampai pada saat malu dan tidak malu, mengaku salah juga tidak termasuk apa-apa.
“Ribut sekali lagi, aku potong lidahmu!” Dia kenapa tidak tahu wanita ini dapat begitu bersilat lidah, ribut sampai dia sungguh ingin memotong lidahnya.
“????” Jane segera menutup mulutnya, tidak berani ribut lagi.
Karena dia percaya, lelaki ini sanggup mengatakannya, pasti akan melakukannya. Saat dia mengancamnya, dia dapat merasakan lidahnya sakit.
Jane pasti tidak tahu, saat waktu setengah jam sudah sampai, tuan muda Sebastian yang tidak menemui orang yang ditunggu masuk kedalam, melihat dia berbaring tertidur lelap diatas ranjang, saat tidur seperti babi, saat itu berpikir ingin memotongnya.
Memotongnya dan menjualnya, maka kemudian dia tidak akan ada kesempatan membuat onar hidupnya, tidak bisa ada kesempatan menunda waktunya.
Sebastian melempar dia keatas mobil, Jane baru teringat barusan dia ada mengungkit tentang pergi ke bandara: “tuan muda Sebastian, kita akan pergi kebandara?”
Sebastian duduk disampingnya, memandanginya sekilas dengan tidak suka, tidak menjawab.
Jane tahu dirinya sekarang sangat jelek, tidak cuci muka, tidak sisir rambut, seluruh badannya basah kuyup, seperti seorang pengemis, ada seberapa jelek maka seberapa jelek.
Dia masih sangat merasa, tahu dia tidak ingin berdekatan dengannya, inisiatif mendekat kesampingnya: “tuan muda Sebastian, kita mau ke bandara terbang kemana? Tidak mungkin pergi berbulan madu kan?”
Dia tidak berhenti berkata, telinga Sebastian sakit karena dia ribut, memalingkan kepalanya dan memperingatinya dengan pandangan mata yang tajam, membiarkan dia tutup mulut.
Jane ini sangat nakal, luka sudah sembuh maka akan melupakan rasa sakit, saat Sebastian tidak marah, tidak tidak akan tahu berapa menakutkan saat dia marah.
Dia menghiraukan peringatannya, terus melepaskan percaya diri: “Aku juga tahu tidak mungkin pergi berbulan madu, tapi aku ingin tahu kita sebenarnya mau pergi kemana? Kamu tidak bilang, hatiku tidak tenang, aku bisa takut. Aku akan terus berbicara kalau takut, berbicara yang banyak sekali.”
Ribut sampai dia tidak tenang, ribut sampai dia kesal padanya, ribut sampai dia tidak bisa tahan padanya, saat itu dia akan bisa melepaskannya pergi.
“Maka kamu teruslah bicara, ada air kalau mulut kering.” Dia bukan hanya tidak menghalanginya, masih memberikan sebuah botol air mineral padanya, sedikitpun tidak berjalan seperti pemikiran Jane.
Dia adalah orang yang disukaina, adalah orang yang diperdulikannya, dari kecil dia yang menemaninya tumbuh besar bersama, pandanga dia terhadapnya, dia sangat perduli.
Dia tertawa mencium keningnya: “Baiklah gadis bodoh, aku sudah ingat, aku bukan orang lain bagimu, aku adalah orangmu.”
Dia bergelut didalam pelukannya, perlahan-lahan menaikkan kepalanya, ingin menciumnya, matanya melihatnya menundukkan kepala, bibirnya akan menciumnya, tapi????
Deng deng????
Terdengar suara mengetuk pintu yang memusingkan orang, membuat Jane terbangun dari dalam mimpinya, dan juga menariknya keluar dari mimpi yang indah kembali kedalam kenyataan yang dingin dan menyedihkan.
Disini bukan pintu besar sekolah, lebih lagi tidak mungkin ada abang Feng disini, sekarang dia masih berada didalam sarang serigala, setiap saat ada kemungkinan dimakan serigala.
Tiba-tiba, Jane merasa tenaga diseluruh badannya telah habis, hati juga terasa hampa, dengan dingin: “Abang Feng, kamu pasti tidak ada masalah. Kamu pasti akan hidup dengan baik.”
