Viet Writer
Và Mai Có Nắng
-
Bab 1030
Bab 1030 Mengerjai Dia
Didalam hati Momo ada kesal ada benci, terutama kesal pada wanita jijik yang bersandiwara yang duduk disamping lelaki.
Kalau bukan berpura-pura tidak bermaksud apa-apa dan ribut disini, dia tidak percaya masih ada lelaki yang menolak ajakannya.
Walaupun didalam pandangan mata Momo sangat tidak bersedia, tertulis penuh emosi, namun dia masih mempertahankan senyum yang professional: “Nyonya, maaf! Aku bukan sengaja.”
Pernikahan palsu Jane dan Sebastian, bukanlah pernikahan yang normal, adalah kesalahan yang besar mereka bisa bersama.
Jane tidak ada perasaan apa-apa terhadap Sebastian, dia juga tidak menyukainya, mereka berdua karena satu kesalahan dan terpaksa bersama.
Jane tidak dapat membenci wanita yang ingin memikat Sebastian, masih ingin dia dipikat pergi orang lain. Barusan emosinya karena tidak dihiarukan orang, sekarang sudah mendapat perhatian, dia juga tidak akan perhitungan dengan orang.
Dia menggelengkan kepala: “Tidak masa????”
Kalimat Jane masih belum selesai diucapkan, sekali lagi dipotong oleh Sebastian yang wajahnya muram dan keras.
Dia memegang tangannya, memandang dingin pramugari: “Nona ini, karena masalah kartu yang kamu berikan, membuat istriku salah paham, masih mau bercerai denganku, sebuah kata “Tidak Sengaja” darimu yang sederhana sudah cukup?”
“Sejak kapan aku mau????” Jane dijebak, kapan dia mau bercerai dengannya karena masalah kartu? Dia sama sekali tidak berpikir mau melewati hari-hari yang baik dengannya.
Kali ini, sama dengan kedua kali yang lalu, tidak menunggu Jane selesai berbicara, Sebastian mencubit pinggangnya sekali lagi, berhasil membuatnya diam.
Orang ini, benar tidak masuk akal!
“Tuan, adalah salahku, aku tidak seharusnya????” Momo panik sebentar, tidak tahu bagaimana harus menjawab, menggigit bibirnya, memberikan sebuah tampang yang sangat kasihan mencoba memancing keinginan lelaki yang melindungi wanita lemah.
Namun, dia kecewa lagi, lelaki didepan matanya bukan hanya tidak mengasihaninya, malah masih memberikan pandangan kesal kepadanya.
Pandangan kesal ini membuat Momo tahu, lelaki didepan matanya jelas-jelas sengaja mencari masalah dengannya, mau menyalahkan juga salahkan diri sendiri salah melihat.
Tidak mengira gadis berambut kuning yang duduk disamping lelaki ini juga bodoh dan polos, kenyataannya dapat mengatasi lelaki ini dengan baik.
Sebenarnya, mereka dapat menghadapi dengan tenang penumpang yang biasa memarahi orang, tapi aura didepan matanya ini agak besar, tidak berbicara kata kotor, justru penumpang yang kata per kata yang bertenaga dan tenang membuat mereka tak berdaya, karena tidak bisa menebak pikiran mereka, terlebih lagi tidak tahu harus menggunakan cara apa menghadapinya.
Momo hanya bisa memohon bantuan pada kapten pramugarinya, berharap kapten pramugari dapat membantunya bicara, dapat membuat masalah besar menjadi kecil, masalah kecil jadi tidak ada.
Kapten pramugari biasanya tidak terbiasa melihat Momo melakukan hal ini, tapi sekarang adalah waktu bekerja, komplain pelanggan tidak diatasi dengan baik, pengaruhnya bukan hanya pada Momo seorang, tapi juga seluruh tim mereka, sebagai atasan langsung Momo, dia tidak bisa tidak berdiri keluar menggantikan Momo berbicara.
Kemudian, kapten pramugari masih belum membuka mulut, pandangan mata Sebastian yang dingin membuat kapten pramugari terdiam.
Didalam mata mereka beberapa orang, Sebastian mengganti sebuah gaya duduk yang nyaman, memeluk Jane dalam pelukannya, perlahan membuka mulut: “Aku rasa seharusnya ini bukan pertama kali kamu melakukan hal ini.”
Momo menundukkan kepala tidak berani bersuara.
Alis Sebastian bergerak, dengan pandangan dingin melihat kapten pramugari: “Pramugari yang merugikan image perusahaan kalian ini, kalian masih memutuskankan membiarkannya tinggal?”