Walaupun mereka tidak akan bersama lagi, dia juga berharap dia dapat hidup dengan baik.
Deng deng????
Terdengar lagi suara mengetuk pintu yang memusingkan orang, kalau dia tidak membuka pintu, orang yang mengetuk pintu juga tidak akan pergi, kenapa bisa ada orang yang begitu membuat kesal.
Jane ini awalnya ada niat bangun dari ranjang, kali ini mimpi indah dia dan abang Feng dipotong lagi oleh orang, api didalam hatinya terbakar hebat.
Dia bergegas turun ranjang, berlari ke samping pintu dan membuka pintu, awalnya ingin mengomel, namun ketika melihat lelaki yang dikelilingi es batu berdiri didepan pintu, api nya langsung padam.
Sial!
Dia pasti bertentangan dengan lelaki rendahan, dia adalah bintang kesialan yang dinasibkan di hidupnya, iblis yang diatur Tuhan untuk menghukumnya.
Saat dia emosi, dia adalah es batu, dapat memadamkan api, sungguh sangat menyakitkan.
Dalam ketidakberdayaan, Jane hanya bisa bergantung dengan lemas diatas pintu: “tuan muda Sebastian, kamu terlalu senggang habis makan tidak ada kerjaan pagi-pagi berlari datang mengetuk pintuku? Masih ada hal penting apa yang harus dibicarakan sekarang?”
“Pagi-pagi?” Sebastian mengangkat tangannya melihat waktu sebentar, menaikkan alisnya berkata, “Sekarang sudah jam Sembilan pagi.”
Lagipula, jika bukan bibi Qiao mengetuk dan tidak membangunkan dia, dia mengira dia akan bersedia datang mengetuk pintunya?
Urusannya banyak sekali, sungguh bukan seperti yang didengarnya selesai makan terlalu senggang tidak melakukan apa-apa.
Jane menarik otaknya, menguap beberapa kali: “tuan muda Sebastian, tujuanmu begitu pagi datang membangunkanku karena ingin memberitahukan padaku sekarang sudah jam sembilan pagi?”
Orang ini menggila apa ya.
Dia juga tidak bodoh, jam berapa masih perlu diberitahu dia?
Hanya ingin memberi dua kata kepadanya???? Enyahlah jauh-jauh!
Tidak, sepertinya bukan dua kata, tapi empat kata???? Enyahlah lagi jauh-jauh sedikit!
Otak Jane tenggelam dalam, hanya berpikir ingin mengantarkan dia pergi, dia kembali ke atas ranjang lagi untuk tidur: “Aku sudah tahu, sekarang sudah jam sembilan pagi, kamu sibuklah dengan urusanmu, tidak usah menjagaku.”
Wanita ini!
Ekspresi wajah Sebastian kembali mendalam, berkata dingin: “Beri kamu waktu setengah jam beres-beres, setelah setengah jam kemudian berangkat ke bandara.”
“Oh, aku sudah tahu.” Dia menghempaskan pintu, berjalan ke ranjangnya dengan kebingungan, “tuan muda Sebastian, bye bye ya.”
Kembali ke kamar, Jane masuk kedalam selimut, hanya perlu beberapa detik untuk berhasil masuk kelelapan tidur.
Masih ada hal yang apa yang lebih penting dari pada kebahagiaan dirinya bermimpi indah diatas ranjang yang empuk?
Tidak ada, tidak ada, pasti tidak ada!
Lalu, kali ini, mimpi indahnya masih belum selesai, dipotong lagi oleh orang, mau bertanya kenapa memotongnya kah?
Jane dapat menggunakan empat kata untuk menggambarkannya???? Sangat-sangat sengsara sekali!
Dia tidur dengan baik-baik, tiba-tiba seluruh tubuhnya dibasahi air, menurutmu sengsara kah?
“Kamu???? Kamu????” Jane dibuat emosi oleh orang didepan matanya sampai tidak bisa mengatakan sebuah kalimat yang lengkap, dengan cepat membusungkan dadanya, membuktikan dirinya sangat marah.
Disamping ada bibi Qiao yang bergemetar ingin menjelaskan, namun disuruh pergi keluar oleh Sebastian.