Beberapa percakapan yang sederhana, Sebastian mengembangkan wibawa kekuasaannya, membiarkan orang lain menghormatinya.
Jane melihat disampingnya, tidak sadar mau bergeser kesamping, kedua pramugari ditakuti sampai tidak berani bersuara.
Terdiam beberapa lama, saat situasi perlahan menghangat, kapten pramugari menganggukkan kepala: “Tuan, anda jangan khawatir, aku akan melaporkan hal ini kepada pihak atas, pasti akan memberikan jawaban yang memuaskan untuk anda berdua.”
Wajah kapten pramugari masih tersenyum, tapi senyuman ini bukan lagi senyuman yang professional, tertawa dengan sedikit panik dan bingung.
“Ya.” Sebastian menjawab dengan tidak panik dan tidak pelan, “Aku berharap aku dapat laporan setelah kalian menyelesaikan masalah ini.”
Kapten pramugari mengusap keringat dingin diatas keningnya, menganggukkan kepala: “Sudah pasti. Kita pasti akan mengirimkan laporan ke email anda dalah tiga hari setelah menyelesaikan masalah ini.”
Sebastian melambaikan tangan, maksudnya membiarkan mereka pergi.
Kedua pramugari seperti mendapat perintah, berlari menghindar dengan panik, saat mereka masih belum berjalan begitu jauh, Sebastian berkata sebuah kalimat lagi.
Suara perkataan Sebastian ini tidak lemah tidak kuat, tidak tinggi juga tidak rendah, namun cukup untuk didengar oleh kedua pramugari itu.
Dia berkata: “Kamu ini, begitu kekanak-kanakan. Sudah gembira sudah melampiaskan emosi kah?”
“Apa?” Jane tiba-tiba tersadar, Sebastian lelaki ini bukan membantunya melampiaskan emosi, namun sedang mengerjai dia, membuatnya punya musuh dimana-mana.
Jelas-jelas dia yang menyinggung orang, malah mendorong nama jahat itu ke atas badannya, hati lelaki ini masih benar-benar beracun.
Jika kedua pramugari barusan emosi kepadanya, dengan adanya ucapan Sebastian barusan, mungkin kedua pramugari akan membenci leluhurnya delapan belas generasi.
Jane tidak bisa meratap dalam diam sekali lagi, dia sungguuh sial delapan turunan, baru bisa bertemu dengan Sebastian yang sakit di kehidupan ini.
Dia ingin bermain mati dengannya!
Lihatlah lihatlah, dimanakah dia memperdulikan perasaannya, dia jelas-jelas tidak memandangnya dari sudut matanya, menganggap dia adalah tembus pandang.
Cuih!
Penampilan tidak sama, berpikiran sempit, perbuatannya kejam, binatang yang tidak berbuat jahat!
Dia memandanginya dengan kejam, menggigit bunyi giginya, membayangkan dirinya sedang meminum darahnya, memakan dagingnya.
Tapi kebalikannya perasaan Sebastian yang duduk disampaingnya baik dengan tiba-tiba, baik sampai sudut bibirnya yang seksi terus perlahan-lahan naik.
????
Pesawat terbang tepat waktu, setelah terbang ke angkasa, melihat lautan awan tanpa batas diluar pesawat, perasaan Jane tiba-tiba kembali gembira.
Dia juga sudah tersadar, hal sudah seperti ini, sementara waktu ini dia tidak bisa merubahnya, lebih baik menerimanya, menunggu dirinya memiliki kekuatan lagi, baru membalikkan semua ini.
Sudah tersadar, perasaannya menjadi baik, juga tidak perduli dengan orang yang menyebalkan yang duduk disampingnya, Jane gembira sampai mendendangkan sebait lagu.
“Kamu sedang gembira apa?” Melihatnya gembira, hati Sebastian juga lega, tidak berpikir, langsung membuka mulut bertanya.
“Aku senang apa, ada urusan apa denganmu?” Jane tidak melihatnya, memasangkan headset, membuka sebuah film sekolah yang didownloadnya.
Raut wajah Sebastian memberat, kesal sambil memalingkan kepala, tidak lagi melihatnya.
Film Jane ini sudah mulai menayangkan kredit film, melihat kredit film, sebuah bayangan yang familiar merasuki otak Jane.
Tahun lalu bulan delapan tanggal delapan, periode emas musim panas, mulai tayang sebuah film yang bercerita tentang novel masa muda sekolah yang dibuat menjadi film, hari ditayangkan sangat ramai.
Didalam hati Momo ada kesal ada benci, terutama kesal pada wanita jijik yang bersandiwara yang duduk disamping lelaki.
Kalau bukan berpura-pura tidak bermaksud apa-apa dan ribut disini, dia tidak percaya masih ada lelaki yang menolak ajakannya.
Walaupun didalam pandangan mata Momo sangat tidak bersedia, tertulis penuh emosi, namun dia masih mempertahankan senyum yang professional: “Nyonya, maaf! Aku bukan sengaja.”
Pernikahan palsu Jane dan Sebastian, bukanlah pernikahan yang normal, adalah kesalahan yang besar mereka bisa bersama.
Jane tidak ada perasaan apa-apa terhadap Sebastian, dia juga tidak menyukainya, mereka berdua karena satu kesalahan dan terpaksa bersama.
Jane tidak dapat membenci wanita yang ingin memikat Sebastian, masih ingin dia dipikat pergi orang lain. Barusan emosinya karena tidak dihiarukan orang, sekarang sudah mendapat perhatian, dia juga tidak akan perhitungan dengan orang.
Dia menggelengkan kepala: “Tidak masa????”
Kalimat Jane masih belum selesai diucapkan, sekali lagi dipotong oleh Sebastian yang wajahnya muram dan keras.
Dia memegang tangannya, memandang dingin pramugari: “Nona ini, karena masalah kartu yang kamu berikan, membuat istriku salah paham, masih mau bercerai denganku, sebuah kata “Tidak Sengaja” darimu yang sederhana sudah cukup?”
“Sejak kapan aku mau????” Jane dijebak, kapan dia mau bercerai dengannya karena masalah kartu? Dia sama sekali tidak berpikir mau melewati hari-hari yang baik dengannya.
Kali ini, sama dengan kedua kali yang lalu, tidak menunggu Jane selesai berbicara, Sebastian mencubit pinggangnya sekali lagi, berhasil membuatnya diam.
Orang ini, benar tidak masuk akal!
“Tuan, adalah salahku, aku tidak seharusnya????” Momo panik sebentar, tidak tahu bagaimana harus menjawab, menggigit bibirnya, memberikan sebuah tampang yang sangat kasihan mencoba memancing keinginan lelaki yang melindungi wanita lemah.
Namun, dia kecewa lagi, lelaki didepan matanya bukan hanya tidak mengasihaninya, malah masih memberikan pandangan kesal kepadanya.
Pandangan kesal ini membuat Momo tahu, lelaki didepan matanya jelas-jelas sengaja mencari masalah dengannya, mau menyalahkan juga salahkan diri sendiri salah melihat.
Tidak mengira gadis berambut kuning yang duduk disamping lelaki ini juga bodoh dan polos, kenyataannya dapat mengatasi lelaki ini dengan baik.
Sebenarnya, mereka dapat menghadapi dengan tenang penumpang yang biasa memarahi orang, tapi aura didepan matanya ini agak besar, tidak berbicara kata kotor, justru penumpang yang kata per kata yang bertenaga dan tenang membuat mereka tak berdaya, karena tidak bisa menebak pikiran mereka, terlebih lagi tidak tahu harus menggunakan cara apa menghadapinya.
Momo hanya bisa memohon bantuan pada kapten pramugarinya, berharap kapten pramugari dapat membantunya bicara, dapat membuat masalah besar menjadi kecil, masalah kecil jadi tidak ada.
Kapten pramugari biasanya tidak terbiasa melihat Momo melakukan hal ini, tapi sekarang adalah waktu bekerja, komplain pelanggan tidak diatasi dengan baik, pengaruhnya bukan hanya pada Momo seorang, tapi juga seluruh tim mereka, sebagai atasan langsung Momo, dia tidak bisa tidak berdiri keluar menggantikan Momo berbicara.
Kemudian, kapten pramugari masih belum membuka mulut, pandangan mata Sebastian yang dingin membuat kapten pramugari terdiam.
Didalam mata mereka beberapa orang, Sebastian mengganti sebuah gaya duduk yang nyaman, memeluk Jane dalam pelukannya, perlahan membuka mulut: “Aku rasa seharusnya ini bukan pertama kali kamu melakukan hal ini.”
Momo menundukkan kepala tidak berani bersuara.
Alis Sebastian bergerak, dengan pandangan dingin melihat kapten pramugari: “Pramugari yang merugikan image perusahaan kalian ini, kalian masih memutuskankan membiarkannya tinggal?”