Sebenarnya tidak usah dijelaskan bibi Qiao, Jane juga tahu bibi Qiao tidak ada keberanian yang sebesar itu menuang air padanya, hal ini juga dapat terpikirkan dengan menggunakan kepala kaki babi, pasti adalah perintah dari Sebastian.
Lelaki yang pantas mati!
“Sebastian???? Kamu???? Kamu mau berbuat apa lagi?” Diatas badannya memakai pakaian tidur yang basah kuyup, lelaki ini membopongnya kemana?
Hanya ingin membopongnya keluar, ingin membuatnya malu didepan orang-orang kah?
“Sebastian, lepaskan aku! Aku beritahu padamu, kalau kamu memalukan aku, aku akan menarikmu bersama, cobalah kalau tidak percaya.” Jane menendang dan memperingati, namun tidak berguna terhadap Sebastian yang tegap seperti gunung Tai.
Tidak bisa mengancam, Jane kembali melembut: “tuan muda Sebastian, aku tahu aku salah, ampunilah aku kali ini, lain kali aku tidak berani lagi.”
Walau dia tidak tahu dia salah dimana, namun sampai pada saat malu dan tidak malu, mengaku salah juga tidak termasuk apa-apa.
“Ribut sekali lagi, aku potong lidahmu!” Dia kenapa tidak tahu wanita ini dapat begitu bersilat lidah, ribut sampai dia sungguh ingin memotong lidahnya.
“????” Jane segera menutup mulutnya, tidak berani ribut lagi.
Karena dia percaya, lelaki ini sanggup mengatakannya, pasti akan melakukannya. Saat dia mengancamnya, dia dapat merasakan lidahnya sakit.
Jane pasti tidak tahu, saat waktu setengah jam sudah sampai, tuan muda Sebastian yang tidak menemui orang yang ditunggu masuk kedalam, melihat dia berbaring tertidur lelap diatas ranjang, saat tidur seperti babi, saat itu berpikir ingin memotongnya.
Memotongnya dan menjualnya, maka kemudian dia tidak akan ada kesempatan membuat onar hidupnya, tidak bisa ada kesempatan menunda waktunya.
Sebastian melempar dia keatas mobil, Jane baru teringat barusan dia ada mengungkit tentang pergi ke bandara: “tuan muda Sebastian, kita akan pergi kebandara?”
Sebastian duduk disampingnya, memandanginya sekilas dengan tidak suka, tidak menjawab.
Jane tahu dirinya sekarang sangat jelek, tidak cuci muka, tidak sisir rambut, seluruh badannya basah kuyup, seperti seorang pengemis, ada seberapa jelek maka seberapa jelek.
Dia masih sangat merasa, tahu dia tidak ingin berdekatan dengannya, inisiatif mendekat kesampingnya: “tuan muda Sebastian, kita mau ke bandara terbang kemana? Tidak mungkin pergi berbulan madu kan?”
Dia tidak berhenti berkata, telinga Sebastian sakit karena dia ribut, memalingkan kepalanya dan memperingatinya dengan pandangan mata yang tajam, membiarkan dia tutup mulut.
Jane ini sangat nakal, luka sudah sembuh maka akan melupakan rasa sakit, saat Sebastian tidak marah, tidak tidak akan tahu berapa menakutkan saat dia marah.
Dia menghiraukan peringatannya, terus melepaskan percaya diri: “Aku juga tahu tidak mungkin pergi berbulan madu, tapi aku ingin tahu kita sebenarnya mau pergi kemana? Kamu tidak bilang, hatiku tidak tenang, aku bisa takut. Aku akan terus berbicara kalau takut, berbicara yang banyak sekali.”
Ribut sampai dia tidak tenang, ribut sampai dia kesal padanya, ribut sampai dia tidak bisa tahan padanya, saat itu dia akan bisa melepaskannya pergi.
“Maka kamu teruslah bicara, ada air kalau mulut kering.” Dia bukan hanya tidak menghalanginya, masih memberikan sebuah botol air mineral padanya, sedikitpun tidak berjalan seperti pemikiran Jane.
Bình luận facebook