Beberapa percakapan yang sederhana, Sebastian mengembangkan wibawa kekuasaannya, membiarkan orang lain menghormatinya.
Jane melihat disampingnya, tidak sadar mau bergeser kesamping, kedua pramugari ditakuti sampai tidak berani bersuara.
Terdiam beberapa lama, saat situasi perlahan menghangat, kapten pramugari menganggukkan kepala: “Tuan, anda jangan khawatir, aku akan melaporkan hal ini kepada pihak atas, pasti akan memberikan jawaban yang memuaskan untuk anda berdua.”
Wajah kapten pramugari masih tersenyum, tapi senyuman ini bukan lagi senyuman yang professional, tertawa dengan sedikit panik dan bingung.
“Ya.” Sebastian menjawab dengan tidak panik dan tidak pelan, “Aku berharap aku dapat laporan setelah kalian menyelesaikan masalah ini.”
Kapten pramugari mengusap keringat dingin diatas keningnya, menganggukkan kepala: “Sudah pasti. Kita pasti akan mengirimkan laporan ke email anda dalah tiga hari setelah menyelesaikan masalah ini.”
Sebastian melambaikan tangan, maksudnya membiarkan mereka pergi.
Kedua pramugari seperti mendapat perintah, berlari menghindar dengan panik, saat mereka masih belum berjalan begitu jauh, Sebastian berkata sebuah kalimat lagi.
Suara perkataan Sebastian ini tidak lemah tidak kuat, tidak tinggi juga tidak rendah, namun cukup untuk didengar oleh kedua pramugari itu.
Dia berkata: “Kamu ini, begitu kekanak-kanakan. Sudah gembira sudah melampiaskan emosi kah?”
“Apa?” Jane tiba-tiba tersadar, Sebastian lelaki ini bukan membantunya melampiaskan emosi, namun sedang mengerjai dia, membuatnya punya musuh dimana-mana.
Jelas-jelas dia yang menyinggung orang, malah mendorong nama jahat itu ke atas badannya, hati lelaki ini masih benar-benar beracun.
Jika kedua pramugari barusan emosi kepadanya, dengan adanya ucapan Sebastian barusan, mungkin kedua pramugari akan membenci leluhurnya delapan belas generasi.
Jane tidak bisa meratap dalam diam sekali lagi, dia sungguuh sial delapan turunan, baru bisa bertemu dengan Sebastian yang sakit di kehidupan ini.
Dia ingin bermain mati dengannya!
Lihatlah lihatlah, dimanakah dia memperdulikan perasaannya, dia jelas-jelas tidak memandangnya dari sudut matanya, menganggap dia adalah tembus pandang.
Cuih!
Penampilan tidak sama, berpikiran sempit, perbuatannya kejam, binatang yang tidak berbuat jahat!
Dia memandanginya dengan kejam, menggigit bunyi giginya, membayangkan dirinya sedang meminum darahnya, memakan dagingnya.
Tapi kebalikannya perasaan Sebastian yang duduk disampaingnya baik dengan tiba-tiba, baik sampai sudut bibirnya yang seksi terus perlahan-lahan naik.
????
Pesawat terbang tepat waktu, setelah terbang ke angkasa, melihat lautan awan tanpa batas diluar pesawat, perasaan Jane tiba-tiba kembali gembira.
Dia juga sudah tersadar, hal sudah seperti ini, sementara waktu ini dia tidak bisa merubahnya, lebih baik menerimanya, menunggu dirinya memiliki kekuatan lagi, baru membalikkan semua ini.
Sudah tersadar, perasaannya menjadi baik, juga tidak perduli dengan orang yang menyebalkan yang duduk disampingnya, Jane gembira sampai mendendangkan sebait lagu.
“Kamu sedang gembira apa?” Melihatnya gembira, hati Sebastian juga lega, tidak berpikir, langsung membuka mulut bertanya.
“Aku senang apa, ada urusan apa denganmu?” Jane tidak melihatnya, memasangkan headset, membuka sebuah film sekolah yang didownloadnya.
Raut wajah Sebastian memberat, kesal sambil memalingkan kepala, tidak lagi melihatnya.
Film Jane ini sudah mulai menayangkan kredit film, melihat kredit film, sebuah bayangan yang familiar merasuki otak Jane.
Tahun lalu bulan delapan tanggal delapan, periode emas musim panas, mulai tayang sebuah film yang bercerita tentang novel masa muda sekolah yang dibuat menjadi film, hari ditayangkan sangat ramai.